11

154 8 0
                                    

Lagu" Menunggu Kamu" ciptaan Anji, mengulun pelan di kamar Amara. Lagu favorit yang selalu didengarkan saat dirinya sangat merindukan Datas. Sudah hampir dua minggu Datas tak berkabar. Bagaimana bisa berkabar hp saja disita. Biarpun tak disita pasti susah signal di hutan. Amara rindu sekali. Harinya terasa begitu sepi.

Apa kabar kau yang disana?
Pemilik rinduku
Aku rindu senyum teduhmu
Aku rindu canda riangmu
Aku rindu peluk hangatmu
Kapan kau pulang bang?
Sudah berjuta-juta rindu  menggenang begitu saja tanpa temu
Rasanya sudah tak sanggup lagi untuk menyelengi rindu ini
Sudah terlalu penuh, dan ingin segera bertemu
Segeralah pulang bang
Ada hati yang selalu menunggu kehadiranmu disini

"Amara!" Suryo memanggil Amara.

"Iya, Pa. Ada apa?" sahut Amara dari kamar.

"Turun makan malam udah siap ini."

"Iya, Pa. Bentar."

Amara segera turun menuju ruang makan. Untuk menyantap  makan malam bersama papanya. Ada mbok Jum yang dengan setia memasakan makan untuk Amara dan papanya. Tentu saja mbok Jum adalah pembantu yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Mbok Jum juga yang merawat Amara kecil dulu.

"Itu muka nggak usah ditekuk mulu, Sayang."

"Emmmm..."
"Papa"

"Kenapa?"

"Rindu, Pa"

"Dua minggu aja belum genap. Inipun cuma pelatihan khusus bukan tugas. Apalagi besok kalau Datas tugas satu tahun di perbatasan, Amara?"

Amara hanya menunduk sambil mengorak arik nasi yang baru saja diambilnya. Nafsu makannya tiba-tiba hilang. Pikirannya kembali mengingat-ingat tunangannya. Begitu teganya rindu menyiksa.

"Sayang, kamu tau kan Datas itu Tentara?"ucap Suryo sambil memegang tangan Amara perlahan.

Amara mendongakan kepala. Lalu mengangguk perlahan. Mengiyakan pertanyaan papanya tadi.

"Datas pergi untuk tugas, Sayang. Dan Datas pasti kembali untuk kamu, Sayang," jelas Suryo.

Amara tak menjawab, dia langsung menghamburkan tubuhnya kepelukan sang papa. Sesekali Amara terisak sedih. Suryo tak mampu lagi berbicara setelah melihat anaknya terisak. Teringat dulu  Amara kecil yang selalu merengek tak mau ditinggal dirinya untuk berangkat tugas.

Rindu itu kadang tak pernah adil. Datang semaunya tanpa undangan. Terus menyiksa kala jumpa belum terlaksana.

***
Hujan turun mengguyur hutan belantara tempat Datas pelatihan. Medan pelatihan semakin sulit dilalui. Tanahnya menjadi licin dan becek. Belum lagi udara menjadi semakin dingin. Itu semua tak akan mematahkan semangat prajurit-prajurit gagah berani. Mereka tetap semangat berlatih perang. Tak terkecuali Datas.

Sudah hampir dua minggu mereka berlatih di hutan. Tidurpun di hutan. Baru kali ini hujan mengguyur mereka. Hujan diakhir pelatihan mereka. Semoga hujan yang turun menjadi penutup yang manis.

Suara tembakan terdengar nyaring. Peluru-peluru imitasi keluar dari senapan secara beruntun. Prajurit-prajurit gagah bercat loreng sedang berlatih berperang dalam hutan. Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu di ketuai Daras dan satunya lagi diketuai Barka.

Monitor-monitor, tetap waspada lawan bisa saja didepan mata. Fokus-fokus! seru Datas melalui ht.

Siap-siap komandan! balas Hendy.

Tiada kata menyerah bagi mereka. Prajurit-prajurit gagah itu merayap mengendap-endap di semak-semak memastikan lawan tak melihat keberadaannya. Ada juga yang memanjat pohon. Meneropong dan menyerang  lawan dari ketinggian.

Datas sedang memainkan senapannya membidik posisi  lawan untuk selanjutnya menembakan serangan. Kelompok Datas hampir menang, lawan berhasil dilumpuhkan. Ini semua berkat strategi perang Datas yang super keren. Datas layak diberi tepuk tangan untuk strateginya ini.

Brukk
Suara seorang jatuh dari ketinggian rupanya. Kapten Bimo yang juga mendengarnya langsung meminta semua peserta menghentikan aktivitasnya.

"Kapten! Datas kapten, Datas...."ucap Hendy sambil berlari panik menemui kapten Bimo.

"Iya, ada apa dengan Datas?"tanya kapten Bimo penasaran.

"Datas tergelincir dan jatuh kejurang komandan. Saya berusaha memberi pertolongan tetapi saya terlambat kapten." Hendy menjelaskan kejadian yang menimpa Datas kepada kapten Bimo.

"Tunggu apa lagi ayo segera kita selamatkan Datas!" perintah kapten Bimo.

Dengan langkah gontai mereka bekerja sama mengevakuasi Datas. Dua prajurit turun kejurang dengan bantuan tali sementara yang lain diatas untuk nantinya menarik tali dari prajurit yang akan membawa tubuh Datas nanti.

Datas sudah tidak sadarkan diri. Ada luka memar di kaki dan tangannya. Beberapa kali Hendy menamparwajah Datas. Untuk berusaha menyadarkannya. Tetapi tetap saja Daras tak mau membuka matanya. Akhirnya Hendy dan satu temannya segera mungkim membawa Datas ke atas untuk menyelamatkan Datas.

***
Prakk
Tiba-tiba gelas kaca ditangan Amara pecah berkeping-keping.

Amara memandangi pecahan gelasnya tadi sambil mengibas-ibaskan tangan jahatnya itu yang tak segaja menjatuhkan gelas. Perasaan Amara sedari tadi tak karuan. Entah akan ada peristiwa apa. Mungkinkah ada peristiwa yang tidak diinginkan akan terjadi. Ah, entahlah Amara tak mengerti perasan tak enaknya ini.

"Ada apa Tuhan?" Amara bertanya pada dirinya sendiri.

Kring
Kring
Kring
Hp Amara berbunyi petanda ada panggilan masuk. Amara segera meraih telfonnya. Mengecek siapa yang menelfonnya.
Deg, Amara sedikit terkejut tidak biasanya komandan Nugro memanggilnya. Amara yang masih bingung menjawab telfonnya.

Hallo. Assalamualaikum, Amara...
Sapa Nugro ditelepon

Waalaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh, izin ada apa ya komandan? Tumben sekali nelfon Amara.

Begini saya dapat info dari kapten Bimo. Pelatih acara pelatihan khusus. Datas tadi jatuh kejurang, dia tergelincir lalu jatuh kejurang. Tetapi kamu jangan khawatir. Dia sudah mendapat penangan medis.
Jelas Nugro memberi informasi pada Amara.

Amara tak mampu lagi berkata-kata. Matanya sudah berkaca-kaca. Semenit lagi air matanya akan jatuh. Dan benar saja, air matanya tumpah dengan lincahnya. Menetes tanpa berkeinginan untuk reda. Seperti tertampar rasanya. Dua minggu tak berkabar. Berkabar langsung dihadapkan dengan berita musibah. Bagaimana rasanya?

"Sudah, jangan ditangisi. Datas pasti baik-baik aja kok. Kamu tahu kan Datas itu kuat?" Suryo memeluk tubuh putrinya.

Amara tenggelam dalam pelukan papanya. Suara tangisnya perlahan-lahan menghilang. Hanya saja masih sesenggukan.

"Besok kita jenguk Datas di rumah sakit ya."

"Nggak Pa, Amara mau jenguk abang Datas sekarang," elak Amara.

"Sayang, kan sekarang Datas masih belum dirumah sakit Magelang. Besok Datas dipindah kok. Sabar ya," jelas Suryo memberi pemahaman.

"Tapi, Amara pingim sekarang Pa"

"Tadi kan sudah dijelaskan komandan Nugro. Besok Sayang. Percaya deh sama papa, Datas itu kuat kok."

"Ya, udah Amara nurut," Amara menurut meski sebenarnya ingin sekali menjenguk Datas sekarang juga.

Suryo semakin mengeratkan pelukan pada putrinya. Suryo tau betul bagaimana perasaan putrinya.

"Udah ya nangisnya, anak papa kan kuat," ucap Suryo sambil mengelap air mata Amara.

Amara hanya mengangguk. Rasanya sudah tidak ada lagi tenaga untuk sekadar mengatakan iya. Hatinya masih begitu shok dengan kabar Datas saat ini.

Assalamualaiku. Hi Guys aku up lagi nihhh.
Kritik saran selalu ditunggu ya guys!!

Love you guys!
Indrianisilfi



















"PENGGANTI" [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang