Yuhu I'm back ❤️
Ada yang udah selesai UAS? Atau pada masih UAS nih?
Happy reading!^^
~°~°~
Aku menatap lurus ke depan, menikmati langit ungu sebagai pertanda malam di dunia ini. Pikiranku melayang sejauh mataku memandang keindahan dari jendela kamar. Jemariku dengan sendirinya menyentuh bibir. Wajahku terasa panas seiring dengan ingatan sore kemarin kembali.
"Ohh sial, pertahananku goyah," umpatku sambil membalikkan tubuh. Berusaha mengenyahkan bayangan itu dari pikiranku. Namun semakin ingin kulenyapkan, ingatan itu malah semakin jelas. Aku bahkan bisa merasakan lembut dan hangatnya bibir itu ketika menyentuhku.
"Aaaaa, aku mulai gila!" Aku berlari ke arah ranjang dan menjatuhkan diri di sana. Aku berguling ke kanan dan ke kiri, berusaha menghentikan pemikiranku yang semakin jauh. Alih-alih berhasil, aku malah menemukan diriku hampir jatuh di tepi ranjang.
Segera aku menghentikan aksi berguling itu. Kutatap langit-langit kamar sambil berusaha menormalkan tarikan napasku yang putus-putus. Begitu membaik, kupejamkan mata sambil mengambil napas panjang.
"Vernon sialan," umpatku kesal. Aku semakin ingin menyentuhnya.
Aku beranjak duduk. Kaki kusilakan di atas ranjang—lutut sebagai tumpuan untuk sikut sedang tangan kugunakan untuk menutupi wajah.
"Bagus .... Aku tak melakukan apa pun tapi mendapat umpatan."
Aku tersentak ketika suara berat itu terdengar. Sontak kualihkan tatapan menuju sumber suara, pintu yang entah sejak kapan terbuka. Vernon berdiri di sana. Tubuhnya bersandar pada daun pintu sementara tangannya terlipat di depan dada.
"Tutup mulutmu, lalat bisa masuk," ucapnya datar.
Aku segera mengatup bibir rapat-rapat. Aku diam-diam mencubit paha untuk menyadarkan diri, berusaha untuk tampak senormal mungkin. "Sejak kapan kau ada di sana?"
"Sejak kau bilang Vernon sialan," ucapnya menirukan nada bicaraku. Sebenarnya aku malu, namun kucoba untuk menampakkan raut kesal.
"Kau memang pantas mendapat umpatan dengan sikap seperti itu," sahutku, "menyebalkan."
Ia mengedikkan bahu kemudian menegakkan tubuhnya. "Mingyu mengundang kita ke mansionnya. Aku tidak tahu perihal apa, tapi aku berbaik hati menyampaikannya padamu."
"Kalau menyampaikan undangan dari Mingyu, namanya bukan berbaik hati tapi memenuhi kewajiban," kritikku. Segera aku beringsut turun dari ranjang dan membenarkan gaunku yang sedikit kusut.
"Di luar berangin," ucap Vernon, "ganti pakaian sana."
Aku menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Dari tadi aku berdiri di jendela tidak kedinginan sama sekali. Lagi pula, ini lengan panjang."
"Tapi tipis," sahut Vernon kemudian berbalik pergi. "Ya sudah kalau tidak percaya."
Aku segera mengikuti langkahnya yang cepat. Kebiasaan ... hobi sekali meninggalkanku.
Duk!
"Aww!" Dan hobi sekali berhenti mendadak sampai aku menabrak punggungnya.
Ia maju satu langkah kemudian berbalik. "Kau ini terlalu pendek atau bagaimana? Lama sekali."
"Mentang-mentang tinggi kau jadi sombong," keluhku. "Ingat ya, di atas langit masih ada langit. Mingyu masih lebih tinggi darimu."
Dengan kesal aku meninggalkannya. Tak lupa menyenggol bahunya sebagai bentuk protes. Namun hal tersebut tak bertahan lama. Vernon bisa menyeimbangkan langkahku dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood 3 (Secret Of Roseline) [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #161 on Fantasi 191127 "Half Blood kembali pada pelukan bumi. Rahasia besar akan terbongkar. Es akan melebur sedang ombak mengamuk karena hati yang bingung." Kerinduan memelukku tanpa belas kasih begitu aku membuka mata. Sangat menyik...