Semakin gelap, rekan-rekannya yang tadi sempat terpencar mulai berdatangan ke titik kumpul. Bukan hanya dari rombangan Jogja, bahkan mahasiswa dari kampus lain pun mulai berdatangan.
Banyak dari mereka yang datang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Hampir setiap menit selalu datang korban, mulai dari yang sesak nafas, mata mengeluarkan begitu banyak air karena terkena gas air mata hingga anggota tubuh yang berdarah-darah karena terkena lemparan batu maupun benda lainnya.
"Tim medis mana woy!" teriak mahasiswa beralmamater navy yang membopong seorang perempuan yang terlihat tidak berdaya.
Dengan sigap, para anggota medis berlarian membantu mahasiswa tersebut memindahkan perempuan itu ke teras masjid untuk mendapatkan pertolongan pertama dengan memberikan oksigen terlebih dahulu lalu mengobati luka memar yang berada dipipinya.
Dengan telaten Salwa bersama anggota tim medis lainnya mencoba mengobati mereka yang terluka, beruntung rekan-rekannya dari Jogja tidak banyak yang terluka parah.
Usai melaksanakan salat maghrib, rombongan dari Jogja mengadakan rapat darurat yang dipimpin oleh Tyo dan koordinator dari kampus tetangga. Mereka mencatat tiap kampus siapa saja yang sudah berada dimasjid yang saat ini dipakai sebagai titik kumpul, siapa dan berapa orang yang sedang menuju lokasi dan siapa yang masih belum ada kabarnya.
"Yang belum ada kabar berapa orang?" tanya Tyo
"Kurang lebih dua puluh orang Yo"
Tyo mengangguk setelah mengatakan sepatah dua patah kata. Ia lalu mengintruksikan beberapa mahasiswa untuk mencari keberadaan rekan-rekannya yang belum kembali dan akan selalu mengupdate siapa saja yang baru sampai titik kumpul, yang sedang dalam perjalanan, yang tidak ada kabar maupun sedang berlindung di suatu tempat karena tidak memungkinkan untuk keluar.
Ditengah-tengah rapat yang belum usai, tiba-tiba Alfiandra datang dalam kondisi yang kurang baik. Laki-laki itu langsung memeluk Tyo sambil menangis, sontak saja semua yang berada disana bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada sang presiden mahasiswa.
"Semua salah gue Yo"
"Kenapa Fi, ada apa? coba cerita"
"Ada yang meninggal satu Yo. Gue yang bikin seruan aksi ini" suara laki-laki itu terdengar serak.
"Bukan, bukan salahmu. Semua salah negara. Karena kebodohan pemerintah dan DPR yang bikin kita kayak gini. Memang sudah seharusnya kita bergerak, nggak mungkin kita terus berdiam diri"
Tyo mencoba menenangkan seraya menepuk-nepuk bahu sahabatnya yang masih naik turun.
"Eh ada minum nggak?"
Salwa yang kebetulan berada tak jauh dari mereka, mengulurkan air mineral miliknya yang masih utuh dan sekotak tisu pada Tyo.
Salwa tahu bagaimana hancurnya laki-laki itu saat ini, sebagai pemimpin Alfi memiliki beban dan tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus melindungi ratusan temannya dan memastikan mereka semua baik-baik saja tanpa kekurangan satu apapun. Jika ia menjadi Alfiandra, Salwa yakin ia tidak akan bisa sekuat laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta (Luar) Biasa
FanficSetiap orang memiliki berbagai cara untuk mengungkapkan rasa cintanya. Ada yang menunjukkan dan mengatakan langsung pada sang pujaan, atau ada yang memilih mengungkapkan lewat rangkaian kata yg ditulis begitu romantis bak seorang pujangga. Dan ada j...