Pria BerHody Biru

hujan kesedihan

Cuaca mulai dingin, awan hitam mulai datang, langit mulai gelap, tetes demi tetes air turun menyentuh kota bandung. Anneth kini sedang berjalan jalan mengelilingi taman sendirian, ia sedang menunggu hujan turun. Namun tiba tiba sudut matanya tak sengaja menangkap sepasang manusia wanita dan pria sedang duduk di bangku panjang yang sengaja di dirikan untuk mempercantik taman.

"Kok gua kaya kenal ya cowo itu" ucap anneth dalam hati. Ia trus memperhatikan pria itu, pria itu tak asing dimatanya

"Ah gak mungkin" ucap anneth berbicara sendiri. Namun prasaan nya trus mendorong agar anneth memastikan siapa pria itu, akhirnya anneth pun mendekat. Terlihat pria itu sedang menggenggam tangan wanita yang ada di hadapan nya, pria itu memberikan bunga mawar kepana wanita itu

"Maukah kamu jadi pacarku"

"Aku mau"

"Makasih" ucap pria itu sambil memeluk mesra wanita yang ia tembak barusan. Anneth pun terkejut setelah melihat siapa pria itu, ia tak percaya namun ia sudah melihatnya. Pria itu adalah kekasih anneth di manado yang bernama galang, anneth terkejut, ternyata selama tidak ada kabar inilah yang galang lakukan di belakang anneth

"Galang!!" Ucap anneth sedikit teriak menahan air matanya agar tidak meneteskan di hadapan galang, karna anneth tidak ingin terlihat lemah.

Galangpun terkejut setelah melihat siapa wanita yang memanggilnya, dan tersenyum licik kepada anneth. Rupaya galang sengaja ingin memutuskan anneth demi wanita yang ada dihadapan nya, kini hubungan yang sudah mereka bangun selama 1 tahun lebih, kini hancur sia sia.

"Kita putus!!" Ucap anneth lalu pergi berlari meninggalkan galang. Kini hujan turun dengan deras, bersamaan dengan air mata anneth yang jatuh seperti hujan yang deras, anneth tak kuasa menahan sesak di dadanya, ia kecewa,ia tidak percaya namun ini semua terbukti ada.  sakit hatinya, menangis air matanya, sebuah perjuangan yang sia sia kini ia rasakan saat ini. Anneth trus menangis hingga triak dibawah derasnya hujan turun. Ini adalah pertama kalinya ia membenci hujan karna kali ini hujan turun dengan gembira ketika anneth sedang menderita....tiba tiba ada seseorang yang menggunakan hody berwarna biru menepuk bahu nya...badan nya sangat basah, sepertinya ia sedang menikmati hujan sore ini

***

Deven VOC

aku kini sedang berada di taman kota, aku menggunakan hody berwarna biru yang memang aku selalu menggunakan hody itu ketika ingin bahagia dibawah turun nya hujan. Aku menikmati hujan yang turun sangat deras hari ini, aku menari nari sendirian dibawah derasnya hujan turun, aku sangat bahagia karna hujan adalah sumber kebahagiaan ku yang sangat sederhana. Namun seketika aku berhenti menari, aku terdiam bisu, mataku tertuju kepada wanita yang sedang menangis, walaupun kini sedang hujan aku tau bahwa wanita itu sedang menangis dibawah derasnya hujan turun. Aku mengenali wanita itu, wanita yang selalu bertengkar bersama ku di sekolah, wanita yang mengobati luka lembab ku tadi siang di sekolah. Ya wanita itu adalah anneth

Outhor VOC

Deven pergi berjalan menghampiri anneth, lalu menepuk pundak anneth. Anneth terkejut, ia membalikan badan nya hingga tatapan mereka bertemu. "Matanya lembab, sepertinya ia memang sedang menangis" ucap deven didalam hati.

"Lo kenapa?" Ucap deven menjongkok kan badan nya agar sejajar dengan anneth yang sedang terduduk lemas. Ia tidak membalas pertanyaan deven, anneth menatap wajah deven yang basah kuyup karna air hujan. Seketika anneth memeluk deven erat, sangat erat. Deven terkejut namun ia merasakan detak jantung anneth yang berdetak sangat cepat, badan nya gumetar " sepertinya ia sedang merasakan sakit yang mendalam" ucap deven dalam hati. Deven berusaha melepaskan pelukan nya, namun anneth sangat erat memeluk deven hingga deven tidak bisa melepaskan pelukan anneth.

Akhirnya devenpun membawa anneth berjalan menuju rumahnya karna rumahnya dekat dengan taman kota ini, jika deven membiarkan anneth trus terguyur hujan nanti anneth akan sakit, pikir deven. Akhirnya deven membawanya pulang ke rumah deven dengan posisi anneth yang masih memeluk deven erat.