4. Bunda

123 12 0
                                    

"Ra, udah sampai." Panggil Rafa pada gadis yang menyandar pada punggungnya.

"Kara." Panggil pria itu sekali lagi.

Rafa melihat Kara tertidur lelap di punggungnya. Wajahnya terlihat menenangkan. Tak seperti biasanya yang selalu berbicara dengan ritme yang tak teratur.

"Lo keliatan kalem kalau tidur kayak gini, Ra."

"Haha.. wajah lo lucu banget,"

Kara merasakan getaran pada punggung yang ia sandari. Pada dasarnya ia tak suka tidur lama lama apalagi tidur di motor yang belum terjamin safety-nya seperti ini.

"Em.. udah sampai ya?" Tanya Kara membubarkan wajah Rafa yang awalnya menengok ke arahnya.

"Udah." Rafa berlagak seolah tak mengatakan apapun tadinya.

"Oh.." singkat Kara. Ia tak kunjung turun dari motor Rafa.

"Ekhem.." Rafa berdeham sejenak.

"Kenapa?" Tanya Kara tak mengerti.

"Turun." Intruksi Rafa.

"Kamu.. ngusir aku?"

"Iya," jawab Rafa tanpa berdosa.

"Ya udah deh aku turun,"

Rafa hanya memasang wajah cuek ala kadarnya. Itu memang kebiasaannya bukan? Mood yang sulit ditebak oleh Kara sendiri.

"Hati hati, Rafa. Nanti kalau tidur jangan lupa mimpiin aku."

Rafa tak mendengarkan intruksi Kara. Alih alih mendengarkan, Rafa memilih mengabaikan karena ia rasa semua perkataan yang Kara ucapkan itu tidaklah penting bagi kehidupannya.

"Andai aja, Rafa bener bener cinta sama gue. Bukan karena perjanjian tepatnya."

Bahkan sang neptunus itu tak pernah peduli terhadap apa yang aku lakukan. -Karamella Vionica.

****

"Assalammualaikum?"

"Waalaikumsalam." Jawab wanita paruh baya yang bisa disebut bunda bagi Kara. "Baru pulang, nak?"

"Iya nih bun. Tadi ada jam tambahan juga." Terang Kara.

"Itu udah bunda siapin sop asparagus. Kamu suka kan?"

"Wahh... Kara suka banget bun!!" Mata Kara berbinar.

"Ya udah sana ganti dulu baru makan,"

"Enggak deh, bun. Kara langsung makan aja. Dada bundaa.."

Ira menggelengkan kepala. Ia sudah terbiasa dengan karakter buah hati nya yang kekanak kanakan ini.

"Anakmu sudah besar, Yudha. Ia tumbuh menjadi gadis kuat dan periang. Aku harap kamu cepat kembali."

****

Mata Kara berbinar. Di ruang makan yang bernuansa hitam putih ini ia menyiapkan seluruh moodnya untuk menyantap makanan kegemarannya. Sop asparagus. Ya mungkin akan ada beberapa orang yang mundur ketika mendengar nama sayur yang tak awam ini.  Namun, tidak untuk Kara.

Saat di kandungan, Ira adalah seorang yang vegetarian. Mungkin itu sebabnya Kara menjadi seorang yang vegetarian juga.

"Enak bun." Kara berkomentar seperti chef yang mencicipi makanan di sebuah kompetisi memasak.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang