Vol. 23

58 9 0
                                    

Happy Reading guys💜

Don't forget give your vote and comment 💜

I'm sorry kalau ada yang typo😔
Karena idlrval just human biasa yang penuh dosa dan tempatnya salah😣

Love you~

🥀🥀🥀

Hari-hari berlalu begitu saja.

Terbuang dengan begitu sia-sia.

Harinya semakin gelap tanpa adanya gadis itu.

Gadis yang selalu menyapanya dengan dengusan atau tatapan sebalnya.

Tak ada lagi suara berisik dari suara sepeda yang ia pakai.

Tidak ada lagi suara gemericik air setiap Minggu, karena tidak ada yang menyirami bunga-bunga di taman lagi.

Semuanya sudah pergi. Rumah itu kosong, gelap. Tidak ada lagi yang menempati rumah itu.

Walaupun sesekali ada orang yang datang hanya untuk membersihkan rumah itu agar tetap terawat.

Revan tersenyum miris. Ternyata rasanya seperti ini ditinggalkan. Begitu hampa dan menyesakkan.

Semua kenangannya dengan Liova tersimpan dengan jelas di pikirannya.
Bahkan video perpisahan Liova sering ia putar di ponselnya ketika ia merasakan rindu yang tidak tertahankan pada gadis itu.

Gadis itu benar-benar menghilang seperti ucapannya.

Tidak ada kabar sama sekali tentangnya. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, begitu juga dengan Eva. Revan sempat depresi selama satu bulan lamanya.

Ia tidak mau bercengkrama dengan siapapun. Ia hanya mengurung diri di kamar. Namun kondisinya membaik karena Milano dan Yara setia menghiburnya dengan berbagai cara.

Seperti saat ini. Tepat 4 tahun kepergian Liova. Tak mau Revan kembali larut dalam kesedihannya, Milano dan Yara mengajaknya ke timezone.

Katanya disini mereka bisa melepas penat. Selepas pulang kerja, mereka ke tempat yang dipenuhi anak remaja itu.

Yara dan Milano bekerja di tempat yang sama. Mereka sudah 1 tahun bekerja di sebuah perusahaan milik Hana. Sedangkan Revan mulai magang di perusahan Hana.

Hana tidak mau Revan langsung menjadi direktur di perusahaannya. Maka dari itu Hana melatihnya dan memulainya dari awal agar Revan terbiasa.

Berkat Hana, Revan perlahan melupakan kesedihannya dan mulai menikmati hidup. Walaupun sikapnya jadi dingin dan jarang ceria, Hana bersyukur karena Revan masih mau melanjutkan kehidupannya tanpa Liova.

"Heh! Curang lo!"

"Apaan sih, No? Dasar lo nya yang gak bisa main."

"Gak bisa main? Heh! Gue dulu sering main basket di SMA!"

"Itu dulu kali. Yaudah si, emosian amat."

"Ya lo curang mulu."

"Siapa yang curang sih?"

Universe✓ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang