HEY YO HEY YO WHATSAPP!
Gak ada yang kangen nih? /Auto ditumpukin/
Happy reading!^^
~°~°~
"Hey, apa kau baik-baik saja?"
Aku yang semula hanya menatap langit-langit kamar kini menolehkan kepala ke arah pintu. Dino tampak di sana. Ia mengenakan kaus putih polos dan celana hitam. Biasanya senyuman hangat selalu terlukis di wajahnya. Kali ini ia menatapku khawatir.
Aku tersenyum ke arah Dino dan mengangguk. Ia menutup pintu di belakangnya kemudian menghampiri, duduk di sisi ranjang.
"Bagaimana?" tanyanya seraya menyentuh kakiku.
Aku menggeleng. "Masih tidak bisa gerak. Tapi ...," aku menyentuh tangannya, "tanganku masih berfungsi dengan baik."
"Syukurlah," ucapnya. "Aron akan datang untuk memeriksamu. Aku menemuinya pagi ini dan bilang kalau kau tidak bisa berjalan."
"Terima kasih, Dino," balasku. "Maaf merepotkanmu."
Dino tersenyum tipis. Ia menautkan jemarinya padaku, seolah ingin menenangkan. "Kau memikirkan apa tadi? Tampaknya sangat serius."
"Aku juga tidak tahu." Aku mengembalikan atensiku pada langit-langit kamar. Aku sungguhan tidak tahu apa yang kupikir juga kurasakan.
"Aku hanya ...," sambungku, "merasa kosong."
"Kau tahu, kan, kalau kau bisa datang padaku kapan saja? Aku mungkin tidak bisa membantumu tapi aku akan menjadi pendengar yang baik."
Aku meneliti wajah Dino yang tenang. Senyuman hangat itu ... aku penasaran bagaimana ia bisa mempertahankan itu setiap waktu.
Hidupnya ringan, dia kuat, hidupku berat, atau aku lemah?
Aku tidak bisa mempertahankan senyum. Aku hanya bisa menahan tangisanku dan bersandiwara seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.
Aku terlalu takut untuk berkata jujur. Aku takut akan konsekuensi yang kuterima. Aku takut patah hati.
"Kenapa kau sangat baik padaku?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku.
Dino terkekeh pelan kemudian menjawab, "Tidak perlu alasan untuk berbuat baik. Bukankah kita harus baik pada semua orang?"
"Kau benar," balasku kemudian terkekeh. "Pertanyaanku tidak penting, kan?"
Setidaknya aku bisa lega karena Dino tampaknya tidak punya tujuan tersembunyi.
Tok Tok Tok .... Ceklek
Atensi kami seketika beralih pada pintu yang terbuka. Jantungku langsung bereaksi begitu melihat Vernon berdiri di sana. Ia melirik tanganku yang baru kusadari masih bertaut dengan Dino.
"Aron ada di sini," ucapnya setelah berdeham. Aku langsung menarik tanganku dari Dino sementara ia membantuku duduk.
Vernon menghindari kontak mata dengan Dino. Ia menatapku beberapa saat namun segera keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood 3 (Secret Of Roseline) [Seventeen Imagine Series]
FantasiHighest rank - #161 on Fantasi 191127 "Half Blood kembali pada pelukan bumi. Rahasia besar akan terbongkar. Es akan melebur sedang ombak mengamuk karena hati yang bingung." Kerinduan memelukku tanpa belas kasih begitu aku membuka mata. Sangat menyik...