Vol. 33 (end)

116 7 0
                                    

Hy guys~ wuhuu udah ending aja ya😣 padahal kayaknya baru kemarin aku up cerita ini😔

Tapi anyways guys, Thank you so much for read my story' from beginning and so far, we got ending:)

So, Firstly aku minta maaf jika ada typo dan penyalah gunaan kalimat di dalam cerita ini.. Yeah, I'm just human with a lot mistakes.

Ini part ending sesuai imajinasi aku, jadi aku minta maaf kalau gak sesuai ekspektasi kalian atau pikiran kalian tentang cerita ini.

Dari awal aku cuma ngisi waktu senggang aja buat cerita ini. Eh, malah keterusan sampe ending:)

Kukira gak bakal dapat sampe selesai, eh ternyata dapet juga hidayah buat part ending ini😳 part ini super panjang dari biasanya, jadi siapkan mata kalian baca ini😊

Cerita aku semua nya pasti happy ending, guys. Karena semua kisah pasti berakhir happy dengan caranya sendiri😊

Aduh aku kebanyakan nge bacot😂

So,

Enjoy to read this ending part guys💜

🥀🥀🥀

Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi, namun Liova sudah mandi dan siap untuk berhias. Ia menyiapkan dress miliknya, ia bentangkan di kasur empuknya. Yara baru datang 5 menit yang lalu dengan wajah kantuknya.

Gadis itu sedang mandi, dan Liova menyiapkan gaun yang Yara beli di butik Eva.

Ceklek!

"Va,"

"Hm," sahut Liova tanpa menoleh. Karena dia sedang fokus membaluri wajahnya dengan alas make up nya di meja riasnya. Yara menggumam lalu duduk di pinggir ranjang.

"Gue beneran cocok pake gaun ini, kan?" tanya Yara dengan suara pelan sambil menatap gaun pilihannya. Liova berhenti sejenak lalu menoleh ke arah gadis itu.

"Sejak kapan lo jadi gak PD-an gini?" tanya Liova bingung. Yara langsung gelagapan.

"S-siapa yang gak PD, sih? Gu-gue kan cuma-"

"Apa bener kata Revan kalau lo ada sesuatu sama Milano?" tanya Liova yang menyudutkan Yara. Ia berdecak lalu menghampiri Liova yang duduk di meja riasnya.

"Gue tuh selalu kasih kode sama dia, Va. Tapi dianya gitu. Entah gak ngerti atau emang sok aja gak tau apa-apa." curhat Yara. Liova mendengus lalu kembali fokus merias wajahnya.

"Cowok emang gitu, kalau kita gak sarkas, mereka gak bakal ngerti." balas Liova yang sesuai dengan pengalamannya.

Yara menghela napasnya, mengangguk membenarkan ucapan Liova.

"Terus lo sama Revan gimana?"

Liova mendadak membeku sesaat. Ia menghela napas, menaruh kuasnya di meja. Ia menatap dirinya di cermin yang sedang tersenyum kecut.

"Gue bakal coba dengerin dia hari ini. Walaupun kenyataannya gue harap hari itu gak pernah terjadi didepan gue."

🥀🥀🥀

Liova dan Yara sudah siap. Tinggal berangkat ke gedung yang disewa Fattah sebagai tempat hari besarnya berlangsung.

Sebenarnya memesan taksi sejak 5 menit tadi, mungkin mereka berdua sudah sampai di gedung. Namun mereka dipaksa untuk berangkat bersama dengan Milano dan Revan yang menunggu didepan rumah Liova.

Universe✓ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang