"Bukannya apa tapi, bukankah hidup bukan hanya soal menunggu. Mari tersenyum dan gabungkan beberapa pasang mata yang bersinar. Tuhan akan menyukainya."
****
Sudah dua hari, namun Kara belum juga masuk sekolah. Di lapangan basket kali ini, mentari di siang hari menjadi sangat menyengat.
"Raf! Raf! Come on! Throw back the ball!" Steve meneriaki Rafa yang menggiring bola dengan nafas memburu. Ia tahu emosi Rafa akhir akhir ini tidak dapat diatur.
Rafa melesat dua kali lebih cepat dari perkiraan timnya. Minggu depan, ia akan menghadapi pertandingan bola basket melawan SMA TARUNA BANGSA. Lawan yang masih menjadi musuh terkuat sepanjang angkatan SMA BHUANA.
Dalam hitungan detik, lagi lagi Rafa bisa memasukkan bola basket ke dalam ring. Semuanya tampak bersorak dan berteriak histeris tak terkecuali Shella CS.
"Eh, Gilak Gilak, itu cowok Lo keren juga main basketnya," teriak Cashey yang kini tengah menepuk nepuk bahu Shella.
"Eh gillss banget parahh..." Teriak Amora yang histeris.
"Jelas dong. Kalian kemana aja sih? Kok baru tau sekarang?" Tanya Shella membuat kedua sahabatnya menengok kearahnya.
Sejenak Rafa memandang sekeliling, terlihat Shella yang sedang meloncat-loncat tak jelas sambil berteriak kegirangan, ia pun melambaikan tangannya pada Rafa. Hal itu membuat Rafa memutar bola matanya konstan.
"Ih kok Rafa buang muka gitu sih ke gue?" Tanya Shella pada sahabat sahabatnya.
"Mungkin dia nggak suka sama Lo kali, Shel." Jawab Amora terus terang.
"Ssttt... Jangan bilang gitu, Amora! Nanti Lo bisa pulang jalan kaki lagi, kalau pulang Lo nggak nebeng Shella."
"Itu kalian pada tau sen.." sahut Shella terpotong.
Entah takdir apa yang menghantam Shella, tiba-tiba saja bola basket yang awalnya ingin Rafa masukkan ke dalam ring meleset dan mengenai Shella. Shella pun tergeletak di tanah dan matanya terpejam. Cashey dan Amora yang terkejut, berteriak histeris meminta tolong.
Semua beralih dari lapangan dan mengelilingi Shella. Di tengah keramaian itu, Rafa berusaha mencapai Shella dan kemudian membopongnya ke tempat yang lebih luas agar Shella bisa bernafas lebih baik.
"Ini temen Lo lemah banget, kena bola aja langsung pingsan." Ucap Rafa terkesan kasar.
"Raf, kalau ngomong yang bener aja kali ah." Sahut Gerald yang sedari tadi mengikuti Rafa.
"Ha? Lemah? Lo aja kali yang nggak hati-hati. Udah tau salah, masih juga bela diri sendiri." Jawab Amora kesal.
"Sekarang minta diapain nih temen Lo? Nyusahin banget." Tukas Rafa.
Rafa yang merasakan mata Shella sedikit terbuka tadinya membuat Rafa bingung apakah Shella ini sedang berpura-pura atau tidak. Ia pun membuat siasat.
"Eh, Lo semua pada tau nggak sih, dulu gue punya temen, dia sering banget bohong sampai suatu saat dia pura pura pingsan, eh nggak taunya besok mati. Kasian kan.." celoteh Rafa membuat kelopak mata Shella bergerak sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEREGO
Romansa"Kita adalah berbagai serpihan luka yang tuhan coba tuk satukan. Kamu adalah rasa dan aku adalah rana. Apakah akan fana atau kita memang benar-benar bisa bersama?" Rafa. "Aku tak peduli ilusi. Aku juga tak ingin terlihat seperti halusinasi. Yang kui...