Pada akhirnya nyonya dan tuan Lee beserta Taeyong, Jaehyun hingga Mark pun berkunjung ke kediaman keluarga Park. Tiga hari sebelum acara ikatan suci itu terlaksana, mereka harus meluruskan masalah ini. Biarlah Jeno tak ikut berada di sana, mereka tidak bisa membiarkan keluarga Park kecewa setelah putri semata wayang mereka menikah dengan anggota keluarganya, tidak dan itu tak akan pernah tuan Lee bisa hadapi. Biarlah mereka merasa malu untuk sekarang ini, yang penting mereka sudah meluruskan masalah ini dan mau tak mau membatalkan pernikahan keduanya.
Nyonya Park bahkan tengah pusing mendengar pengakuan pihak Lee, mereka tak habis pikir dengan kelakuan Jeno. "Lalu bagaimana saya harus menjelaskan pada putri kami? Ia pasti sangat kecewa." Tuan Park nampak bingung memikirkan alasan yang akan disampaikan kepada putri semata wayangnya kini yang sibuk berada dikamar berdua dengan sepupunya.
"Saya akan menjelaskannya." Taeyong memberi isyarat pada Jaehyun untuk mengikutinya ke kamar Siyeon, namun belum sempat itu ia lakukan, Siyeon keluar dari balik dinding beton pembatas. Matanya terlihat sembab sehabis menangis, rupanya wanita cantik itu mendengar segalanya.
"Tak perlu, saya sudah mendengarnya. Batalkan saja pernikahan ini, aku tidak sudi menikah dengan penghianat yang telah mengotori rasa cintaku kepadanya." Siyeon menghapus jejak air matanya.
"Taeyong oppa, terima kasih. Karena kau dingin padaku, aku jadi semakin dewasa sekarang ini. Kalian tidak usah khawatir, aku akan menemui Jeno nanti." Siyeon berlari ke lantai dua, memasuki kamarnya dan menangis disana.
"Siyeon? Aku mendengar semuanya." sepupunya mencoba menenangkan dirinya yang saat ini benar-benar merasa seakan dunianya runtuh begitu saja dalam sekejap mata. Apa artinya kesungguhannya selama ini pada seorang Lee Jeno, dengan sabar ia menunggu dan menghadapi sikap dingin Taeyong agar menjadi lebih dewasa lagi.
"Apakah ini hukuman karena aku telah merebut Jeno dari Jeon Heejin?" Gowon menggeleng ribut, hal itu sudah berlalu. Heejin sudah tak ada lagi, sahabatnya bahkan dengan senyuman mengatakan pada Siyeon untuk menjaga Jeno sebelum ia pergi untuk selama-lamanya.
"Jika kau memang tak sanggup membawanya, maka lepaskanlah perasaanmu. Biarkan dia pergi, kau hanya perlu tenang dan merasakan cinta lagi nanti." Gowon mencoba memberi nasehat, meski ia sendiri tak yakin. Ia kenal sepupunya Park Siyeon yang begitu terpesona dengan Jeno semenjak SHS, tapi saat itu Jeno sedang menjalin hubungan dengan sahabatnya.
Namun entah kenapa pada saat itu, Siyeon kukuh ingin mengenal Jeno lalu terjadilah kesalah pahaman antara Heejin dan Jeno. Saat itu mereka baru berada di semester dua bangku kuliah, Heejin sakit hati karena Jeno begitu dekat dengan Siyeon hingga pada akhirnya, ia mengabaikan panggilan Jeno dan menyebrang jalan tanpa menoleh sama sekali kesamping kanan dan kiri. Berakhir dengan tubuh terpental karena tabrakan yang cukup keras. Park Gowon tak ingin sama sekali mengingat kejadian itu.
"Aku tak yakin apa aku bisa. Tapi kau benar, mungkin memang tidak seharusnya aku bersama Jeno. Bahkan hingga hari pernikahanku hampir terlaksana, Tuhan tetap tak mengijinkanku bersamanya. Aku perlu bicara padanya, agar aku bisa melepasnya tanpa beban." Siyeon mencoba tersenyum, inilah yang harus ia lakukan. Berhenti menjadi orang yang egois dan melepaskan Jeno mungkin adalah hal terbaik. Meski ia merasa sakit, kenapa Jeno begitu tega pada dirinya. Bahkan melukai perasaannya dan membuat orang lain yang tak Siyeon kenal bahkan menderita karena ulahnya.
.
"Menikahlah dengannya." Siyeon menatap kecewa kearah Jeno, pria tampan itu membeku di tempat duduknya. Tak bisa membuka suara dan menatap dalam manik matanya seolah mencari kebohongan dari ucapan yang baru saja Siyeon lontarkan.
"Sebagai seorang wanita yang baik, aku sadar bahwa diriku tak bisa egois lagi Jeno. Kau harus menikahinya, bayi itu putramu." Siyeon menghela nafas dalam, hatinya lelah terus menangis tadi malam. Gowon bahkan harus bolak balik ke dapur untuk mengambilkannya air minum.
Jeno menatap tak percaya Siyeon. "Tapi aku mencintaimu, bisa saja kan itu bayi dari dia dan-"
Plakk!
"Pemuda sepolos itu? Kau bilang bayi dari orang lain? Apa kau lupa jika aku pernah mengatakan bahwa bayi itu mirip denganmu?!" Siyeon meninggikan suaranya, Jeno benar-benar tidak ada bedanya dengan pria brengsek diluaran sana.
"-siapa yang tahu? Wajahnya boleh polos-"
"-cukup Lee Jeno! Aku mengerti kenapa Heejin meninggalkanmu!" Siyeon mau tak mau mengungkit soal kematian Heejin agar Jeno sadar, bahwa cinta mereka tidak mendapat restu dari Tuhan. Siyeon bahkan berusaha tetap tegar untuk menghadapi semua yang terjadi padanya.
"Kenapa?! Kenapa kau mengungkit soal Heejin?! Aku mencintaimu!?" Siyeon ingin tersenyum, ingin berlari memeluk Jeno. Tapi, ia tak bisa mengabaikan hatinya yang kecewa dan memilih egois untuk yang kedua kalinya.
"Aku, aku tahu.. bahwa Taeyong oppa mengetahui segalanya. Tentang kau Heejin dan aku, itu sebabnya ia tak pernah menyukaiku sama sekali. Dan sekarang aku sadar, posisi untuk mendampingimu. Bukanlah tempat untukku." Siyeon membalikkan badannya, sudah cukup berurusan dengan Jeno.
"Pemuda itu? Na Jaemin. Aku sudah bertemu dengannya, dia baik. Bahkan dia sampai menangis karena aku memintanya untuk menikah denganmu, dia sampai merasa bersalah karena pernikahan kita batal. Jika aku dengar kau menyakitinya, kau akan menyesal. Bukan hanya keluargamu, aku dan keluarga Kim juga akan membuatmu menyadari, seperti apa sakitnya penyesalan yang datang terlambat itu!" Siyeon menutup pintu dengan keras. Tangannya bergetar, namun ia harus melakukan itu semua.
"Apakah mungkin kau tahu Heejin? Jika aku pun bukan seseorang yang pantas berada disisi Jeno." Air matanya menetes, bisikannya berubah menjadi isakan halus yang tak terdengar. Siyeon segera berlari menuju parkiran, memasuki mobilnya dan menangis keras di dalam sana.
.
"Wanita cantik itu memintaku untuk menikah dengan Jeno, aku tidak mau. Aku tidak ingin merenggut hari bahagia Park Siyeon..hiks.." Jaemin menangis keras, untung saja Jisung tengah bersama nyonya Kim saat ini dan tidak berada diruangan yang sama dengan mereka. Karena baik nyonya Kim dan nyonya Lee sibuk membawa cucu mereka pergi jalan-jalan entah kemana.
"Dia memintamu melakukannya?" Taeyong menatap Jaemin yang sedari tadi menunduk, mengusap wajahnya yang basah dengan air mata. Taeyong tersenyum tipis, ternyata Siyeon benar-benar telah berubah.
"Kau harus menikah dengan Jeno, ini demi Jisung." Mark entah kenapa bisa akrab dengan Jaemin hanya dengan mendengarkan kisah pengalaman Jaemin sedari kecil yang menjadi yatim piatu. Sedangkan Haechan benar-benar merasa kalah start dari tunangannya sendiri.
"Ishhh... kau ini, mengambil bagianku." Haechan menatap nyalang ke arah Mark, sedang si pria Kanada hanya tersenyum ringan menanggapi reaksi tunangannya.
"Kau yakin?" Jungwoo menatap Jaemin, menunggu pemuda manis itu mengangkat wajahnya dan mengangguk.
"Aku akan belajar hidup mandiri berdua dengan Jisung." Jaemin tersenyum, dengan sisa air mata masih membekas di pipinya.
"Tidak Jaem! Kau adalah Kim sekarang. Kami tidak akan membiarkanmu berada dalam kondisi sulit lagi, aku tak menerima penolakan!" Doyoung mendelik tajam, menatap Jaemin yang tiba-tiba merasa deg-degan. Namun, pada akhirnya ia tersenyum. Dari sekian banyak penderitaan yang ia hadapi sendirian, pada akhirnya secuil harapannya terkabul. Keluarga Kim mengangkatnya sebagai anak, meski latar belakangnya benar-benar sangat buruk.
"Terima kasih..."
.
.
.
To Be Continue....
Saya up lgi, hasil iseng nulis ini di memo...
Huiiing haniiing

KAMU SEDANG MEMBACA
Cover Up ✔[Nomin]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimanapun juga Jisung adalah putra mereka. Apapun yang telah Na Jaemin lalui, Lee Jeno tidak berhak di benci. bxb nomin area Ft. (Jaeyong & Markhyuck) M-preg! sad, romance, family Start date : oct 27th 2019 End date : des 14th 2019 (...