Vol. 18

45 8 0
                                    

Happy Reading guys💜

Don't forget give your vote and comment 💜

I'm sorry kalau ada yang typo😔
Karena idlrval just human biasa yang penuh dosa dan tempatnya salah😣

Love you~

🥀🥀🥀

Setelah Revan mengetahui segalanya. Revan langsung membawa Hana untuk berobat ke luar negeri. Hal itu membuatnya melewatkan ujian sekolahnya untuk beberapa hari.

Revan terlihat sangat buru-buru untuk pulang setelah mengerjakan segala ujian susulannya.

Sejak hari itu, Liova dan Revan seperti orang saling tidak kenal. Liova masih menyunggingkan senyum terbaiknya saat mereka berpapasan, namun Revan lah yang seolah tidak peduli dengan keberadaan Liova.

Padahal dalam lubuk hatinya ia sangat merindukan paras Liova yang selalu meneduhkan hatinya.

Lagi-lagi amarah lebih mendominasi.
Liova dan Milano terlihat sering berjalan bersama, Revan agak jengah juga dengan sikap Milano yang seolah-olah mengambil kesempatan emas.

Walaupun Revan tampak tidak peduli, cowok itu sering mengawasi Liova dari jarak jauh. Ia bahkan sering mengawasi Liova dari jendela kamarnya.

Karena pada hakikatnya, Revan berjanji akan terus menjaga Liova apapun alasannya.

"Gue mau nembak Liova."

Revan yang semula fokus dengan larutan eksperimennya, terpecah fokusnya setelah Milano mengeluarkan kata-kata yang memancing Revan.

Melihat Revan yang terpancing membuat Milano semakin gencar mengeluarkan kata-katanya.

"Gue gak mau cewek sebaik itu disia-siain." Lanjutnya sambil tersenyum tipis. Hakim dan Fattah menjerit heboh mendengar kabar Milano yang segera meresmikan hubungannya dengan Liova.

"Buju gile.. Kenapa baru sekarang coba?" Tanya Fattah sambil mengacungkan kedua jari jempolnya ke wajah Milano. Milano melirik Revan sebentar lalu mengedikkan bahunya acuh.

"Karena baru ada kesempatan aja."

"Akhirnya Milano menemukan pasangan hidupnya," ucap Hakim penuh haru, kemudian salah satu tangannya pura-pura menyeka air mata. Milano terkekeh geli.

"Apaan sih lo? Geli tau gue ngeliatnya."

Brak!

Semuanya mendadak hening karena bunyi yang begitu kuat. Revan yang merupakan sumber dari suara itu tersenyum miring kepada Milano yang menatapnya kaget dan penuh tanya.

"Selamat." Ucap Revan kemudian melenggang pergi. Ia bahkan mengacuhkan panggilan dari Hakim, Fattah, dan guru Kimianya.

Sedangkan Milano mengusap wajahnya frustasi.

"Sial, malah kemakan beneran."

🥀🥀🥀

Revan terus melempar bola oranye ke ring. Ia bermain sendirian, tidak ada lawan main. Liova memperhatikan Revan dari ruang kelasnya.

Universe✓ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang