TGS|12

2.9K 268 28
                                    

Pagi ini-okay, sepertinya kata pagi ngga sesuai, bukan pagi tetapi kelewat pagi, kalau Trio! Jam setengah lima, sudah ada di dalam kamar Dina.

Bayangkan saja, Dina masih bonis alias bobo manis harus rela membuka matanya, ngga kuat saat Mamanya ikut andil membangunkan Dina lewat suara maha dasyat milik beliau.

Keterlaluan, Trio memang terniat bikin Dina merem melek, eh.

"Anak gadis memang seharusnya bangun pagi sekali. Biar rezekinya ngga kepatok sama ayam. Dina memang satu-satunya anak perempuan Mama yang sukanya ngebo, Trio. Maafin calon istrimu ya." Mama Dina berkata dengan lancarnya. Pemikiran beliau memang kuno sekali, walaupun kadang kelakuannya mirip-mirip orang tua zaman now.

Dina yang mendengar cuman bisa melongo aja, duh disebut calon istri membuat Trio yang ngga jauh beberapa langkah disana, tersenyum. Keliatan bahagia banget, Dina jadi terheran-heran, Trio memangnya ngga sadar kalau pacarnya itu mukanya serba pas-pasan.

"Ma, aku masih ngantuk. Ini kan hari libur, tega Mama bangunin Dina sepagi ini." Dina mendumel sekaligus kesal. Dia itu kemarin malam tidur menjelang pagi, gara-gara nonton, Dina memang Movie holic, banget.

"Kemarin kamu tidur kemaleman kan, Din."

"Iya."

"Keterlaluan!" Nada keras yang dikeluarkan seketika membuat mata Dina kembali terbuka lebar.

Oh gawat! Ternyata yang bertanya tadi adalah Trio, Dina celingukan, sadar kalau Mamanya sudah tidak ada disekitarnya.

Trio mendekat, dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada. Alis tebalnya seakan menyatu, terlihat Trio sedang marah terhadap Dina. Mata Dina fokus kemana-mana, sampai berhenti dititik dimana tubuh milik Trio begitu tercetak jelas dibalik kaus ketatnya.

Tanpa sadar Dina meneguk ludahnya, Dina pernah memegang tubuh bagian depan milik Trio, dari dada hingga ke perut kotak-kotaknya. Terasa keras dan lumayan empuk secara bersamaan.

"Aw!" Dina mengaduh sakit, hal itu membuatnya kembali ke kenyataan kalau Trio, sekarang sudah membungkuk didepannya.

"Kamu mikir yang engga-engga," kata Trio geli. Dina malu, kepergok ngeliatin tubuh Trio. Laki-laki itu tadi menyentil dahi Dina, terasa mantap.

Dina berdecak, menutupi kegugupannya. "Jahat," rajuknya dengan tangan yang terus mengelus-elus bagian itu. Panas rasanya woi!

Trio mengedik seakan ngga peduli, dia kembali menegakan tubuhnya masih dengan pose yang sama.

"Cepat bangun, cuci muka, kita olahraga dulu sebelum makan-makan," perintahnya.

Ngga bisa menutupi kekesalannya, Dina menggeleng, "Ngga mau Trio, aku masih ngantuk pliss," tolaknya keras. Dina kembali bergelung ke dalam selimut, melihat itu Trio jadi gemas sendiri. Trio memang sudah keterlaluan ya.

Suasana kamar mendadak senyap, ngga membutuhkan waktu lama, dalam hitungan 3 menit Dina sudah kembali memejamkan matanya. Sebelum benar-benar terlelap, Dina masih bisa merasakan kalau...

Cup

"Tidur yang nyenyak Sya, jangan lupa sebelum jam 7 pagi kamu harus udah bangun, ya." Dina mendengar semua perkataan Trio termasuk, tertutupnya pintu kamarnya.

Dina segera mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, dia tadi sempat menahan napasnya. Kedua mata Dina kembali terbuka lebar, kepalanya melongok dibalik selimut. Ternyata benar Trio sudah keluar dari dalam kamarnya.

Hampir saja Dina tadi menjerit, okay memang bukan pertama kalinya Trio mengecup bahkan lebih dari kecupan di bibir pun, Dina pernah merasakannya. Tetapi tetap saja, hal itu sering kali buat Dina deg-degan sekaligus, mesem-mesem ngga ketulungan.

Memang ya, pacaran sama Trio itu, nano-nano banget rasanya.

°•°•°•°•°•°

"Sya, plis. Matamu jangan liar gitu."

"Ha?" Dina membeo, ngga ngerti. Kian meringis saat Trio lebih mempererat rangkulan tangannya terhadap pinggang berisi milik Dina.

Dina semakin terpepet tubuh Trio, mereka berdua keliatan nempel bak lem. Jujur Dina risih, karena gara-gara ini, banyak pasang mata yang secara terang-terangan menatap dua manusia ini tidak suka. Terdengar pula ditelinga Dina kalau banyak orang tua yang menyindirnya.

"Anak jaman sekarang, pacarannya ngga toleran. Udah kaya Suami-Istri aja."

Ingin sekali Dina menjauh sejauh-jauhnya dari Trio, dia tuh malu! Trio mah keliatan santai-santai aja tuh, malah kelewat ngga peduli.

"Kamu duduk sini, biar aku aja yang pesen. Ini, mainin hp aku dulu kalau kamu bosen." Trio menyodorkan ponsel merek apel tergigit itu dan langsung diterima Dina suka rela.

Lumayan kan sambil ngusir kegabutan, saat ini hari menjelang siang. Ekhem! Dina kelewat bangun siangan, melupakan perintah Trio yang menyuruhnya untuk bangun sekitar jam 7-an. Untung saja Trio ngga marah, cuman kesal. Eh apa bedanya? Tetapi tetap saja, Dina ngga merasa aman karena Mamanya terus menceramahi Dina ini itu, hingga jam setengah dua belas siang. Hebat sekali kan.

Lagian Trio tidak menepati janjinya, katanya dia mau membawakan Dina makanan, malahan dia datang hanya dengan membawa tangan kosong saja. Alasannya,

"Sengaja aku ngga bawain makanan, kita bareng-bareng aja kulineran. Sekalian jalan-jalan kan, Sya. Merayakan on the way-nya hari pertunangan kita."

Terserah lah, Trio memang suka berbuat seenaknya. Padahal, Dina tuh masih betah dirumah terus.

Sekarang disinilah Trio dan Dina, di festival makanan Nusantara. Dina bahkan tidak tau kalau bukan Trio yang mengajaknya, ternyata letak tempatnya ngga jauh dari rumah Trio. Niat sekali kan Trio mentraktirnya makanan.

Dina jadi merasa senang, tetapi kemana laki-laki itu pergi? Suasana disini begitu ramai bak lautan manusia, Dina ngga heran sih, karena biasanya di festival seperti ini, makanan khas Nusantara jauh lebih komplit, enak dan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau.

Ah sudahlah, Dina memainkan ponsel Trio saja. Ada permainan yang membuat Dina tertarik sekali, permainan ular yang bisa dimainkan online maupun offline. Dina punya juga diponselnya, tetapi sayang Dina lupa membawanya.

"Dina." Seseorang memanggil. Dina yang menunduk kemudian mendongkak, ternyata didepannya ini ada....

"Iin, ngapain!" kata Dina, kelewat nyolot.

Inu-Sepupu ngeselin Dina, iya dia datang, malah dengan lancangnya sekarang, telah duduk di depannya.

"Ya ngapain lagi, makan. Enak, mumpung ada pacar kayamu kan, sekalian dibayarin," jawab Inu seenaknya dan langsung Dina pukul dengan kepalan tangannya.

"Aw! Suakit gendut!" Inu mengaduh sekaligus mengatai Dina, dia siap-siap membalas kalau saja Dina tidak mendengar suara familiar milik seseorang yang memanggilnya, dengan panggilan lama dan masih saja terasa akrab.

"Zahra." Disertai tepukan lembut dibahu Dina.

Dina mengerjap, merasa seperti masih di alam mimpi saat melihat jelas dia yang saat ini menjulang tinggi disebelahnya, dia adalah seseorang yang sudah lama pergi.

Ngga mungkin! Perlahan sesuatu yang ada di dalam dirinya mulai terusik, luka lama yang sebenarnya Dina sendiri lah sang penyebabnya, kembali basah. Karena memang sebelumnya belum kering sekali.

Hayo siapa hayo? Tebak hayo, ah kamu jangan gregetan sama aku ya. Sengaja bikin penasaran biar tiba-tiba ada yg ngajak baku hantam. Jiahaha. Heii sabar menunggu ya, aku lg ngaret up-nya.

Tbc

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang