2. Laboratorium

185 15 0
                                    

"Arghh! Pusing gue liat cairan biru biru gini. Tau nggak sih, menggelikan!" Keluh Kara membuat Pak Rendy melihat ke arahnya.

Kara sangat tak menyukai hal hal berbau IPA. Apalagi harus mempelajari rumus pada fisika dan cairan cairan pada kimia yang menurutnya hal yang tak akan ia jumpai esok di dunia perkantoran.

"Kara.. kamu itu kebiasaan, kalau di Laboratorium pasti nggak fokus. Apa mau bapak panggilin Rafa biar fokus?"

Entah mengapa sejak Rafa pindah di SMA BHUANA banyak rumor beredar bahwa Rafa memiliki hubungan spesial dengan Kara. Padahal realitanya, Rafa selalu bersikap dingin pada Kara yang memiliki kapasitas kosakata dua kali lebih banyak dari manusia pada umumnya.

"Rafa? Ih, Kara ma nggak mau ngomong sama tu anak beruang dari kutub utara. Dingin, kalau nggak diganggu nggak bakal mengaum."

"Emang kamu suka kalau dia mengaum?"

"Keren pak kayaknya. Kara belum pernah liat."

"Lagian dia harimau? Kok mengaum? Beruang kutub sama harimau beda jauh, Kara. Pak Rendy berasa sia-sia jadi guru IPA mu,"

"Loh, pak. Justru harusnya bapak bangga sama saya. Kalau nggak ada saya, apa iya bapak bakal meng-observasi kata kata saya?"

"Ya udah suka suka kamu aja. Bapak mau ke TU sebentar. Saya titip teman teman kamu ya. Jangan sampai buat keributan di Laboratorium."

Kara yang memang menjabat sebagai ketua kelas sudah terbiasa diberi tugas yang monoton seperti itu. Entah apa yang ada difikirkan mayoritas kelas XI IPA 2 itu sehingga memilih Kara menjabat sebagai ketua kelas. Cewek bar bar dengan penampilan no ribet dan apa adanya.

Ia memilih untuk duduk dan membaca novel yang belum ia selesaikan tadi malam. Memang, membaca novel merupakan aktivitas favorit yang paling sering ia lakukan.

Rafa yang sedang melintas menggunakan sepatu tanpa sadar menginjak kaki sebelah kanan kaki Kara yang tanpa menggunakan alas kaki.

"Aww.... sakit,"

Rafa berbalik. Iamendapati gadis itu mengaduh kesakitan. Jujur, ia malas berinteraksi dengan keadaan saat ini. Rafa memilih untuk hanya berdiam menatap Kara dan tersenyum kronis.

"Jangan diliatin aja kali ya," sindir Kara pada seseorang, tepatnya Rafa.

"Trus gue harus gimana?" Jawab Rafa akhirnya.

"Ditolongin pinter!" Kara menggertak.

"Ogah! Kayak nggak ada kerjaan lain bantuin lo!" Balas Rafa kesal. "Lagian siapa yang suruh nggak pakai sepatu di Lab?"

"Tadi gue habis cuci kaki." Bibir Kara mengerucut.

"Nyesel gue nginjek kaki lo. Ayo ikut gue."

"Kemana?"

"Pasar malam."

"Pasar malam? Wahh... Kara udah lama nggak kesana tuh, ntar main pancing ikan seru kayaknya,"

Duh, ni anak makin nggak waras aja, batin Rafa sambil menggelengkan kepala tak faham.

"Ke UKS! Ngapain juga gue mau ngajak lo ke pasar malam. Yang ada gue malah stres."

"Eh, nggak bakal ada yang stres kalau ngajak Kara."

"Udah ah, males gue debat sama bebek Pak Slamet." Ucap Rafa seraya menggandeng tangan Kara keluar menuju ruang UKS.

"Hah? Bebek Pak Slamet? Gue ini maksudnya?" Celetuk Kara yang diabaikan oleh Rafa.

UKS tampak sepi. Hanya ada suara kipas angin yang tampak belum dimatikan dari kemarin.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang