19

2.5K 158 7
                                    

Jogja, sebuah panggung semesta yang sering disebut-sebut sebagai pertunjukan paling romantis oleh kebanyakan orang. Kota yang selalu menghadirkan cerita romansa disetiap sudutnya.

Malam baru saja menyapa, kerlap-kerlip lampu kota menambah nuansa romantis nan istimewa itu semakin terasa nyata.

Ditengah keramaian, dua anak manusia itu terlihat begitu asyik bercengkerama di atas trotoar jalan. Sesekali keduanya terlihat saling melemparkan canda.

Seulas senyum manis ditebarkan pada setiap orang yang menyapa. Rona bahagia itu terlihat nyata dari cara keduanya tertawa.

"Aku lapar"

"Makan"

"Ayo makan!"

"Hah?"

"Aku belum makan, makan dulu yuk?" Ajak si lelaki.

Perempuan itu mengangguk "Boleh, eh tapi kalau teman-teman nyariin gimana?"

"Coba kamu chat atau telepon dulu, sekalian ajak mereka makan juga"

Perempuan itu mengangguk patuh, ia lalu mengeluarkan ponsel dan mulai menghubungi rekan-rekannya yg tadi pamit sebentar tapi belum kembali juga.

"Gimana, udah?"

"Udah. katanya mereka udah makan duluan. Sebel deh, pantesan aja nggak balik-balik"

Laki-laki itu tersenyum melihat wajah kesal perempuan yang duduk di sampingnya. "Udah nggak usah kesel gitu. Jadi gimana?"

"Ya udah ayo, mau makan dimana?"

"Kok tanya aku sih, kan kamu yang orang Jogja asli. Gimana sih"

"Mohon maaf bapak, anda udah hampir empat tahun loh tinggal di Jogja. Jadi mustahil kalau anda nggak punya recomended tempat makan yang enak disini. Iya kan?"

Laki-laki itu tertawa begitu mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan bapak. "Haha jadi aku yang nentuin tempatnya nih?"

"Iya"

"Oke. Jadi mau makan apa nih, Angkringan, penyetan atau lesehan?"

"Apa aja bebas"

"Yuk"

Keduanya pun mulai beranjak untuk mencari tempat makan yang enak.

"Eh"

Salwa terkejut saat tiba-tiba tangannya ditarik oleh Alfi. Ia melihat ke arah tangannya yang berada dalam genggaman laki-laki itu.

"Maaf tadi ada motor yang hampir nyerempet kamu" kata Alfi lalu melepaskan tangannya yang tadi menggenggam Salwa.

"Ah iya Makasih"
"Hmm sama-sama."

Keduanya lalu kembali berjalan beriringan dengan pelan. Kali ini mereka hanya terdiam sepanjang perjalanan.

**

"Kamu udah biasa kesini?"

"Mm lumayan, aku biasa makan sambil diskusi sama teman-teman disini" Terang Alfi.

Kini keduanya sudah sampai di tempat tujuan. Salah satu angkringan terpoluler di Jogja, yaitu angkringan KR. Dinamakan angkringan KR karena tempat nya berada di dekat kantor harian Kedaulatan Rakyat. Posisinya sangat mudah di jangkau lantaran berada di pusat kota.

Seperti angkringan pada umumnya, angkringan KR juga menyediakan beragam makanan sederhana yang lengkap dengan cita rasa nikmat. Soal harga? jangan risau, karena harga tiap menu makanan relatif terjangkau. Sehingga tidak jarang tempat ini menjadi tujuan favorit para mahasiswa dan anak muda yang ingin makan nikmat dengan harga merakyat.

Tak hanya kalangan mahasiswa dan anak muda, angkringan ini telah menjadi destinasi kuliner yang unik bagi wisatawan dan masyarakat dari berbagai kalangan. Hampir tiap sore hingga tengah malam tidak pernah sepi pengunjung apalagi saat akhir pekan.

Tempatnya pun sangat luas, pengunjung bisa memilih mau makan sambil duduk di kursi gerobak angkringan, kursi taman atau duduk lesehan beralaskan tikar dengan dihibur oleh alunan musik dari pengamen jalanan.

Alfi membawa piring rotan berisi dua bungkus nasi kucing lengkap dengan aneka lauk tambahan nya. Sementara Salwa mengekori di belakangnya. sambil melihat-lihat tempat yang masih tersedia. Kedua nya pun sepakat untuk duduk lesehan saja beralaskan tikar.

"Makan ya Sal, aku kalau lagi makan fokus loh" Ujar Alfi yang membuat perempuan itu terkekeh.

"Haha aku juga sama kok fokus"

Keduanya sama-sama fokus menghabiskan makanannya masing-masing. Suara riuh kendaraan dan alunan musik dari pengamen jalanan menjadi melodi yang menemani makan malam kali ini.

Sesekali keduanya saling melemparkan senyum saat kedua mata mereka tak sengaja bertemu.

Jujur, ini adalah kali pertama Alfi makan berdua dengan seorang perempuan, semeja dengan lawan jenis. Biasanya ia makan beramai-ramai dengan para rekannya atau bersama punggawa pang5 lengkap. Tapi kali ini hanya berdua dengan Salwa.

Sedikit canggung, namun ia masih bisa mengontrol dirinya.

"Enak?"

Salwa mengangguk dengan semangat. Perempuan itu tersenyum dengan matanya. Mulutnya penuh, sementara tangannya sibuk memegang sate telur puyuh. 

"Skripsi kamu udah sampai mana Al?" Selesai makan giliran Salwa yang membuka pembicaraan.

"Masih ada yang harus di revisi sih, kamu sendiri?"

"Sama. Alhamdulillah kemarin revisinya nggak terlalu banyak"

"Wah enak dong, aku revisi nya lumayan banyak nih." Ujar Alfi. "Eh iya happy sempro ya, maaf kemarin nggak datang"

Salwa mengangguk dan tersenyum. "Nggak papa, aku tahu kemarin kamu turun lagi ke jalan. Aku juga minta maaf nggak datang pas kamu sempro, habis dadakan sih hehe"

Alfi ikut tertawa "Haha nggak papa. Udah di wakilin sama anak kesekjenan yang lain"

"Oh mereka pada datang?"

Alfi mengangguk "Iya, mereka kayak nggak percaya gitu. Katanya kapan ngerjainnya kok tiba-tiba udah sempro aja"

"Haha wajar sih, mereka kan tahu nya kamu sibuk banget di BEM. Apalagikan akhir-akhir ini masih harus turun ke jalan dan jadwal anda kan padat banget ya keluar kota terus" Sindir Salwa yang membuat lelaki itu kembali tertawa. "Jadi mereka pikir ini anak kapan ngerjainnya, taunya udah sidang aja. Padahal mereka nggak tahu aja perjuangan untuk ngerjain itu semua, harus jungkir balik dulu"

Alfi mengangguk setuju. "Yup, rela ngurangin jam tidur yang sebenarnya memang udah kurang. tapi harus di kurangin lagi hehe"

Keduanya lalu bercerita banyak hal. Tentang Yogyakarta, tentang keluh kesah organisasi dan perkuliahan serta tentang kehidupan yang menyebalkan.

Salwa sibuk bercerita sebari memandangi hiruk pikuk keramaian jalan malioboro, sementara Alfi sibuk memandangi kebahagiaan disampingnya. Menikmati indah senyumnya dan memandangi wajahnya di tengah keramaian.

Malam penuh bintang ditengah polusi cahaya kota. Matanya berbinar memantulkan cahaya, senyumnya membentuk sabit-sabit di ujung bibirnya dan suaranya menghanyutkan Alfi jauh ke dalam samudera.

Entah kenapa setiap melihat perempuan berlesung pipi itu berjalan disebelahnya, kebahagiaan Alfi bertambah berkali lipat semakin banyak.

Akhirnya keduanya menghabiskan malam yang romantis di angkringan Yogyakarta. sebelum pulang ke rumah, sebelum kembali pada rutinitas kesibukan.

Saat itu Alfi baru tahu ternyata benar, Jogja selalu punya seribu satu cara untuk membuat siapa saja bahagia dengan cara sederhana.

Jogja dengan seluruh isinya memang benar-benar istimewa.

Cinta (Luar) BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang