Vol. 17

42 8 1
                                    

Happy Reading guys💜

Don't forget give your vote and comment 💜

I'm sorry kalau ada yang typo😔
Karena idlrval just human biasa yang penuh dosa dan tempatnya salah😣

Love you~

🥀🥀🥀

Milano is calling...

Revan langsung merebut ponsel tersebut dari genggaman Yara tanpa perlawanan. Yara memejamkan matanya kesal karena tidak bisa menjaga amanah dari Liova.

Gigi-gigi Revan bergelatuk, mencoba menahan emosi yang bergejolak saat ini. Benar dugaannya, ponsel ini milik Liova.

Revan menggeser tanda hijau dan mendengarkan apa yang akan dikatakan Milano lewat ponsel Liova.

Ra? Gimana? Aman ‘kan?”

Revan mengernyit. Kenapa yang didengarnya malah suara Liova? Dan apa maksud dari kata ‘aman’?

Kok, diem aja? Ra gue-“

“Gue tunggu lo dirumah.”

Tut!

Setelah memutuskan sambungan telepon, Revan menatap Yara tajam. Yara tidak dapat melawan, ia hanya bisa menundukkan wajahnya merasa bersalah.

Revan mendengus kasar, ia memberikan ponsel tersebut pada Yara, lalu masuk kedalam kelas Liova untuk membereskan segala peralatan Liova.

Setelahnya Revan langsung melenggang pergi dengan membawa barang bawaan Liova tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Yara menarik napasnya pasrah lalu dengan gerakan cepat ia menelpon seseorang dengan ponsel Liova tadi.

“Va, maafin gue tapi Revan yang nyusulin lo kesini.”

“Iya. Gak apa, lagian gue harus cepet bongkar semuanya.”

Yara menghela napas panjang.

“Gimana keadaan tante Hana?”

🥀🥀🥀

Liova turun dari motor Milano dengan perasaan berkecamuk. Harusnya dari awal ia jujur saja pada Revan, tapi bagaimana pun Hana sendiri yang meminta Liova merahasiakan segalanya dari Revan.

Liova hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan Hana. Milano menatap Liova iba.

Ia ikut turun dari motornya, berdiri dihadapan Liova. Liova menatapnya heran, sedangkan Milano tersenyum.

“Kenap- Mi..lano?”

Ucapan Liova terputus karena tiba-tiba saja Milano mendekapnya begitu erat. Laki-laki itu bahkan mengelus-elus punggung Liova untuk memberikan kekuatan pada gadis itu.

Liova merasa sedikit lega karena masih ada orang yang peduli padanya.

“Lo tenang aja. Revan emang batu, tapi lo harus tetep bilang semuanya sama Revan.” Ucap Milano setelah melepaskan pelukannya pada Liova. Liova mendengus kasar.

Universe✓ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang