[COMPLETED] Bagaimanapun juga Jisung adalah putra mereka. Apapun yang telah Na Jaemin lalui, Lee Jeno tidak berhak di benci.
bxb
nomin area
Ft. (Jaeyong & Markhyuck)
M-preg!
sad, romance, family
Start date : oct 27th 2019
End date : des 14th 2019
(...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno melirik ke sampingnya, Jisung sudah terlelap di atas sofa setelah Taeyong meninggalkannya lagi untuk suatu urusan. Ya, Taeyong lagi-lagi menculik putranya dari tangan sang ibu, membawa si mungil keruangannya dan Jeno melupakan segalanya, pekerjaannya bahkan di handle oleh Taeyong dan dia baru menyadarinya.
"Jisungie... ayah merindukanmu." Masih ada rasa penyesalan atas segalanya yang telah terjadi. Jika bisa, ia ingin waktu di ulang kembali dan ia menyadari segalanya lebih dahulu dan tidak membuat kesalahan yang berujung penyesalan mendalam di dalam relung hatinya.
"Jisungie... ayah sakit." Jeno mencengkram kuat kemejanya tepat di dada bagian kiri, seolah tangannya dapat meremas jantungnya saat ini. Bagaimana ia tak merasakan sakit, saat-saat itu Haechan pernah menemuinya setelah apa yang telah dilakukannya terbongkar. Haechan dengan segenap kekuatannya menampar wajahnya, dan menendang perutnya dengan kekuatan penuh, mengakibatkan Jeno tersungkur.
"Brengsek kau Lee Jeno!"
Umpatan Haechan bahkan masih terngiang-ngiang di kepalanya, menyatu kedalam pikirannya.
"Jaemin menderita karena ulahmu! Apa kau tidak tahu? Huh! Tubuhnya kurus begitu, bahkan tak menyadari telah melahirkan karena dirinya koma. Ia mendapatkan beban hidup karenamu!"
Masih begitu jelas raut wajah Haechan yang luar biasa marah kepadanya, mengeluarkan segala isi kepalanya tepat di hadapan Jeno. Mencibir dirinya dan bahkan menyumpahinya dengan segenap kekesalan yang melandanya.
"Jisungie... hiks..." air matanya kembali tumpah, rasa sesak dalam hatinya membuatnya merasa sulit untuk bernafas. Dan rasanya begitu berat saat wajah sembap Jaemin terlintas dalam benaknya.
"Ayah jahat padamu dan ibumu." Jeno mengusap perlahan tangan si mungil, tangisnya teredam saat ia menutup mulutnya. Si mungil bergerak dalam tidur dan Jeno terisak dalam keheningan.
Air matanya terus keluar, rasa sesak merambat mencapai bagian hatinya yang terdalam.
"Ayah macam apa aku!" Jeno semakin terisak, tetes demi tetes air matanya membasahi stelan celananya.
Di luar sana, tak jauh dari depan pintu. Taeyong terdiam dengan Siyeon di sampingnya dan Jungwoo yang melirik kelain arah. Mereka berhenti melangkah, bukan karena mendengar Jeno yang terisak, melainkan dengan tidak terduganya keberadaan Jaemin di depan pintu ruangan Jeno. Berjongkok dan menangis di saat lorong benar-benar sepi.
Jaemin menggigit tangannya, upaya agar isak tangisnya tidak terdengar. Suara lirih Jeno bagai mengembalikan dirinya pada masa lalu, dimana saat itu dirinya lah yang berada di posisi seperti itu. Menangis dengan rasa sesak di dada.
Jujur saja, jika seseorang bertanya apakah Jaemin membenci Jeno? Jawabannya adalah tidak. Jika seseorang kembali bertanya apa ia menaruh dendam pada Jeno? Ia akan menjawab tidak, tidak dan tidak!