28

2.6K 186 30
                                    

Ting... ting... ting...

"Sal, handphone bunyi tuh"

Perempuan dengan pashmina berwarna pastel itu melirik sekilas smartphone di atas meja yang terus menyalakan lampu notifikasi beserta pop up pesan yang muncul separuh di layar.

"Udah biarin aja, nanti juga mati sendiri"

"Yakin? Itu dari tadi bunyi terus loh"

Salwa mengangguk yakin. Makanan yang tersaji di hadapannya lebih menggoda di bandingkan smartphone yang terus berbunyi itu. Saat ini ia butuh asupan makanan untuk kembali mengisi energinya yang sudah terkuras setelah jalan-jalan seharian ini.

"Ck pantesan malas buka hp ternyata sahabatku ini lagi viral toh" celetuk perempuan berjilbab abu-abu.

"Maksudnya?"

"Nih kamu lihat Ras" Anjani memperlihatkan isi ponselnya pada Rasti.

Perempuan berambut sebahu itu mencodongkan sedikit tubuhnya ke depan. "Nah loh kok bisa?"

"Ternyata effect mantan presma kita masih luar biasa"

Salwa yang melihat respon kedua sahabatnya itu menatap mereka bingung. "Apaan sih?"

"Lah kamu nggak tahu?" tanya Anjani bingung.

"Tahu apa?"

"Loh aku pikir kamu udah tahu, makanya kamu cuekin tuh hp yang sedari tadi bunyi terus"

Salwa menggeleng. "Dari semalam emang bunyi terus, nggak tahu kenapa. Baru aku nyalain lagi barusan, eh ternyata masih sama"

Meman sejak semalam smartphone-nya itu terus memunculkan puluhan notifikasi dan mungkin sekarang sudah ratusan.

Karena merasa bising, akhirnya ia memutuskan untuk mematikan notifikasi tersebut tanpa berniat membuka atau melihat apa yang sebenarnya terjadi. Salwa pikir setelah melakukan hal itu, notifikasi pada ponselnya akan berhenti. Namun ternyata dugaannya salah, kini notifikasi itu justru semakin banyak silih berganti.

Ting...

"Tuh bunyi lagi."

Salwa menghela nafas lelah kala suara itu kembali terdengar. Di dorong rasa penasaran, akhirnya ia meraih benda ber-chasing biru itu. Lalu membuka salah satu notifikasi yang ternyata berasal dari media social Instagram miliknya. Padahal ia bukan tipe perempuan yang setiap detik meng-update seluruh kegiatannya ke media sosial. Tapi kenapa ramai sekali.

Notice-nya jebol oleh komentar dari orang-orang yang tidak ia kenal. Foto terakhir yang ia posting mendadak di banjiri oleh ribuan komentar ditambah puluhan direct message yang ia terima.

Salwa membuka beberapa notice yang diterimanya. Membaca satu persatu, mencari tahu kenapa akun Instagram miliknya bisa tiba-tiba heboh dan kebanjiran notice.

Ia membuka satu komentar yang akhirnya bermuara pada postingan milik seseorang yang sangat ia kenal.

Sebuah postingan berisi enam foto didalamnya. Potret kebersamaan pang5 saat pertama kali bertemu, saat masih di BEM, saat sidang hingga foto wisuda mereka. Foto yang sama seperti postingan Salwa kemarin.

Dari keempat foto tersebut tidak ada yang aneh, bahkan caption yang ditulis juga biasa-biasa saja. Tapi kenapa bisa sampai heboh dan membawa-bawa namanya? Salwa kembali menggeser layar ponselnya, ia terkejut saat melihat foto terakhir dalam postingan itu.

Ah rupanya ini dia sumbernya.

Dan tunggu, ternyata pemicunya bukan hanya berasal dari foto itu saja. Tapi ada satu komentar yang membuatnya semakin ramai. Meski hanya berisi empat kata, 'oh yang ini kak' namun kata tersebut berhasil mengundang banyak komentar.

Salwa beralih membuka akun sang komentator. Mencari tahu si pemilik akun tersebut. Rupanya dia juga mem-follow akunnya bahkan sampai mengirim direct message.

**

"Eh Sal, aku mau tanya boleh?"

"Tumben mau nanya ijin dulu"

"Soalnya ini tentang..." Anjani tampak menimang sejenak, "hubungan kamu sama Alfi. Sebenarnya gimana sih? kalian itu dekat dan kelihatannya dia juga suka sama kamu. tapi kok kesannya kalian biasa-biasa aja"

"Atau jangan-jangan udah pacaran ya?" tebak Rasti.

Salwa menghentikan kegiatannya, ia menyedot coklat milkshake-nya terlebih dahulu. Tenggorokannya mendadak kering setelah membaca ribuan komentar yang membanjiri akunnya. Setelah itu ia memutuskan untuk mengunci akun instragramnya. "Kita nggak pacaran." jawabnya santai.

"Masa?"

Perempuan itu mengangguk yakin. "Aku sama dia emang deket. Tapi kita nggak pacaran. Kalau orang pacaran tuh kemana-mana berdua. Pergi berdua, nonton berdua, makan berdua, apa-apa berdua. Nah kita tuh nggak"

"Kita kalau pergi suka rame-rame. Nonton juga jarang, kalau nonton pun ya kayak kemarin bareng-bareng sama yang lain. Makan apalagi, kadang kita suka serombongan malah dan Anjani tahu itu. Jadi kita ya gini"

Kedua perempuan itu mengangguk. Apa yang Salwa ucapkan memang benar adanya. "Iya sih."

Salwa memang jarang bahkan tidak pernah terlihat jalan berdua dengan Alfi maupun laki-laki lain. Perempuan itu lebih suka pergi beramai-ramai, kecuali dengan Adrian.

"Eh tapi nggak ada niatan buat pacaran gitu? Padahal cocok loh" ucap Rasti.

Salwa mengerutkan dahi bingung "Ras, kalau kamu kenal aku. Harusnya kamu nggak perlu tanya itu"

Salwa tidak pernah menyangkal tentang perasaan yang kini tiba-tiba hadir untuk seseorang. Sejak perasaan itu datang, ia berusaha untuk tetap tenang dan santai. Belajar untuk menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba menggila tiap dekat dengan laki-laki itu dan ia bersyukur karena berhasil mengontrol jantungnya. Ternyata nggak susah dan nggak mudah juga.

Ia cukup mengisi pikiran dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih penting. Seperti masalah kuliah dan koas misalnya. Pokoknya hal-hal yang jauh dari topik romansa dan hal nggak penting macam itu. Pun kini intensitas pertemuan mereka tidak sesering dulu karena keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Membuat Salwa lebih mudah mengontrol perasaan itu.

Biarlah seperti ini, ia lebih merasa nyaman. Karena sejatinya Salwa memang tak mau pacaran dan ia rasa laki-laki itu pun nampaknya enggan memiliki hubungan yang merepotkan semacam itu.

Untuk masalah perasaannya, biarkan saja. Perasaan yang hadir itu fitrah dari sang maha kuasa, saling menyukai lawan jenis itu wajar. Tapi tidak semuanya harus diungkapkan kan? cukup dengan di doakan. Toh kalau pun jodoh pasti tahu kemana jalan pulang.

"Eh tapi, kalau misalnya Alfi atau siapapun itu yang ngajak kamu ke jenjang lebih serius gimana Sal?" tanya Anjani.

"Kalau sekarang, aku masih ingin belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi. Masih sangat menikmati proses eksplorasi diri, masih enjoy sendiri dan masih banyak hal yang harus diselesaikan dulu. Pun masih ingin meluangkan banyak waktu dengan keluarga dan teman-teman, tentunya sebari mempersiapkan diri"

"Jadi yes or no nih?"

"Mmm yes or no perihal ada yang ngajak serius tergantung pribadinya. Apakah personality-nya sesuai? Bisa memahami? Saling fill-in? dan apakah membawa lebih dekat kepada allah atau malah sebaliknya? Dan berbagai aspek lainnya. Everyone has their own time kok. Selagi menunggu ya perbaiki diri dulu.

Karena sesungguhnya jodoh itu cerminan diri, selama kita memantaskan diri menjadi versi terbaik, percayalah tuhan juga akan memberikan kita jodoh yang terbaik. Lakukan hal-hal yang punya energi positif, karena ketertarikan seseorang kepada diri kita nantinya akan muncul sendiri seiring dengan kita yang memantaskan diri buat dia. Jadi be prepared aja"

Anjani dan Rasti takjub mendengar penuturan sahabatnya. Keduanya kompak bertepuk tangan heboh. "Luar biasa"

"Semoga aja Alfi udah siap saat itu ya" ujar Rasti. Anjani mengangguk setuju.

"Amin..."

Eh

***

Coba tebak foto apa yang Salwa lihat di posingan terakhir itu?

Cinta (Luar) BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang