3

6.9K 270 14
                                    


Setelah mempertimbangkan berbagai hal dan berkonsultasi dengan teman-teman serta meminta restu dari keluarga, akhirnya Alfi resmi mencalonkan diri sebagai presiden mahasiswa periode tahun ini.

Diantara dua kandidat lain, Alfi lah yang paling muda diantara mereka. meski usianya paling muda namun pengalaman dan prestasi yang ia punya tidak bisa diragukan lagi.

Muhammad Alfiandra Zaidan pernah menjadi ketua BEM FKG, mantan anggota MPM dan alumni forum Indonesia muda ke 19. Alfi juga pernah menjadi delegasi persatuan senat mahasiswa kedokteran gigi Indonesia dan mahasiswa berprestasi, juga merupakan peraih medali perak pada program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan yang produknya telah dipatenkan juga mendapat beasiswa aktivis nusantara dan sering menjadi pembicara di beberapa seminar.

“Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia. Artinya, tugas mahasiswa bukan sekedar menghidupkan dirinya sendiri, tapi untuk rakyat, untuk orang lain disekitar. Bagi saya, mahasiswa itu hidup dalam kehidupan yang menghidupkan.

Keyakinan inilah yang menjiwai saya selama tiga tahun berdinamika dikegiatan pergerakan mahasiswa. Membuat saya melihat, mendengar dan merasakan bahwa masih banyak potensi yang perlu dioptimalkan serta banyak hal yang perlu diperbaiki di BEM KM dan oleh BEM KM.

Pengetahuan dan gagasan untuk BEM ini tak boleh dibiarkan berhenti sebagai ide dikepala saja. melainkan harus di transformasikan menjadi sebuah kerja nyata”

“Maka dilandasi semangat pertanggung jawaban, dengan penuh proses pertimbangan yang panjang dari sahabat, guru dan orang tua saya. Saya menjawab ‘panggilan perubahan’ yang datang dari teman-teman dengan menjadi calon presiden mahasiswa BEM KM UGM tahun ini” jeda Alfi ditengah-tengah orasinya.

“Saya tahu bahwa jalan yang saya pilih ini bukanlah jalan yang ringan yang mampu ditempuh sendirian. Kalau kata dilan versi aktivis ‘jalan ini berat, jangan biarkan aku berjuang sendirian’” kata Alfi mengutip salah satu kalimat yang diucapkan oleh Dilan, salah satu tokoh film yang saat ini sempat viral.

“Teman-teman mohon dukungan dan doanya yah. Bersama kita tempuh jalan juang ini dengan penuh harapan dan kebahagian. Bismillah... akhir kata sekian dari saya wassalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh. Hidup mahasiswa!!!”

“Hidup mahasiswa!!”

“Hidup rakyat Indonesia!!”

“Hidup rakyat Indoensia!!!”

Semua orang bertepuk tangan melihat pembawaan Alfi yang lugas dalam menyampaikan orasinya. sosok Alfi yang terbilang humble dan easy going pada siapapun menjadi nilai plus untuk dirinya.

Sudah hampir satu bulan ini Alfi beserta tim suksesnya disibukan dengan berbagai kegiatan kampanye, seperti yang saat ini tengah dilakukannya.

Ini adalah hari ketiga Alfi melaksanakan kegiatan tour de fakulty menyampaikan visi dan misinya sebagai calon presiden mahasiswa. hari pertama di fakultas teknik, hari kedua di fakultas filsafat dan hari ini, hari terakhir di fakultas psikologi.

**

“Menurut gue, kalau dia merasa ada yang salah. Ya laporkan aja, enggak usah berkoar-koar di timeline lah nyampah”

“Toh gossip yang kemarin mereka buat juga udah terbantahkan, eh sekarang bikin ulah lagi” Tyo ikut bersuara.

Pemuda kelahiran Palembang dua puluh tahun silam itu hanya diam menyimak sumpah serapah dari para tim sukses dan para rekan-rekannya. hari ini laki-laki itu tidak terlihat seperti biasanya, ia terihat lebih pendiam.

Alfi sadar, meski banyak yang mendukungnya namun tak sedikit pula yang mencoba untuk menjatuhkan dirinya dengan berbagai macam cara. Dari awal pencalonan memang sudah banyak isu-isu miring yang menerpa dirinya. mulai dari popularitas, wanita hingga jabatan yang semuanya sama-sama berusaha menjauhkan dari orientasi awal.

Seminggu terakhir ini Alfi beserta beberapa rekannya kerap kali menjadi bahan nyinyir oleh OA mahasiswa yang mengatasnamakan humor untuk mengungkapkan kebenciannya.

Lagi duduk, kumpul-kumpul sambil diskusi dengan para aktivis kampus, upload foto eh kena nyinyir. Bikin video soal bahaya nyinyir eh kena nyinyir juga dan sekarang soal personal chat yang saat ini tengah menghebohkan satu kampus.

Meski begitu Alfi tetap santai dan tak ingin ambil pusing perihal itu semua. Alfi percaya biasanya orang yang nyinyir itu tidak lebih baik dari orang yang dinyinyirin. So Alfi sih woles aja.

"Aku cuman mau ngingetin, mungkin nanti akan ada kejadian-kejadian yang nggak mengenakan yang lebih dari ini Fi.” Fajar yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya menatap Alfi serius.

“Iya, aku tahu. Mas enggak usah khawatir” jawab Alfi.

Masalah seperti itu bukannya ia tidak tahu, ia sudah banyak belajar sejak menjadi mahasiswa baru. Bergaul dengan para senior dan aktivis membuat Alfi paham, betapa orang-orang saat ini sudah menyalahgunakan politik.

Politik kampus kerap disalah pahami sebagai ujud politiasasi kampus (politik praktis), tak jarang kesalahpahaman inilah berdampak kultural bagi sebagian besar mahasiswa dalam memandang politik. Dinilai sebagai gerakan pragmatis yang bergerak hanya untuk mendapatkan posisi-posisi strategis tertentu. bayak yang mengkambing hitamkannya dengan peristiwa yang tidak seharusnya terjadi.

“Aku percaya kamu bisa.” Fajar menepuk bahu juniornya, seakan mengatakan ia bangga dengan Alfiandra.

Laki-laki itu tersenyum tipis, ia kembali memijit pelipisnya saat kepalanya terasa berkunang-kunang.

"Muka pucat banget, sakit?" tanya Tyo

"Nggak apa-apa, cuman pusing doang. mungkin karena kurang istirahat aja"

Entah kenapa hari ini Alfi merasa sangat lelah dan sejak kemarin kondisi tubuhnya juga sedang tidak fit.

“Ini kalian berdua kenapa dari tadi makan terus sih?” Fajar mengalihkan perhatiannya pada dua laki-laki yang berada dipojokan.

Merasa dirinya tengah diperhatikan, dua orang itu menghentikan kegiatannya. Mereka saling menatap satu sama lain dan nyengir.

“Marah-marah itu nggak baik mas, membuat energi kita terbuang banyak. Sebentar ya mas, ini kita lagi isi energy dulu” ujar Adrian.

Ragil mengangguk setuju “Kalau energi nya udah balik, mau baku hantam juga ayo tak jabanin mas”
Alfi merasakan kepalanya semakin pusing mendengarkan ucapan absurd dari dua sahabatnya itu. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya.

“Aku pamit duluan ya”

“Mau kemana?” tanya Fajar saat melihat Alfi berdiri dari duduknya.

“Ngadem di masjid mas”

Cinta (Luar) BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang