15. Kado

61 6 0
                                    

Rasa-rasanya dunia ini hanya sebuah ilusi ketika kita hanya saling memandang tanpa ingin mengenal lebih jauh.

****

"Rafa!" Panggil seseorang yang kini membuat Rafa membalikkan badan.

Minggu ini ia berniat untuk mencari kado ulang tahun untuk ayahnya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.

"Shella?" Ragu ragu Rafa menebaknya.

"Lo kesini juga? Ngapain?"

"Beli kado buat papa."

"Loh, papa Lo kapan ulang tahun?"

"Lusa,"

"Gue boleh nemenin lo beli kado nggak?"

"Nggak usah. Gue bisa sendiri." Rafa yang memang terbiasa cuek membuat Shella sudah faham.

"Yah, kok gitu. Boleh ya, Raf?"

"Yaudah. Tapi Lo jangan sampai ngerepotin gue."

"Enggak kok, tenang aja."

Mereka berjalan sejajar. Mencari sesuatu yang pas untuk kado papa Rafa kali ini. Namun anehnya tak ada yang Rafa rasa bagus di setiap store yang mereka kunjungi.

"Eh Rafa, Rafa. Bentar ya, tiba tiba gue pengen ke kamar mandi deh. Gue titip tas ya?"

Dalam hati, sejujurnya Rafa ingin mengumpat dalam dalam. Tetapi ia tak ingin memperkeruh keadaan. Ia pun meng-iya-kan apa yang Shella katakan.

Seusai Shella selesai, ia mengambil tas-nya yang dibawa Rafa secara ogah-ogahan.

Ketika mereka berbalik arah dan berjalan. Mereka dikejutkan oleh seorang perempuan yang menabrak mereka karena tidak sengaja. Ia berjalan tergopoh-gopoh. Sampai beberapa novel yang sepertinya baru ia beli jatuh berserakan juga.

"Kalau jalan liat liat dong!" Shella mengumpat tak tahan lagi.

"Iya mbak maaf," ucap perempuan itu halus, disertai nada bergetar ingin menangis. Raut wajahnya tak berani ia tampakkan. Ia hanya menghadap ke bawah. Buru-buru ia membereskan novel yang jatuh berserakan dan beranjak pergi.

Tak sampai perempuan itu pergi, Rafa yang merasa ganjal kemudian memanggil perempuan itu kembali.

"Hei!"

Perempuan itu terdiam ditempat. Rasanya aneh, Rafa sangat peduli pada orang orang yang tidak dikenalnya.

Perempuan itu berbalik. Menunjukkan wujud aslinya. Air mata nya tampak membasah di kedua pipinya. Jatuh bersusulan.

"Kara?" Spontan Rafa terkejut disertai ragu-ragu.

Kara yang tak kuat lagi menahan sesak berusaha untuk beranjak pergi. Namun langkahnya tertahan ketika Rafa menarik lengannya.

"Lepasin tangan Kara." Ucap Kara berhasil melepas genggaman Rafa lalu berusaha menjauh.

Rafa masih berdiri mematung. Ia tak menyangka hal ini bisa terjadi. Ia merasa bersalah. Shella yang berdiri disamping Rafa tersenyum licik. Merasa bahwa misinya berjalan dengan lancar tanpa harus berusaha keras.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang