DELAPAN

45.9K 969 10
                                    

"Permisi pak, berkas yang di gunakan untuk rapat sudah selesai"  Anindya mengetuk pintu ruangan Alvaro, meskipun sudah menikah kesopanan di kantor tetaplah yang utama.

"Masuk" titah Alvaro

Anindya masuk kedalam ruang kerja Alvaro yang bernuansa sama dengan kamarnya entah apa yang merubah Alvaro dulu hingga sekarang ia sangat menyukai warna cokelat.

Padahal yang Anindya tahu dulu bahwa Alvaro sangat menyukai warna biru. "Apa ada hal yang bisa saya kerjakan lagi pak?" tanya Anindya

Alvaro diam saja tanpa mengalihkan pandangannya dari arah laptop "duduk di sebelah ku" ujarnya

Anindya mengernyitkan dahinya "untuk apa?"

"Duduk" titah Alvaro sekali lagi, mau tak mau ia menghela napas dan menuruti kemauan SUAMInya ini.

Dan sekarang Anindya merutuki Alvaro, yang benar saja ia hanya disuruh duduk meratapi pria ini yang sibuk dengan pekerjaannya? Lebih baik ia menonton drama ataupun anime.

Karena tidak ada omongan apapun yang melontar dari mulut Alvaro Anindya akhirnya geram sendiri.
Ia bangkit dengan kasar

"Maaf pak sebenarnya kenapa Anda menyuruh saya untuk duduk disebelah Anda?" geram anindya

Sedangkan Alvaro hanya menatapnya datar dengan pandangan yang penuh arti. Entahlah.

"Lihatlah ke bawah" ujar Alvaro

Sebelum menurutinya Anindya bertanya terlebih dahulu "ngapain? Emang ada apaan?"

Alvaro tidak jawab melainkan hanya meragakan kepalanya untuk melihat ke bawah

Dan yang Anindya lihat adalah sebuah tonjolan di luar celananya. Anindya bengong melihatnya, ga ada angin ga ada hujan malah tegang?.

"Ya terus?" Ungkap Anindya polos.

Alvaro tampak mengusap wajahnya kasar. "Tidak, tidak apa apa, pergilah" Ucapnya dengan tampang yang kesal

Anindya hanya memutar bola matanya malas kemudian berbalik keluar ruangan Alvaro

Ia kembali duduk di bangku kerjanya, melanjutkan aktifitas yang seharusnya dilakukan oleh orang yang sedang bekerja.

Anindya berpikir, apa saat ia hamil nanti ia juga harus bekerja seperti ini? Tidak tidak. Belum apa apa sudah berpikir hamil? Apa ia sudah gila?.

Karena merasakan hening yang tidak beres, ia melihat dari kaca yang sudah tertutup gorden. Ditutup oleh Alvaro dan Anindya tidak tau ia sedang apa.

Dan ia tidak peduli.

Tetapi ia penasaran. Dan ingin tau kenapa harus pakai menutup gorden segala?. Dengan pelan ia mendorong pintu ruang Alvaro dan betapa terkjutnya ia saat mendapati Alvaro yang sedang onani.

"Al, l lo ngapain?" Tanya Anindya gugup, Alvaro tampak terkejut sekaligus menahan malu mungkin? .

"Kamu ngapain disini?" Nada Alvaro sangat dingin.

Anindya gelagapan, ia juga tidak tau sedang apa dia disini. Bukannya pergi ia malah melangkahkan kakinya lebih mendekat menuju Alvaro kemudian berjongkok.

Membuka resleting Alvaro kemudian mengeluarkan juniornya.

Ia memang tidak terlalu mengerti pasal ini,tapi melihatnya yang bekerja sendiri membuat Anindya berpikir untuk apa ia punya istri jika masih bermain sendiri?.

Ia menaik turunkan junior Alvaro dengan tempo yang normal membuat Alvaro menatapnya dengan intens.
Bingung sekaligus nikmat.

Dengan perlahan Anindya memasukkan junior Alvaro kedalam mulutnya, dan itu hanya sekitar 2 menit saja. Jujur, ia tidak sanggup. Milik Alvaro terlalu besar dan itu cukup sampai ke tenggorokannya yang membuatnya hampir muntah.

Anindya bangun kemudian melumat bibir Alvaro sebentar,lumatan yang benar benar romantis. Dan itu cukup membuat Alvaro terlena.

Sebelum benar benar pergi Anindya memberikan kissmark di leher Alvaro kemudian tersenyum tipis.

"Sudah kan? Selamat bekerja my husband"

***

Hiiiii... Pendek... Udah lama up.. pendek lagi.. siang ini aku bakal up lagi chapter 9

Dan ingin sebisa mungkin kalian ga baca aja tapi ngevote jugaa, biar tambah semangat

Follow me on Instagram
@safaadrwn

See you :))

married with EX (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang