3. Ketua Kelas

135 13 0
                                    

Kara dibuat diam. Ia tak ingin berbica lagi. Salah salah, Gilang akan membuat atensi yang lebih gila lagi.

"Selamat berjumpa kembali siswa siswi kelas XI IPA 2 yang saya cintai dan saya banggakan!!" Teriak Pak Rendy tak seperti guru pada umumnya. "Lo loh loh, ini ada apa kok ramai ramai?"

"Ini lho pak, si Gilang mecahin baker glass." Ucap salah satu dari mereka yang ikut dalam kericuhan itu.

"What double what triple whatt! Kok bisa itu gimana? Kamu jungkir balik apa atraksi sirkus kok bisa sampai pecah?"

"Ya saya tadi lari lari trus nabrak pak. Pecah deh akhirnya." Jawab Gilang santai tanpa mengetahui guncangan apa yang Kara rasakan saat ini.

"Kok bisa pecah, gilang?! Ini ketua kelasnya mana? Padahal saya sudah titip pesan ke dia." Teriak Pak Rendy.

Seketika lelucon dan humor humor Pak Rendy sudah tak berlaku lagi untuk sekarang.

"Saya, pak." Kara memajukan langkahnya beberapa senti.

"Kara. Saya tahu kamu memang seseorang yang bertanggung jawab. Tapi saya nggak habis fikir, kemana kamu disaat saya memberikan tanggung jawab seperti tadi?" Tanya Pak Rendy kontras. Kara sama sekali tak ingin menjawabnya.

"Sa.. saya.."

"Udahlah. Saya kecewa sama kamu. Ketua kelas macam apa kamu ini?"

"Mending saya aja deh pak yang jadi ketua kelas. Secara kan saya berwibawa."

Seluruh pasang mata tak terkecuali Kara melihat sosok Rafa yang berada di sudut kelas. Pengakuan mengejutkan itu membuat Kara geram dan ingin membuang orang itu sedalam dalamnya.

"Rafa? Kamu punya pengalaman apa dalam hal pendidikan karakter?"

"Dulu saya pernah menjabat jadi ketua osis di SMA CENTRAL, pak."

Para siswa siswi yang ada di ruangan itu terkejut. Tak menyangka pria aneh itu bisa menjabat sebagai bagian penting dari sebuah sekolah.

"Beneran, Fa?!"

"Iya dong pak. Masa' Rafa bohong, enggaklah."

Kara melihat Rafa penuh amarah. Ia ingin meluapkan apa yang ingin ia lontarkan pada Rafa. Namun sayangnya, keadaan sedang tidak kondusif sekarang ini.

"Ya udah, mulai sekarang Rafa menggantikan Kara sebagai ketua kelas. Selamat Rafa."

"Baik, pak."

"Dan untuk kamu, Kara. Buat kejadian ini jadi pelajaran hidup agar kamu bisa jadi yang lebih baik lagi."

"I.. iya pak."

Pak Rendy kemudian bergegas meninggalkan ruangan. Ia akan membereskan masalah ini secepatnya.

Tak ada yang berani menyalahkan siapapun. Masing masing dari mereka mulai menyimpulkan pendapat mereka sendiri. Ada yang beranggapan bahwa Kara salah karena meninggalkan tugasnya. Dan ada juga yang ber-opini, jika Rafa adalah sosok yang gila hormat.

****

Bel pulang sekolah berdering. Wajah wajah sumringah dan rindu tempat tidur terpasang pada setiap murid murid yang keluar dari kelas. Namun, tidak untuk Kara. Ia memilih untuk keluar terlambat.

"Ehem.." suara ber-efek sindiran itu lagi lagi keluar dari mulut Rafa.

Kara menoleh. Ia.mendapati Rafa yang sedang bersandar pada dinding depan kelasnya.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang