XII

36.4K 3.6K 77
                                        

Jeno mengajak Jaemin untuk makan malam setelah terkurung diruangan dalam keadaan berantakkan sehabis menangis, untungnya saat itu Jisung di tinggalkan Taeyong dengan tas berisi kotak susu dan botolnya, hingga Jaemin hanya perlu air panas yang ada ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno mengajak Jaemin untuk makan malam setelah terkurung diruangan dalam keadaan berantakkan sehabis menangis, untungnya saat itu Jisung di tinggalkan Taeyong dengan tas berisi kotak susu dan botolnya, hingga Jaemin hanya perlu air panas yang ada pada despenser diruangan Jeno untuk membuatkan buah hatinya susu saat si mungil hampir menangis di dalam gendongan Jeno.

"Kau bawa tas Jisung?" Jeno memasangkan sealt belt untuk Jaemin saat si pemuda manis di minta untuk duduk di samping kemudi. Jaemin segera mengangguk, tas Jisung sudah ia letakkan di jok belakang kemudi tadi. Sedangkan si mungil menatap sang ayah tanpa kedip.

Jeno melirik si mungil, tatapan matanya tak mau lepas dari dirinya dan  itu semakin membuatnya ingin terus berada di dekat si mungil dan menjaga mereka berdua.

Setelah menjalankan mobilnya sekitar lima belas menit, Jeno memarkirkan mobil di depan sebuah restoran yang lumayan banyak pengunjungnya. Mereka memesan makanan dan terdiam cukup lama hingga makanan yang di pesan tiba dan terhidang di meja, menikmati makan malam dalam keheningan hingga suara khas seorang bayi milik Jisung terdengar ribut. Si mungil sedang menarik mantel ibunya dan menatap sang ibu yang sedang mengunyah sayuran yang ada di mulutnya, menatap si mungil dengan kening berkerut.

"Makan yang banyak, biar aku yang memangku Jisung." Jeno berdiri dari duduknya, menghampiri Jaemin dan mengulurkan tangannya untuk menggendong si mungil yang terlihat senang dengan perhatian sang ayah.

Terdengar bisikan-bisikan iri di beberapa sudut, ada yang sibuk bergosip sambil menatap kearah mereka dan sedikit banyak membuat Jaemin teringat masa lalunya yang suram. Ada beberapa yang tersenyum melihat Jeno dan dirinya yang di sibukkan dengan Jisung saat tengah menikmati makan malam. Ada juga yang menatap dirinya dengan tatapan iri. Yah, tak usah di deskripsikan tatapan-tatapan tak berarti itu. Jaemin sudah menyiapkan mentalnya kali ini untuk menghadapi apapun itu demi bertahan untuk si mungil.



.




Jeno baru saja mengantarkan Jaemin dan mencium pipi Jisung saat di kejutkan dengan Taeyong yang memanggilnya dari depan pintu rumah kediaman Kim. Jeno mengangkat sebelah alisnya, dan menatap sebentar kearah Jaemin sebelum kembali menatap kearah Taeyong yang memintanya mampir.


Jeno yang tidak mengetahui apapun hanya mengikuti langkah Jaemin dengan Jisung yang kembali menatap kearahnya dengan mata berbinar, dan membuat Jeno mau tak mau tersenyum menatap si mungil. Jisung sangat tahu kelemahan terbesar Jeno, hingga membuat pria itu merasa berat hati untuk pulang kerumah.

Setelah memasuki kediaman Kim, Jeno tersentak kaget. Ada kedua orangtuanya dan Mark yang sedang duduk menikmati acara tv dan berbincang dengan keluarga Kim, Jungwoo dan Doyoung keluar dari dapur membawakan beberapa cangkir teh dan juga beberapa potong kue dan salad buah. "Kau datang?" Jungwoo tersenyum padanya, kening Jeno berkerut.

"Ayah dan ibu melamar Jaemin untukmu." Dan Jeno tersedak salivanya saat itu juga, terbatuk-batuk di belakang tubuh Jaemin hingga si mungil mengulurkan tangannya ke arah Jeno dan Jaemin berinisiatif untuk memukul-mukul pelan punggung Jeno.

"Hyung, kau baik-baik saja?" Jaemin menatap khawatir Jeno yang berusaha menetralkan nafasnya. Ia tersengal karena tersedak beberapa saat lalu. Hingga suara Jungwoo hampir membuatnya tersedak lagi.

"Sudah ku bilang, serasi kan Taeyong hyung?" Keduanya melakukan tos, dengan Doyoung yang tertawa karena ia juga ingin melakukan tos tapi tidak kesampaian. Sedangkan Jeno wajahnya memerah saat di tatap ibunya dan nyonya Kim dengan senyum penuh arti.

"Duduklah." Titah ibunya dan dengan segera Jeno turuti, sedangkan Jaemin kewalahan karena si mungil  yang di perebutkan oleh Doyoung dan Taeyong. Belum lagi bell depan berbunyi,  dan ketika pintu di buka ada Jaehyun dan Haechan yang melambaikan tangan kearah Jaemin.

"Jaem! Oh astaga kenapa Markeu ada disini juga?" Dan pada akhirnya Haechan yang seharusnya tak berada di sana, ikut mendengarkan pengumuman yang mengagetkan sekaligus membuatnya begitu antusias.




"Ibu mohon tidak ada penolakan lagi Jeno." Nyonya Lee menatap putra bungsunya dengan tatapan penuh harap, sedangkan Jeno sendiri kebingungan harus menjawab apa. Melirik Jaemin meminta jawaban dan pemuda manis itu hanya mengangguk dengan Jisung yang kembali menatapnya. Si mungil berada di pangkuan sang ibu, tatapannya menyiratkan sesuatu yang bermakna untuk Jeno. Ayah mana yang akan menunda-nunda untuk bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya.




"Baiklah..."  dan Haechan serta Taeyong sibuk mengomeli Jeno yang akhirnya bersedia menikahi Jaemin, sebenarnya Jeno sudah melamar Jaemin saat makan malam. Dan Jaemin meminta waktu untuk berpikir, tapi saat ini mereka sedang menghadapi kondisi dimana jika Jeno menolak maka pria itu akan di  hajar massal oleh kedua kakaknya dan juga Doyoung. Dan berakhir membuat Jisung menangis, Jaemin memilih cara aman agar Jeno tidak kena pukul, meski ia harus menyiapkan hatinya untuk benar-benar kembali membuka perasaannya. Biarkan saja perasaan itu kembali datang, yang penting Jisung bahagia dengan kehadiran sang ayah di sampingnya. Yah, Jaemin menyadarinya. Jisung sangat suka menatap Jeno tanpa kedip, entah si mungil yang terlalu excited atau memang karena murni itu adalah sifat si bayi yang senang dengan kehadiran sang ayah di dekatnya.


.




"Eh? Benarkah?" Siyeon menatap tak percaya ke arah Gowon, sedang sepupunya itu tengah sibuk dengan layar tab yang berada dalam genggaman tangannya. Menggeser layarnya beberapa kali dan membacanya dengan teliti. Kemudian mengangkat wajahnya dan menatap kearah Siyeon.

"Ya, kau bisa bernafas lega sekarang. Dia meruntuhkan ego dan kekeras kepalaannya, karena Jisung." Gowon melirik sekilas Siyeon yang tengah tersenyum dan mengucap syukur, senyum terukir di wajahnya. Akhirnya Siyeon terlepas dari beban yang selalu ia pikul selama ini, rasa  menyesalnya terbayar sudah karena Jeno akhirnya menyadari keberadaan Jisung dan berniat menikahi Jaemin agar bisa menjaga keduanya.


"Ah, aku akan mengunjungi keponakanku yang paling tampan itu." Siyeon membereskan mejanya, tangannya bergerak mengklik mouse dan melakukan shout down pada komputernya setelah menyimpan beberapa file data. Kening Gowon berkerut.


"Kau mau ke kediaman Kim?" Tanya Gowon tak percaya, Siyeon akhir-akhir ini jauh lebih ceria setelah bertemu Jaemin dan anaknya. Well, Gowon agak bingung tapi ia bersyukur. Sepupunya itu jadi suka melakukan hal-hal konyol, tidak seperti dulu yang selalu berdiam diri dan menyibukkan dirinya dengan dunianya, kerja dan selalu kerja seperti seseorang yang tak pernah menikmati hidup. Begitu banyak yang ia tutupi dan beban hidupnya begitu berat.

Gowon bersyukur, Taeyong dan keluarganya dengan jujur meminta pernikahan di batalkan dengan mengakui perbuatan kurangajar Jeno. Dan hal itu justru menjadi lebih baik kedepannya bagi hidup Siyeon, akhirnya ia bisa melihat tawa dan tingkah konyol wanita itu lagi setelah sekian lama hidup dalam belenggu beban penyesalan mendalam pada sahabatnya.

.

.

.



To Be Continue...

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cover  Up ✔[Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang