Panggung Sandiwara

1.2K 245 53
                                    

San.di.wa.ra
kejadian (politik dsb) yg hanya dipertunjukkan untuk mengelabui mata, tidak sungguh-sungguh (nomina)

***

"Hidup itu seperti secangkir kopi, Yoona. Kamu perlu menambahkan gula jika kopi itu terasa pahit agar terasa lebih manis. Begitupula hidup. Jika terasa pahit, kamu harus menambahkannya dengan senyuman agar tak terasa pahit terlalu lama, bukan dengan kesedihan yang berlarut."

"Stop blamming yourself, Na. Kanaya pasti bakalan sedih ngeliat lo kayak gini terus."

Kata-kata Jaehyun dan Doyoung terngiang ditelinga Yoona sejak perempuan itu masuk ke dalam mobilnya hingga mobilnya telah terparkir sempurna di pelataran parkir rumah megahnya. Yoona pun turun dari mobil dan dengan langkah gontai masuk ke dalam rumahnya.

"Nin, tolong bawain air dingin ke kamar saya," perintah Yoona yang berjalan menuju kamarnya sembari memijat pelipisnya.

"Baru pulang kamu, Na?"

Langkah Yoona sontak terhenti mendengar suara itu. Suara ibu mertuanya. Yoona membalikkan badannya dan melihat sang ibu mertua yang muncul dari arah dapur.

"I-iya, Bu." Yoona yang tergagap pun menghampiri Arini dan meraih tangan ibu mertuanya untuk menyapa dan menyalaminya. Sungguh sebuah kejutan bagi Yoona, melihat ibu mertuanya tiba-tiba berkunjung ke rumahnya. "Sehat, Bu? Ibu udah lama? Kok nggak ngabarin Yoona kalau ibu dateng?"

Arini tersenyum tipis menatap menantu kebanggaannya. "Sehat, Alhamdulillah. Tadi Ibu habis dari rumah temen di daerah sini makanya Ibu sekalian mampir, mau nengokin kamu sama. Ternyata kamu lagi nggak di rumah. Pas Ibu dateng, di meja makan masih kosong, belum ada apa-apa. Makanya Ibu sekalian masak aja. Kasihan Suho takutnya pas dateng ke rumah makan malamnya belum siap. Pulang kantor kan pasti capek, pengen langsung makan terus istirahat," jawab Arini.

Yoona menggulung bibirnya mendengar sindiran halus dari ibu mertuanya. Apa kata ibu mertuanya itu? Rasanya Yoona ingin tertawa. Andai ibu mertuanya tahu, jika anak kesayangannya itu selalu pulang larut malam dan tak menyentuh sedikit pun masakan istrinya. Yoona bahkan lupa, kapan terakhir kali ia dan suaminya duduk di meja makan dan makan malam bersama-sama dengan tenang?

"Maaf, Yoona jadi merepotkan Ibu. Yoona memang tadinya mau langsung masak pas sampai rumah."

"Nggak repot sama sekali kok, toh untuk anak sendiri. Memangnya kamu habis dari mana? Bukannya kamu masih cuti?" tanya Arini.

"Yoona habis keluar sebentar ketemu temen," jawab Yoona. "Yoona nyimpen tas dulu ke kamar sebentar ya, Bu," pamit Yoona.

"Oke, habis itu kita minum teh sambil ngobrol-ngobrol, ya. Ibu buatkan teh chamomile. Rasanya sudah cukup lama Ibu nggak ngobrol empat mata sama menantu Ibu yang satu ini."

Yoona mengangguk kecil dengan senyum yang dipaksakan. "Iya, Bu."

Yoona pun masuk ke dalam kamarnya. Perempuan itu menaruh tas kecilnya di meja rias. Yoona menghela nafas berat, sembari menatap pantulan wajahnya di cermin. Berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi sang ibu mertua.

Yoona kemudian mengambil ponsel dari dalam tasnya. Dia harus memberitahu Suho jika ibunya datang. Tentu saja, Yoona dan Suho tak ingin keluarga mereka terutama Arini tahu bagaimana keadaan rumah tangga mereka yang sebenarnya.

Ketika Yoona keluar dari kamarnya, ibu mertuanya sudah duduk di ruang tengah dengan dua cangkir teh di atas meja. Yoona pun duduk berhadap-hadapan dengan Arini. "Ayah sehat, Bu?"

"Sehat, alhamdulillah. Suho masih suka lembur di kantor?" tanya Arini setelah dia meneguk tehnya.

"Kadang sih, Bu, kalau memang lagi banyak kerjaan yang dikejar deadline," jawab Yoona.

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang