TGS|2

5.3K 450 66
                                    

Harusnya Dina memang ngga perlu heran dengan tingkah pacarnya yang aneh, tapi menurutnya unik itu.

Bayangkan, mobil Trio sudah sedari tadi berhenti di depan gerbang sekolah SMA-nya. Tetapi Trio, kolot menahan Dina di dalam mobilnya terus. Iya sih enak sambil ngadem, tapi kan bentar lagi bel masuk sekolah berbunyi. Dia ngga mau sampai telat masuk kelas!

Atangtang!

"Apa sih Ka? Dina mau masuk loh." Memang, jika sudah berada di wilayah tertentu seperti Sekolahan ini. Dina memanggil Trio dengan sebutan, Kaka. Bukan Pacar apa lagi Sayang. Ih bukannya malu, takut dinyinyirin aja. Pasalnya pacarnya ini model-model anak Kuliahan gitu.

Umurnya lumayan jauh beda, 3 tahun dari Dina. Walaupun statustnya pacar, kesopanan perlu dipertahankan.

Trio mendengkus kasar, alisnya yang tebel itu seakan menyatu saat dahinya berkerut dalam. "Kamu, masih temanan sama dia?" tanyanya, ngga suka.

"Hah?" Dina membeo, ngga mengerti yang Trio maksud. Temannya kan banyak.

Sekali lagi, Trio berusaha mengkode Dina dengan menujuk sampingnya menggunakan gerakan dagu.

Dina menengok dan saat itulah dia sadar, bahwa disana sudah ada dua sosok manusia berbeda gender. Sedang menunjuk-nunjuk mobil mewah milik Trio, mirip banget kaya manusia yang baru aja liat mobil mewah. Dina jadi kasihan, temannya itu ngga pernah puas kayaknya bikin malu diri sendiri.

"Iya ka, emang mereka pada katro-katro semua. Kasian ya," ujar Dina lugu, ngga paham sama sekali bahwa bukan itu yang Trio permasalahkan.

Geram, Trio menghadapkan kepala Dina tepat, pada seorang bocah laki-laki yang menurutnya sebagai sumber kecemburuannya. "Dia, sayang."

Aduh, perut Dina merasa tergelitik. Sayangnya Trio manggil gitu karena pertama, dia marah, kedua dia gemas, ke tiga dia cemburu, ke empat balik lagi ke yang pertama.

Pada saat Dina balik menengok lagi. Yang dia liat masih sama, ada Irul dan teman Ukhti-nya, Nanas. Namanya mirip kaya buah, emang begitu sebutan sayang Dina ke Nasyila. Irul? Sebetulnya namanya Ruli, tetapi Dina gaul-gaulin. Kan bagus jadinya.

"Jangan salfok lagi, yang aku permasalahkan adalah teman cowokmu."

Oh ya? Padahal Dina biasa saja sama Irul. Dia tuh babu Dina banget tau ngga? Trio ini suka berlebihan.

"Kaka kan tau, dia itu cuman temenku dari semenjak aku masuk SMA. Jangan gitu ah, Dina ngga mau ya sampai gassin kaka. Atut," katanya, terselip candaan disana. Dan hal itu justru membuat Trio tambah ngga suka.

Ngga menanggapi omongan Dina, Trio bungkam aja. Tapi dari yang Dina liat, Trio mengeluarkan dompetnya yang tebelnya, warbyasah! Ngga heran si, walaupun dia masih kuliah ngga menghalanginya buat mengelola perusahaan Papahnya. Gila! Gila! Udah kaya, ganteng, pinter! Bener-bener paket komplit banget.

Yang jadi pertanyaannya, kenapa Trio mau aja sama Dina yang nduablegg! Alias malesannya luar biasa. Cantik? Juga engga, Dina tuh mukanya cuman manis, sedikit. Badannya juga kaya gentong, menurutnya. Kulitnya juga eksotis, ngga kaya Trio yang kinclong, putih dan glowing. Mirip banget sama model skincare.

"Nih, abisin. Jangan sampai ada yang tersisa. Sekarang keluar." Trio memberikan Dina uang merah, 3 lembar!

"Astaga! Ngga mungkin aku bisa abisin ini satu hari ka, aku juga udah dikasih sangu sama bapa'e. Ish ini lah, kaka kaya ngga ikhlas ngasih duit ke aku, masa langsung diusir suruh keluar," rajuk Dina, uangnya dia letakan di atas dashboard. Setelah itu, ngga nengok ke belakangnya lagi, Dina ke luar dari mobil menuju ke kelasnya bersama antek-antek kesayangannya yang sudah menunggunya sedari tadi.

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang