Aku kembali❤️
Happy reading!^^
~°~°~
“Aku mencintaimu.”
Vernon tersenyum lembut ke arahku. Binar di matanya menunjukkan keseriusan yang bercampur dengan ketulusan. Perlahan kedua tangannya menggenggamku. Semakin lama menguat, seolah ia menahan sesuatu.
“Sangat mencintaimu,” sambungnya.
Kali ini dengan suara bergetar, penuh luka. Air mata mulai berjatuhan dari sudut matanya. Aku ingin menyingkirkan aliran air mata di pipinya, namun ia enggan melepas genggamannya padaku.Kenapa?
Kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu untuknya?
Perlahan eksistensinya memudar. Tubuhnya seolah terkikis oleh sesuatu yang tak kasatmata. Bahkan ketika ia menghilang sepenuhnya dan menyisakan diriku sendiri di tempat itu, aku tak bisa melakukan apa-apa.
“Vernon!” Aku langsung terduduk ketika membuka mata. Wajahku berkeringat dan tubuhku bergetar. Pacuan jantung yang tidak normal memperburuk kondisiku.
Barusan itu apa?
Mimpi buruk?
Visi masa depan?
Aku tidak tahu, tapi yang jelas aku tidak bisa membiarkannya.
Tanpa berpikir panjang aku berlari keluar dari kamarku. Kususuri lorong yang gelap karena hari sudah malam.
Semakin banyak langkah yang kuambil, kakiku semakin lemas. Namun tak biarkan kakiku beristirahat barang sedetik saja. Sampai akhirnya aku tiba di depan sebuah kamar familiar yang belum pernah kumasuki setelah terlahir kembali.
Tanpa usaha mengetuk, aku membuka pintu kamar itu. Bisa kulihat tatanan ruangannya tak berubah keculai satu hal, lemari yang seharusnya sudah dipindahkan ke kamarku.
“Vernon,” panggilku. Dengan hati-hati aku melangkahkan kaki ke dalam, menuju ke arah ranjang.
Dari tempatku berdiri, bisa kulihat Vernon berbaring memunggungiku. Namun ia sama sekali tak menyahut panggilanku atau bereaksi atas suara langkahku.
“Vernon,” panggilku sekali lagi.
Dia tidak tertidur, kan?
Aku segera mempercepat langkah untuk sampai di hadapannya. Kepanikanku meningkat ketika mendapati Vernon memejamkan mata.
Dia sampai tidur … tandanya pertandingan kemarin sangat menguras tenaga.
Aku jatuh berlutut, tak mampu menahan beban tubuhku sendiri. Air mataku tumpah mengingat betapa bodohnya aku membiarkan pertarungan itu terjadi. Aku memang marah pada Aurora karena seenaknya memarahiku tanpa memberi tahu apa-apa. Tapi, melihat bagaimana kondisi Vernon saat ini dan bagaimana mimpi tadi menghantuiku, aku tidak bisa merasa tidak bersalah.
“Vernon ….” Aku memberanikan diri untuk menyentuh pipinya. Aku tersentak karena suhu tubuhnya yang menyengat. “Vernon! Apa kau baik-baik saja?!”
Aku mengguncang tubuhnya kuat, berharap ia akan terbangun dan mengeluh. Namun ia sama sekali tak bereaksi.
Tubuhnya panas sekali, tapi kenapa ia tidak menggigil?
Seharusnya ia menggigil jika tengah dalam masa pemulihan!
“Vernon, jawab aku! Jangan membuatku panik!” seruku sambil berusaha membangunkannya.
Ia masih terpejam dan tak bergerak. Namun, bibirnya mengeluarkan suara, “Im (Y/n) ….”
Aku menutup mulut. Tangisku pecah detik itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood 3 (Secret Of Roseline) [Seventeen Imagine Series]
FantasiaHighest rank - #161 on Fantasi 191127 "Half Blood kembali pada pelukan bumi. Rahasia besar akan terbongkar. Es akan melebur sedang ombak mengamuk karena hati yang bingung." Kerinduan memelukku tanpa belas kasih begitu aku membuka mata. Sangat menyik...