Pintu laboratorium dibuka, para mahasiswa praktikum dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan setelah membaca doa penutup, termasuk mendoakan cadaver yang dipakai untuk praktikum.
Cadaver adalah jenazah tanpa identitas atau mayat tak dikenal yang telah diawetkan menggunakan formalin yang disimpan di dalam freezer.
Kalangan mahasiswa kedokteran menyebut mayat tersebut dengan sebutan Mr. X. Mereka menyebut Mr. X itu sebagai guru besar. Sebab, jenazah tak dikenal itu masih utuh dan biasa digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran untuk mengetahui anatomi tubuh manusia secara asli.
Perempuan dengan hijab berwarna salem itu melangkahkan kaki gontai keluar dari ruangan lab. Aroma formalin yang menyengat dan pedih dimata langsung hilang begitu ia menghirup udara bebas dari luar.
Lega, karena selama praktikum tadi ia berusaha menahan indera penciuman dan penglihatannya terhadap formalin.
“Kenapa Sal?”
Perempuan itu menggeleng seraya melepas masker dan jas labnya lalu menyampirkan jas tersebut ke lengannya.
“Hmm nggak apa-apa kok” jawabnya.
“Ck kayak pertama kali masuk lab anatomi aja kamu” kekeh salah satu rekan kelompoknya.
“Hehehe” cengirnya.
Dulu saat awal-awal menjadi mahasiswa kedokteran, Salwa sempat merasa shock dan ngeri juga. Sebagai manusia tentunya mempunyai rasa takut saat berhadapan langsung dengan mayat. Bahkan baru berada di depan laboratorium anatomi saja rasanya sudah merinding.
“Eh Rasti mana Sal?” tanya Arga yang kebetulan hari ini mereka berada dalam satu kelompok praktikum yang sama.
“Tadi dia katanya mau ketemu dr. Arum dulu, Jadi aku duluan deh”
Laki-laki itu mengangguk “kamu langsung pulang atau...”
“Aku masih ada rapat teklap sama anak BEM nih Ga”
"Eh kamu mau ikut aksi juga?" tanya perempuan berkacamata yang berjalan disisi kiri Salwa.
Salwa mengangguk "Heem"
“Ikut yang mana, di Jakarta atau disini?”
"Jakarta"
“BEM fakultas ikut dimana Ga?”
"Aku sama anak-anak ikut aksi disini"
Setelah sampai lantai dasar satu persatu rekannya pamit terlebih dahulu. Menyisakan Salwa yang masih asik bercengkerama dengan Arga sembari berjalan beriringan menuju tempat parkir.
"Eh aku duluan ya Ga”
Laki-laki itu mengangguk “Iya hati-hati Sal”
**
Matahari mulai condong ke barat, Salwa melajukan motor matic-nya meninggalkan gedung radiopoetro hendak menuju gedung gelanggang mahasiswa yang terletak disebelah barat Boulevard UGM, sebelah utara pintu masuk utama kampus.
Sepuluh menit berlalu, ia sudah berada didepan gedung berlantai dua dengan dominan cat berwarna putih gading.
Terlihat sudah banyak motor berjejer didepan gedung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan seluruh mahasiswa. Mulai dari unit-unit olahraga, kesenian dan berbagai unit khusus mahasiswa.
“Salwa...”
Perempuan itu tersenyum lalu menghampiri sahabatnya yang sedang berbincang dengan anak-anak UKM yang tengah duduk-duduk di depan gelanggang mahasiswa.
“Dari tadi Ni?” tanyanya, tak lupa ia pun menyapa anak-anak UKM yang berada disana.
“Enggak kok, aku juga baru datang”
Salwa mengangguk, ia ikut duduk bergabung bersama mereka.
“Nanti malam ikut ke Jakarta?” tanya Tari salah satu anak UKM dari Mapagama. Teman satu gugus saat masa PPSMB beberapa tahun lalu.
“Ikut, soalnya aku tim medis dari BEM, kamu juga ikut?”
Perempuan berambut panjang yang dikuncir kuda itu mengangguk. “Ikutlah, nanti berangkat jam berapa kita?”
“Kalau nggak salah sekitar jam sepuluhan”
Setelah berbincang sebentar, Salwa dan Anjani pamit terlebih dahulu menuju sekre BEM KM yang berada di sayap barat gedung.
**
Salwa nampak serius mendengarkan arahan dari sang pemimpin rapat. Saat ini mereka tengah rapat di sekre BEM KM.
Diskusi berjalan sangat semangat dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta rapat. Mereka menyuarakan pendapat masing-masing. Suasana rapat yang sangat hidup, mata mereka berbinar-binar ingin segera turun ke jalan.
Rapat kali ini tidak hanya di hadiri oleh anggota BEM KM tapi juga oleh para anggota organisasi mahasiswa lain.
Hembusan angin dari sela-sela jendela yang sengaja dibuka membuat suasana sore yang cukup panas menjadi sedikit sejuk dan udara di dalam ruangan berukuran lima kali lima meter dengan dua kipas angin di dinding yang berputar itu tidak terlalu pengap akibat terlalu banyak orang.
Malam ini mereka bersama para mahasiswa lain yang berasal dari berbagai kampus di Jogja akan bertolak ke Jakarta.
Tahun ini, telah terjadi kejadian yang luar biasa. Indonesia di hantam musibah secara bertubi-tubi. Revisi UU KPK, RUU KUHP, kebakaran hutan dan sederet permasalahan lainnya yang kini tengah menjerat negeri tercinta.
Membuat mahasiswa tak terima dan mulai menunjukan tajinya.
Sejak kemarin mahasiswa dari berbagai daerah sudah mulai bergerak turun ke jalan agar pemerintah bisa melihat dan mendengar aspirasi mereka. Tidak hanya mahasiswa tapi juga dari berbagai elemen masyarakat pun ikut bergabung menyuarakan suara mereka yang tak di dengar, suara rakyat ditekan, para korporat mendadak tuli dan bisu.Ini saatnya mereka melawan, saatnya mereka bergerak demi kepentingan rakyat bahwasanya saat ini Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
“Kita bagi tugas. Yang enggak berangkat ke Jakarta, ikut aksi disini gabung sama teman-teman yang lain. oke?”
Semuanya mengangguk setuju. Selain berpusat di Jakarta, aksi juga dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk di Yogyakarta yang akan berpusat di jalan Gejayan.
“Bagus. Tim medis sama tim logistik oke ya?” Tyo sang menteri pengetahuan dan pergerakan mahasiswa. Motor penggerak dari setiap gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Dan kali ini pemuda asal magelang itu dipercaya untuk memimpin rapat karena sang presma sudah berada di Jakarta sejak kemarin untuk konsolidasi bersama para petinggi BEM dari berbagai kampus di Indonesia.
“Siap Yo”
“Aman bro”
“Oke jadi semuanya udah siap ya?” tanya Tyo memastikan. “Sebelum saya tutup apa ada pertanyaan?”
Seluruh anggota menggeleng pertanda mengerti dengan semua yang dikatakan olehnya.
“Sekarang kita semua pulang, biar bisa istirahat. Nanti Sebelum berangkat, jam sembilan kita kumpul disini lagi oke?” pesannya sebelum menyudahi rapat
“Oke”
“Oh iya, satu lagi. kalau ada sesuatu yang penting tolong update di grup. Ketua tiap tim juga harus saling koordinasi” tambahnya sebelum para anggota rapat meninggalkan ruang sekretariat BEM.
"Siap"
**
Teklap: Teknik Lapangan
UKM: Unit Kegiatan Mahasiswa
Mapagama: Mahasiswa Pecinta Alam Gadjah Mada
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta (Luar) Biasa
FanfictionSetiap orang memiliki berbagai cara untuk mengungkapkan rasa cintanya. Ada yang menunjukkan dan mengatakan langsung pada sang pujaan, atau ada yang memilih mengungkapkan lewat rangkaian kata yg ditulis begitu romantis bak seorang pujangga. Dan ada j...