Laki-laki berkaos hitam itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia berusaha untuk membuka matanya yang masih ditahan oleh kantuk. Kepalanya juga masih terasa pusing efek kurang tidur.
Sayup-sayup terdengar suara kumandang adzan subuh dari masjid yang terletak tak jauh dari kosannya. Hal tersebut membuatnya yang masih bergulung dibawah selimut langsung membuka matanya. Ia buru-buru beranjak dari tempat tidur untuk wudhu agar sedikit tersadar.
Selesai menunaikan kewajiban ibadah dua rakaat. Laki-laki itu meraih handphone-nya yang semalam diletakkan diatas meja belajar. Benda tersebut terlihat terus menyalakan lampu notifikasi. Begitu ia mengecek, layar handphone-nya penuh dengan pop up notifikasi dari instagram serta twitter yang datang silih berganti.
Alfi langsung membuka aplikasi tersebut dan menemukan ratusan pemberitahuan disana. Begitu dibuka, kata-kata yang tak pantas langsung terpampang nyata. Beralih membuka aplikasi burung berwarna biru, ternyata sama saja. Bahkan lebih parah. Komentar-komentar negative, cacian dan hinaan memenuhi akun media sosialnya. Persis seperti satu tahun yang lalu.
Wah selamat ya setelah masuk tv sekarang jadi model iklan.
Dasar pengkhianat reformasi.
Hal tersebut membuat rasa kantuk yang tadi masih menyerang langsung hilang seketika.
Sejak awal ia tidak ingin popularitas yang ia dapatkan itu untuk ajang komersial atau keuntungan pribadi. Tapi Alfi ingin hal tersebut menambah dirinya untuk lebih bermanfaat bagi orang banyak.
Alfi tahu, keputusannya kali ini akan ada banyak hujatan serta pihak-pihak yang tidak sepakat. Tapi sejak awal hal tersebut sudah ia pikirkan secara matang. Pun hasilnya juga bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk dibagikan. Dan kebetulan memang ada beberapa yang membutuhkan bantuannya.
Dengan lihai ibu jarinya terus men-scroll layar ponsel. Hingga layar tersebut berhenti disebuah komentar yang membuatnya marah seketika.
Gayanya sok alim eh kemarin makan berduaan sama cewek. Dasar penjilat ludah sendiri.
Cek instagram ceweknya guys ternyata disana ramai juga.
Dengan kesal ia langsung keluar dari aplikasi tersebut. lalu mencari kontak seseorang dan langsung menelepon nya.
Tut tut tut...
Laki-laki itu mengetuk-ngetukan jarinya ke meja. Ia menunggu dengan cemas saat teleponnya tak kunjung diangkat.
"Nomor yang anda tuju tidak menjawab."
Tak puas dengan jawaban sang operator. Ia pun kembali mencoba menghubungi nomor yang sama. Lagi, untuk kesekian kalinya. Hanya suara sang operator yang ia dengar.
"Ayo angkat dong please" ujarnya dengan terus berusaha menghubungi nomor tersebut.
"Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi."
Kali ini Alfi menghela nafas berat. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Pagi ini mood nya benar-benar hancur.
**
Perempuan itu memejamkan matanya sejenak sebelum mendorong pintu yang ada di hadapannya, ruangan dimana tempat dokter koas berjaga.
Ia terlihat menghembuskan napas beratnya, entah sudah ke berapa kali.
"Assalamualaikum" Sapanya begitu memasuki ruangan.
Dilihatnya semua Orang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sibuk mempersiapkan ujian stase.
"Waalaikumsalam" jawab Arga
"Wah rajin ya kalian, pagi-pagi udah pada baca buku hehe" ujarnya.
"Masih pagi Sal, jangan rese" sahut beberapa rekannya.
Salwa terkekeh. Tak ingin menganggu rekannya, ia lantas duduk di kursinya yang berada di pojok ruangan. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Perempuan itu kembali menghela napasnya sambil merenungi sesuatu, sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Salwa"
Perempuan itu menoleh mendapati Indri bersama Rasti yang sudah duduk di kursi kosong yang ada di depannya. "ya?"
"Baru dateng?" tanya Indri yang dibalas anggukan kepala oleh Salwa.
"Aku telepon kok nggak aktif sih?" protes Indri.
"Iya handphone ku mati. Semalam lupa charger hehe"
"Hmm pantes aja"
"Kenapa Ras?" Salwa melirik Sahabatnya, saat melihat gerak gerik perempuan itu.
"Kamu udah buka media social?" tanyanya pelan.
Salwa tersenyum tipis sebagai jawaban, berusaha untuk menutupi kesedihannya.
Rasti meraih tangan Salwa yang berada di atas meja. Menggenggamnya dengan erat, mencoba menguatkan sahabatnya.
Rasti tahu, meski perempuan itu tersenyum, namun kesedihan dan kegelisahan nampak jelas di wajah cantiknya yang pagi ini tidak terlihat ceria seperti biasanya."Jangan masukin hati ya Sal" Indri ikut bersuara.
"Iya, enggak usah nanggepin orang kayak mereka" sambung Rasti.
"Aku baru tahu loh, ku pikir cuman artis aja yang punya hatters. Lagian itu cewek-cewek kenapa pada posesif sih. terus kenapa mereka nyerang kamu juga coba. Kan kamu nggak tahu apa-apa."
"Iya makasih ya. Aku nggak apa-apa kok." ucap Salwa tulus dan membalas genggaman Rasti.
"Eh Sal tapi sekarang kamu sama dia baik-baik aja kan?" tanya Rasti tiba-tiba.
"Maaf Ras, aku enggak mau ngomong hal selain masalah persiapan ujian hari ini."
Pekan ini sudah memasuki minggu ujian untuk anak koas, termasuk Salwa. Dan oleh karena itu ia tidak mau membebani otaknya untuk berpikir yang sekiranya tidak perlu di pikirkan. Ia harus fokus pada ujian, itulah yang sedari tadi ia coba tanamkan pada dirinya.
Indri melotot ke arah Rasti, sedari tadi ia sudah mewanti-wanti pada perempuan itu agar jangan dulu membahas hal berbau sensitif yang bisa membuat Salwa semakin sedih. Tapi memang dasar Rasti, walaupun sudah di ingatkan tetap saja mulutnya tidak bisa di rem. sementara gadis itu hanya meringis.
"Maaf ya Sal"
Rasti dan Indri lalu mengalihkan pembicaraan mengenai persiapan ujian. Merek tak mau mengganggu pikiran Salwa saat ini yang membutuhkan seluruh fokusnya untuk menyelesaikan apa yang telah sahabatnya itu perjuangkan selama di stase ini.
"Hei kalian cewek-cewek yang ada dipojokan, lagi ngobrolin apaan sih?"
Ketiga perempuan itu menoleh ke arah sumber suara.
"Masalah perempuan. Laki-laki dilarang kepo" sahut Rasti yang membuat Rizki mendengus.
"Udah ya aku mau ketemu sama dokter Nida dulu" ujar Salwa berdiri dari tempat duduknya.
Dua perempuan itu mengangguk kompak.
"Semangat ya" kata Indri seraya memeluk Salwa.
Salwa mengangguk dan membalas pelukan kedua sahabatnya lalu beranjak keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta (Luar) Biasa
FanfictionSetiap orang memiliki berbagai cara untuk mengungkapkan rasa cintanya. Ada yang menunjukkan dan mengatakan langsung pada sang pujaan, atau ada yang memilih mengungkapkan lewat rangkaian kata yg ditulis begitu romantis bak seorang pujangga. Dan ada j...