Vol. 8

55 11 0
                                        

Happy Reading guys💜

Don't forget give your vote and comment 💜

I'm sorry kalau ada yang typo😔
Karena idlrval just human biasa yang penuh dosa dan tempatnya salah😣

Love you~

🥀🥀🥀

Lain dengan Revan yang sedang kebingungan karena sesak didadanya, Liova dan Milano malah hanyut dalam obrolan mereka.

Yara sempat bingung karena tidak biasanya Liova akrab dengan orang selain dirinya. Apalagi Milano yang kategorinya termasuk kakak kelas.

Ia agak bingung saja bagaimana cara mereka berkenalan dengan Liova yang ketusnya minta ampun?

“Dek,”

Yara sempat kaget dengan panggilan cowok yang entah dari kapan sudah dibelakangnya. Yara merasa gugup dengan kakak kelasnya yang tergolong cukup tampan disebelahnya itu.

Mungkin kalau ia tidak sedang menyemil keripik kentang, ia pasti kelihatan cool seperti Milano.

“I-iya kak?”

Hakim menunjuk Liova dan Milano dengan dagunya, lalu memasukkan keripik kentang kedalam mulutnya,

“Temen lo kok akrab banget sama temen gue? Padahal gue yang temennya gak pernah tuh disenyumin sama dia. Temen lo pake pelet apa?”

Pertanyaan Hakim membuat pandangan Yara terhadapnya langsung buyar.

Dipenglihatan Yara kini jidat Hakim sudah tertempel cap merah yang bertuliskan ‘bobrok’. Yara langsung memudarkan senyumnya lalu mengedikkan bahunya acuh.

“Gue gak tahu, Kak.” Balas Yara singkat lalu berjalan menjauhi Hakim. Hakim mengernyit heran.

Diperasaan itu cewek tadi baper deh sama gue. Kok, tiba-tiba jutek gitu?

“Va, kita jadi pergi gak nih?”

“Oh, kalian mau pergi?” sahut Milano saat mendengar ucapan Yara barusan. Yara tersenyum kikuk lalu mengangguk kecil. Liova menarik napas lalu tersenyum.

“Gue mau tidur, Ra. Besok-besok lagi deh.”

“Ah! Lo mah dari dulu janji manis mulu! Tapi gak pernah ditepatin.”

Liova melotot kaget lalu mencubit pinggang Yara yang orangnya tengah bersidekap seolah ngambek pada Liova.

“Aw!”

“Kapan gue janji ke lo, please gak usah malu-maluin gue.” Ketus Liova pelan sambil berusaha tersenyum.

Jaga image dikitlah didepan kakak kelas. Yara mendengus sambil mengusap-usap pinggangnya yang terasa panas akibat cubitan pedas Liova.

“Gue duluan.”

Semua pandangan tertuju pada Revan yang sedari tadi diam. Revan menyimpan ponselnya ke dalam sakunya lalu tersenyum simpul kepada semuanya.

Liova menatap datar kepergian Revan. Padahal dilubuk hatinya, ia ingin jika Revan berusaha sedikit lagi untuk mengajaknya bersama. Liova tersenyum kecut.

“Gue juga duluan ya. Gue udah janji mau bantuin Bunda.” Pamit Liova lalu tersenyum simpul.

Yara berdecih pelan lalu menggandeng lengan Liova. Liova melempar tatapan heran dan bingung kepada Yara yang masih setia dengan wajah cemberutnya.

“Yaudah gue ngikut. Duluan, Kak.”
Sesudahnya Yara dan Liova berjalan meninggalkan Fattah, Milano, dan Hakim yang masih ditempat. Fattah mengangguk kecil lalu menghela napas.

Universe✓ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang