1

12K 374 19
                                    

Untuk mengusir lelah dan bosan akibat menunggu, seorang perempuan yang duduk di depan gedung gelanggang mahasiswa itu memilih menyibukan dirinya dengan bermain ponsel. Memanfaatkan akses internet kampus yang lancar jika malam hari dengan berselancar di dunia maya. Sesekali ia ikut melantunkan lirik lagu dari earphone yang terpasang di telinga kanannya.

Perempuan itu terlihat menyunggingkan senyumnya membalas sapaan beberapa mahasiswa yang mengenalinya.

“Yah lowbat” ujarnya saat layar smartphone yang sedari tadi dimainkannya berubah menjadi warna hitam.

Dengan cekatan ia merogoh tas untuk mencari alat pengisi baterai. Lagi perempuan itu hanya bisa menghela nafas berat saat menemukan benda yang dibutuhkan nya sama-sama kehabisan daya.

Handphone mati gini gimana mau pulang coba.” Keluhnya saat melihat jam digital yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukan pukul sembilan malam.

Ah andai saja tidak ada rapat organisasi di akhir periode, mungkin saat ini ia sudah berleha-leha diatas kasur empuk kesayangan nya. Tapi sekarang jangankan untuk berleha-leha, mau menghubungi orang rumah atau pesen ojek online pun tidak bisa. Kadang kenyataan memang tak sesuai dengan harapan. Bahkan orang yang akan menjemputnya pun belum terlihat batang hidungnya sama sekali.

“Butuh ini?”

Gadis berkemeja merah muda itu mendongak. Dilihatnya seorang laki-laki mengenakan t-shirt putih dengan sweeter abu-abu yang diikatkan di leher serta ransel yang tersampir di bahu kananya. Laki-laki itu mengulurkan sebuah power bang ke arah gadis tersebut.

“Pakai aja, daripada enggak bisa hubungin orang rumah” Katanya sebari mengayunkan alat pengisi baterai berwarna putih dengan logo salah satu klub sepakbola dari Spayol.

“Mmm enggak papa nih?” tanyanya dengan sedikit ragu.

Laki-laki itu mengangguk seraya tersenyum ramah. “Pakai aja”

Perempuan berlesung pipi itu tersenyum dan menerima benda tersebut. “aku pinjam sebentar ya”

sure

Usai mendapat persetujuan, ia segera menyambungkan kabel yang terpasang di benda tersebut pada ponselnya.

“Belum pulang?”

“Lagi nunggu teman, kamu sendiri?” Ia balik bertanya.

“Habis ngobrol dulu sama anak-anak tadi”

Perempuan yang akrab disapa Salwa itu mengangguk, ia tersenyum tipis lalu kembali fokus pada smartphone-nya yang masih mati.

“Mau pake handphone ku dulu?” Tawarnya saat melihat Salwa yang masih berusaha menyalakan smartphone-nya.

“Eh enggak usah, ini udah nyala kok”

Laki-laki itu kembali mengangguk dan memasukan ponselnya ke saku celana. Pandangannya tak sengaja melihat satu botol kopi instan yang terkenal dengan tagline ‘karena hidup penuh banyak rasa’ yang ada disamping Salwa. "itu minuman kamu?”

“Iya, kenapa?”

“Nggak apa-apa, tumben aja. kamu kan nggak suka kopi”

Salwa menoleh dan menatap heran laki-laki yang kini duduk disebelahnya. Hey, darimana ia tahu kalau Salwa tidak suka kopi.
Sementara selama ini keduanya tidak terlalu akrab.

Teman satu fakultas? Tidak, lebih tepatnya tetangga. Rekan organisasi? Iya sih, tapi beda divisi. Salwa juga jarang bertemu dengannya dan hanya sesekali saling sapa jika tak sengaja bertemu atau terlibat program kerja di MPM.

“Kamu tahu darimana kalau aku nggak suka kopi?”

“O-ooh itu, aku nebak aja sih. Iya nebak, hehehe” cengirnya seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah depan. Menatap beberapa motor yang masih berjejer di parkiran.

Salwa mengangguk-anggukan kepalanya, lalu mengangkat bahunya tak mau ambil pusing. Sesaat keduanya sama-sama diam sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Salwa sibuk menghubungi seseorang untuk menjemputnya, sementara laki-laki itu sibuk memperhatikan beberapa mahasiswa dan anak-anak organisasi yang masih banyak berlalu lalang di sekitaran kampus.

Meski tidak banyak bicara laki-laki itu tetap setia menemani Salwa, sampai orang yang menjemput gadis itu datang. Karena menurutnya membiarkan seorang perempuan sendirian pada saat malam hari itu tidak baik.

Cinta (Luar) BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang