"Jika rasa bisa tumbuh tiba tiba,
Apakah hanya akan sementara?
Atau akan bertahan lama?"****
Author P.O.V
Pagi hari ini, deru motor Rafa menggema di teras rumah minimalis itu. Rumah Kara. Kara yang awalnya masih berkelana dalam mimpi, tiba tiba bangkit lalu membuka tirai nya. Tentu saja ia terkejut sekaligus bingung, mengapa Rafa datang ke rumahnya sepagi ini, bahkan sesempat itukah? Kara memutar bola matanya konstan lalu bergegas turun ke lantai dasar untuk menemui Rafa. Namun ia lupa jika ia masih menggunakan piyama yang ukurannya masih cukup kebesaran untuknya.
Belum Rafa mengetuk pintu, Kara dengan semangatnya lebih dulu membuka pintu sampai sampai dahi nya terkena ujung pintu.
"Aishh.." Kara mengumpat halus. Ah, manusia polos.
Dahinya memerah dan sedikit keunguan. Ya mungkin, ada sedikit penambahan kegesrekan yang terjadi pada otak Kara.
"Eh lo gimana sih.. buka pintu aja remidi," Rafa tertawa kronis. Ia merasa bahwa Kara memang benar benar membutuhkan kursus dalam hal per-pintu-an.
Tanpa membantu, sekali lagi Rafa kembali tertawa terpingkal pingkal sampai sampai ia lelah dan akhirnya duduk di sebuah bangku taman di samping teras rumah Kara.
"Rafa gimana sih, malah ketawa ketiwi nggak jelas, bantuin Kara dong." Ucap Kara ketus.
Siapa suruh membuka pintu terlalu bersemangat sampai sampai dahinya harus terbentur daun pintu.
"Eh lo belum mandi? Itu kenapa masih pake baju tidur? Bentuknya hello kitty lagi, gue sih geli ya liatnya."
"Rafa gimana sih! Ini tu lucunya tingkat dewa tau nggak?" Tukas Kara seraya menggerutu. Menurutnya tak ada yang salah dari baju tidur yang ia kenakan.
Rafa memutar bola matanya konstan. Buru buru ia kembali ke motornya dan menyalakan mesin.
"Loh loh, Rafa mau kemana? Kok nyalain motor lagi, tungguin Kara dong Kara kan belum siap, sabar Rafaa." Rengek Kara seperti anak kecil.
Rafa yang tak faham dengan apa yang dikatakan oleh Kara meminta Kara untuk kembali mengatakan apa yang Kara bicarakan barusan. Dan tanpa ada aba aba apapun kini Rafa kembali tertawa.
"Dih, siapa juga yang mau nganterin lo sekolah. Makanya jadi manusia tingkat kepedean nya diturunin dikit, takutnya ntar jadi sok tau gini deh." Ledek Rafa yang memang tak berkeinginan untuk mengantar Kara berangkat sekolah.
Masih mematung di tempat, kini Kara kembali masuk ke rumah dan membanting pintu. Tak lupa ia kembali mengunci pintu.
"Dasar bocah ngambekan!" Teriak Rafa yang kemudian bergegas pergi.
****
"Aneh aja tu si makhluk astral. Ngapain juga tiba tiba dateng sepagi ini ke rumah Kara kalau bukan untuk anter Kara berangkat sekolah." Gerutu Kara membuat persiapan berangkat nya lebih lama dari biasanya.
Usai Kara menuruni anak tangga ia berlari ke garasi bawah tanah di rumahnya. Awalnya garasi ini Kara desain sendiri, hingga unsur mininalis warna pastel masih terlihat dari tatanannya.
Ia meraih sepeda yang tergeletak di sudut garasi dan menuntunnya sampai ke teras. Sudah lama Kara tidak bersepeda, kira kira akan seperti apa ya. Terakhir kali saat ia duduk dibangku kelas 3 SMP. Apakah masih akan semahir dulu?
"Non? Masih tetap mau naik sepeda? Non Kara kan baru aja habis sakit." Ucap bi Asih seraya menasehati. Dengan kondisi tubuh Kara yang belum fit seperti ini, bi Asih khawatir akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada Kara.
Kara tersenyum simpul kemudian kembali menuntun sepedanya keluar rumah. "Tenang aja bi, Kara udah sembuh kok. Lagian Kara juga udah bisa jaga diri,"
"Yaudah hati hati non!" Seru bi Asih yang kini tengah memandang punggung Kara yang kian menjauh.
****
Duarr..
Dan kali ini, ban belakang sepeda Kara pecah di depan halte bus. Mungkin ini karena Kara tidak sempat memeriksa sepeda yang sudah lama tidak ia gunakan. Akan sangat nanggung jika ia harus kembali ke rumah karena waktu ke sekolahnya hanya terpaut beberapa menit saja.
Ia menghapus peluh di keningnya. Rasa sakit akibat terbentur pintu tadi pagi masih terasa.
"Ni sepeda kenapa nggak mau diajak kompromi sih!" Ucap Kara seraya menggerutu. Bibir bawahnya ia majukan beberapa senti.
Beberapa orang yang berada di halte menyoroti Kara. Ada yang merasa kasihan, namun tak sedikit juga yang sedang menahan tawa.
"Apa liat liat!" Kara naik pitam lalu wajahnya memerah. Sambil menuntun sepedanya yang tengah sekarat, ia menendang-nendang batu kerikil yang ada di jalan. Kara menyusuri jalan trotoar yang seharusnya tidak dilewati oleh sepeda.
Dua, tiga, dan empat kali ia menendang kerikil sampai kelima, batu itu mengenai sebuah mobil yang ia yakin memiliki harga fantastis. Tapi ke-masa bodoh-an Kara lebih menguasai otaknya.
Tanpa rasa bersalah Kara tetap berjalan lurus, sambil menuntun sepedanya.
"Woi!" Panggil seseorang yang kemungkinan besarnya adalah pemilik mobil yang terkena batu tadi. Suara laki laki.
"Mati ni Kara." Ucap Kara lirih. Tangannya lemas. Ia ingin membalikkan badan tapi seperti tak ada tenaga. Jika disuruh pergi ke antartika, Kara siap sekarang juga.
Seperti tak ada jawaban seseorang yang memakai jeans warna putih dan hoodie mocca serta sneakers berwarna hitam dengan tatanan rambut rapi itu mencoba menghampiri siapa yang telah berani menendang batu ke mobilnya.
Kara menutup matanya. Ia masih tak ingin menerima kenyataan jika dirinya harus masuk ke kantor polisi hanya karena menendang batu ke sebuah mobil yang tak ia ketahui milik siapa.
"Ampun pak.. jangan bawa Kara ke kantor polisi ya, Kara masih pengen sekolah." Ujar Kara sambil menangkupkan tangannya seperti sedang memohon sesuatu. Dan lagi, mata Kara masih terpejam.
Seseorang ini masih terdiam. Diamnya ini bukan karena ingin untuk marah tapi karena sedang menahan tawa melihat tindakan konyol yang dilakukan Kara.
Mendengar tak ada pergerakan dari seseorang yang Kara belum tahu itu siapa, Kara mencoba untuk membuka matanya dan melihat siapa seseorang itu.
"Eh," Kara berbicara seolah ragu.
"Nama gue Alvin Gio Ananta, dan gue bukan bapak bapak. "Tukas seseorang yang diketahui bernama Alvin itu.
-------------------------------
📌📌Hola!
The first, author bakal ngucapin "Happy New Year" buat para readers couo dan ceue.
Udah pada liburan kemana aja nii
And then,
Say hi for this chapter!
Kira kira siapa ya si Alvin ini? Hayo coba tebak.
Selalu dan selalu vote dan comment di story ku yaa, maap kalau lama nggak update juga, author lagi banyak beban idup, hwhw. -sok banget sih.
Salam selucu pancake Karamel buat kaliann🤗Vote
And
Comment
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTEREGO
Romance"Kita adalah berbagai serpihan luka yang tuhan coba tuk satukan. Kamu adalah rasa dan aku adalah rana. Apakah akan fana atau kita memang benar-benar bisa bersama?" Rafa. "Aku tak peduli ilusi. Aku juga tak ingin terlihat seperti halusinasi. Yang kui...