10

180 6 0
                                    

"Makasih loh, Bang Erik udah nganterin Amara."

"Iya sama-sama. Ini kan udah jadi tugas abang buat nganterin kamu. Selama bang Datas pelatihan khusus."

"Pa, Amara berangkat dulu ya. Assalamualaikum Papa...."

"Iya hati-hati ya, Sayang!" Waalaikumsalam,"ucap Suryo sambil melambaikan tangan.

"Pamit komandan," ucap Erik sambil memeri hormat.

Suryo membalas hormat dari Erik, lalu menepuk pelan bahu Erik. "Hati-hati dijalan, hibur anak saya ya. Dia sedang sedih memikirkan Datas."

"Siap komandan!"

"Bang Erik!"

"Iya, bentar Amara," seru Erik lalu segera menuju mobil.

Hari ini Amara dan Erik akan mengunjungi Candi Borobudur.

Borobudur adalah sebuah candi bagi umat Buddha yang berlokasi di Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini berbentuk seperti stupa yang didirikan oleh penganut agama Buddha Mahayana pada sekitar jaman abad ke-8 masehi pada masa kekuasaan wangsa Dinasti Syailendra. Borobudur merupakan sebuah candi atau kuil Buddha paling besar di dunia dan sekaligus salah satu monumen Buddha paling besar di dunia.

Amara akan melakukan wawancara di Borobudur. Ya, tentu saja untuk menyelesaikan tugas kuliahannya.

Diperjalanan terasa membosankan bagi Amara. Tidak ada komunikasi sama sekali. Amara ingin memulai pembicaraan sebenarnya. Tetapi bingung mau bicara dari mana dan soal apa. Amara dan Erik belum terlalu akrab. Hanya beberapa kali mereka bertemu dan itupun dengan Daras tentunya.

"Emmm, ini mau langsung ke Borobudur atau mau mampir kemana dulu?" tanya Erik memulai pembicaraan.

"Langsung ke Borobudur aja bang"

Suasana yang membosankan membuat Amara mengantuk. Tak menunggu lama Amara terlelap. Erik menghentikan mobilnya untuk sejenak mengambil selimut lalu menyelimutkannya ke tubuh Amara. Sesekali Erik tersenyum melihat wajah teduh Amara. Ada satu yang membuat Erik bersimpati. Ya, mata cantik Amara terlihat sedikit bengkang dengan kantong mata yang sedikit menghitam. "Harusnya bang Datas tau ini. Tunangannya menangis dengan begitu sedihnya. Beruntung sekali bang Datas punya tunangan sepertu Amara," ucap Erik pelan.

Borobudur ramai pengunjung hari ini. Banyak wisatawan mengunjunginya. Baik warga lokal maupun asing. Suasana begitu ramai. Mereka berbondong-bindong ingin melihat candi megah dan mewah borobudur.

"Ra, bangun udah samapai," ucap Erik.

Amara mulai membuka matanya perlahan. Sesekali menguap. Belum
"Maaf ya bang ketiduran, hehe...." ucap Amara sambil cengengesan.

"Nggak papa, udah ayo turun...."

"Siap, ayo bang"

Erik turun dari mobil disusul Amara yang baru selesai melipat selimut. Satu pertanyaan menguasai otak Amara dari bangun tidur tadi.

"Apa iya tadi aku memakai selimut sebelum tidur? Hmmmm....masa iya aku lupa sih? Huhh sudahlah...."

"Wawancaranya mau dimana? Di sana atau di sana?" ujar Erik tangannya menunjukan arah kesebelah barat dan timur.

"Kesebelah barat aja bang. Oh, iya kalau abang Erik mau nunggu dimobil aja nggak papa kok. Amara bisa sendiri...." balas Amara.

"Tidak, ini sudah menjadi tugas. Saya akan mengikuti kemana Amara mau pergi."

Amara tersenyum getir. Segitukah taatnya terhadap perintah. Pikir Amara.

Akhirnya mereka berjalan menuju bagian barat candi. Amara mulai melakukan wawancara untuk tugasnya, sedangkan Erik dengan setia membuntutinya dari belakang. Erik tak ingin mengecewakan abangnya, tak ingin membuat abangnya cemas dengan Amara tunangannya. Karena itu Erik menjalankan tugasnya dengan baik. Erik harus memastikan Amara baik- baik saja.

"PENGGANTI" [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang