TGS|1

7.2K 491 85
                                    

Satu kata untuk seorang gadis yang sedang menuruni satu demi satu anak tangga ini, rapi. Okay, dia emang selalu tampil perfect setiap harinya. Ngga boleh ada yang ngga sesuai. Seragam sekolah, licin ngga ada kerutannya sama sekali, kaos kaki, putih bersih, ngga ada nodanya sama sekali, tas punggungnya penuh berisikan buku-buku sesuai jadwal untuk hari rabu ini, ngga mungkin salah satu dari buku pelajarannya sampai ada yang tertinggal, no! Dia ngga pernah sampai seceroboh itu. Terutama dia udah mandi, wangi dan bersih.

Langkahnya berhenti di ruang makan, disana sudah ada beberapa anggota keluarganya yang duduk menantikannya. Bagus lah, emang setiap hari harus begini.

"Lama sekali, aku udah laper lho mbak," protes bocah kecil yang duduk dibangku kebesarannya, suaranya tuh imut sekali. Dia bahkan sampai gemas, mendengarnya.

Tanpa bisa dicegah tangannya ia larikan menjiwili, pipi gembul adiknya yang berumur 6 tahun ini. Yang diperlakukan seperti itu teriak keras, merasa panas dan sakit secara bersamaan.

Kebangetan! Pipi bocah bukannya di elus-elus malah di tarik-tarik.

"Dina, duduk. Jangan ganggu ade, nangis nanti dia," tegur laki-laki yang tak lain adalah, Mas-nya yang dipanggil Dina.

Dina-gadis itu berdecak, ah ngga asik memang Mas-nya itu!

Mau ngga mau, akhirnya dia duduk tenang sambil menunggu hidangan yang mamanya buat, datang. Ngga berapa lama, karena aroma semerbak wangi khas masakan itu langsung tercium dihidungnya, aduh belum dimakan aja baunya udah enak banget.

Mamanya datang membawa, satu mangkok besar berisikan nasi goreng. Muantap! Dina sampai ngiler liatnya. Apa lagi diatasnya udah ada potongan kecil telur, membuat Dina meneguk ludahnya ngga sabar. Pengen cepet-cepet makan.

Okay lah, Dina harus sabar menunggu giliran mamanya memberikan satu centong penuh, nasi goreng ke piringnya yang masih kosong.

Mata Dina berbinar saat mamanya memberikan jatah nasi goreng kepadanya cukup banyak, soalnya ngga biasanya Dina makan banyak di rumah, alasannya? Badannya udah gede, ngga boleh makan banyak-banyak. Ish, emang dasar mamanya suka berlebihan.

Memang sih soal, berat badan. Dina ngga peduli mau seberapa besar dan beratnya dia. Yang penting dia sehat, utama dia kadang olahraga juga.

"Aa, makasih mamakuhh!!" ucap Dina, girang.

Mamanya mengangguk, "Cuman untuk hari ini ya, sesuk nda boleh makan banyak-banyak lagi. Secukupnya aja asal kenyang," tutur beliau, logatnya memang agak ke-Jawaan.

Dina berdecak. Ish! Apaan, makanan segini mah ngga bisa ngenyangin perutnya.

Tapi sayang, dia ngga bisa ngomong terang-terangan. Soalnya, ada 6 pasang mata yang mengawasi Dina, tajam. Mampus dah, memang satu keluarga ini mendukung Dina untuk cepet-cepet turun berat badannya. Apa salah Dina, hiks! Kejhemm! Ingin ngamuk, teriak-teriak kaya gorila. Sayangnya, pertama yang dia takuti adalah keluarganya.

Semuanya, dengan khitmat menikmati sarapan pagi ini. Tidak ada yang boleh berbicara, karena memang sudah seperti itu aturan dikeluarga kediaman Yanuar.

°•°•°•°•°•°

Satu persatu, Dina menunggu gilirannya dikasih jatah sangu. Matanya ngga bisa buat ngga melotot saat Bapa'e.. Okay, Dina memang suka menyebutnya begitu karena, Mamanya yang berasal dari Jawa itu menular padanya. Kebanyakan temannya memanggil papa atau ayah lah, sedangkan Dina beda sendiri. Bapa'e lebih keren menurutnya.

Mas-nya, dikasih jatah lembaran merah 3, weleh! Bener-bener. Dia aja sangu cuman, 30 ribu loh!

"Ini, bisa ngga bisa harusnya kamu ngga habisin uang sangunya. Di tabung buat daftar kuliah nanti, ngeringanin beban orang tua dengan begitu kan. Udah luar biasa banget," tutur beliau panjang lebar, iya-iya Dina ngangguk aja. Tenang, nyatanya duit 30 ribu ini ngga bakal dia gunain kok. Bakal langsung di masukan ke celengannya pulang sekolah nanti.

Dina tuh udah ada ATM berjalannya sendiri sebenarnya, hihi!

Beneran ya, kayaknya emang Dina doang dikeluarga ini yang uang sakunya dikit. Liat deh! Adeknya dikasih jatah sangu 50 ribu, mukanya yang imut-imut itu seakan mengejek Dina saat matanya ngga sengaja bertubrukan sama dia.

Pengen teriak! Dasar bapa'e pilih kasih!

Sebelum benar-benar berangkat ke aktifitasnya hari ini, Dina, mas-nya yang bernama Krisna, serta adeknya yang bernama Damar. Menyalimi kedua orang tuanya. Barulah mereka semua melangkah pergi, tepatnya Dina ya. Dia doang yang jalan, Mas-nya dijemput temannya berangkat kuliah, sedangkan Adeknya diantar Ibunya ke TK.

Memang, keluarganya ini walaupun ada kendaraan seperti motor dan mobil. Selalu tampil sederhana, atau lebih tepatnya pelit kali ya. Masa Dina ngga dibolehin bawa motor, ngga di turutin dianterin sekolah juga. Kata bapa'e, harus mandiri! Iya mandi sendiri.

Hm, tenang. Dina ngga akan susah lagi, semenjak punya pacar yang uwu-nya luar biasa, dia...

Tin!

"Ebuset!" Dina terlonjak kaget, kepalanya yang tadinya tertunduk menatap aspal, pijakanya. Seketika mendongkak, suara klakson dari mobil itu sukses membuat Dina mesem-mesem. Udah tau dia, kalau mobil yang ada di depannya ini milik pacarnya.

Jendela kaca mobil itu terbuka juga, kan! Wajah tampan pacarnya menjadi penyambutnya. Aduh, mimpi apa sih Dina bisa dapat pacar model begitu? Enak banget dipandang tau ngga sih!

"Ayo, masuk," ucapnya dengan suara yang, aduhai! Tegas bener ndan, Dina jadi merinding. Berasa di bentakkin.

Dina mengangguk nurut, buru-buru dia memasuki mobil pacarnya yang mewah ini, bener dah! Mobil bapa'e aja kalah mahalnya sama mobil pacarnya.

Seperti biasa, saat sudah ada di dalam berdua sama pacarnya-Trio, ngga lupa cium kening Dina. Aa! Lumer sudah dia, dag-dig-dug banget rasanya.

Trio menatap Dina lembut, tangannya bergerak dengan sendirinya mengusap perut, agak buncit milik Dina. "Udah kenyang?" tanyanya perhatian, selalu begitu. Jangan berharap ditanyain hal-hal romantis ya. Trio itu beda dan menurut Dina dia tuh unik tau.

Dina kembali lagi ke atensinya, sebenarnya dari tadi dia lagi ngelamunin muka pacarnya yang, astaga! Ganteng banget. Apa lagi, bajunya yang dia pakai, cuman kemeja biru tua yang kancingnya terbuka semua dengan dalaman kaos putihnya. Menambah kesan remaja matang banget sih.

Tersenyum kikuk, Dina menatap pacarnya yang sedang menunggu jawabannya dengan mata yang menatapnya dalam dan dahi yang berkerut. "Eheheh dikit," ucapnya dengan suara yang menicicit.

Trio sedikt mengangkat sudut bibirnya, mirip banget seringaian menurut Dina. Tapi itu memang udah jadi ciri khasnya sih. "Nanti pulang sekolah kita kenyangin kamu, ya."

Kan! Dapet sogokan makanan begitu langsung buat Dina semangat banget. "Okay!" Tanpa malu Dina mencium pipi Trio, lumayan lama. "Makasih, sayang."

Kali ini, Trio ngga bisa menutupi senyum lebarnya. Dina memang suka sekali membuatnya merasa senang. "Sama-sama." Lalu, tanpa bisa dicegah, dia mengecup lama bibir tebal Dina.

Dina, Yang diperlakukan seperti itu diam saja. Ikut menikmati malahan, saat kecupan itu berubah jadi lumatan dalam.

Dasar!

Padahal keduanya masih di wilayah komplek rumah Dina loh. Untungnya sepi, hihi.

Gimana, piye-piye? Penasaran? Ada hal sweet apa lagi di part selanjutnya? Tungguin yak. Vote, komen, share sekalian. Nanti kamu aku sayang, eh.

Jangan bingung dulu, ini baru permulaan ya man-teman : )

Tbc.

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang