TGS|20

2.5K 246 10
                                    

Votenya gagal ya, ngga nyampe 15 aku udh up lagi. Kurang baik apa lagi coba Dina dan Trio, sangking sayangnya sama para pembaca setianya sih ya :'v

Selamat membaca

"Aku pusing." Dina menunduk lesu setelah mengatakan itu. Rambutnya bahkan tak segan-segan Dina remas kuat-kuat dengan kedua tangannya.

Trio yang berdiri tak jauh disana merasa kasihan juga melihat Sya-nya yang nampak sangat pucat.

"Aku ambil obat dulu. Kamu harus mau minum," ucapnya tegas bagai perintah. Trio yang sudah berada disebelah Dina, menyingkirkan tangan Dina yang masih terus menjabak rambutnya.

Mendengar itu sontak Dina menggeleng, "Ngga! Jangan berlebihan, ini pusingnya bukan karena pusing beneran," tutur Dina asal.

Yang mana hal itu membuat Trio tertawa, gemas. "Mana ada Sya, pusing yang ngga beneran. Aneh-aneh aja kamu."

Berdecak, ah! Trio memang kadang suka sok ngga peka. Yang Dina butuhkan saat ini adalah ketenangan serta tidur yang panjang.

"Bisa ngga kamu keluar dari sini, aku mau bobo." Dina mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur yang tersedia dihotel ini. Trio memang menyewanya untuk Dina dan para tamu lainnya tentunya. Kelewat royal memang si-Tunangan sah Dina ini.

Berdecak, dengan segera Trio kembali mendudukan Dina. Dina kesal, padahal tadi dia hampir aja terpejam. "Apa sih! Sebel aku lho, mau tidur plisss ah!" geram Dina, kakinya menghentak-hentak diatas kasur.

"Udah aku bilang minum obat dulu, abis itu terserah kalau kamu mau tidur," tekan Trio. Mau tidak mau membuat Dina kembali dilanda ketakutan, memang ya cara ampuh membuat Dina tunduk adalah kemarahan dari si-Trio.

Salah tingkah, Dina memilin dress panjangnya yang ia kenakan. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca hendak menangis, astaga! Trio memang harus extra sabar menghadapi Dina yang kelewat sensitif ini. Trio akhirnya menunduk, tangannya bertumpu di sebelah masing-masing tubuh Dina. Mengurungnya dengan posisi seperti ini, perlakuannya itu membuat Dina gugup.

"Sya, Tunangannya Trio, minum obat dulu ya," ucap Trio setenang dan selembut mungkin. Bagai seorang Ayah yang sedang merayu putri kecilnya. Bedanya ini si Trio yang sedang merayu tunangan kekanakannya.

Dina akhirnya mengangguk, "Iya tapi sedikit aja." Dina membuat gerakan kecil antara jempol dan jari telunjuknya, bermaksud memberitahukan Trio sejelas mungkin. Dina tuh benci obat ya.

Mau tidak mau membuat Trio tertawa, "Oke, sesuai dengan permintaan kamu." Kemudian, Trio mencium kening Dina sebelum dia beranjak dan menghilang dari balik pintu sana.

Lagi-lagi, mendapat perilakuan kecil namun manis dari Trio, membuat Dina ngga tahan kalau tidak mesem-mesem ngga karuan. Trio tuh aslinya memang sangat baik, perhatian, gentelman dan tentunya sangat cinta pada Dina. Kadang perilakunya memang mengarah ke tidak wajar dan terlalu berlebihan.

Tetapi itulah Trio dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Sekarang bahkan Dina sudah mengakui kalau dia pun, sama cintanya dengan Trio. Mau bagaimana lagi? Trio mampu mengambil hatinya. Bukan hati beneran, bisa mati Dina kalau hatinya Trio ambil. Ih membayangkannya membuat Dina merinding sendiri.

Trio bukan psikopat kan.

°•°•°•°•°•°

"Selamat ya Trio." Suara centil yang tentunya masih Trio ingat jelas siapa pemiliknya membuat langkahnya terhenti seketika.

Dan benar, saat berbalik, Trio langsung berhadapan dengan dia yang ternyata telah membuntutinya.

"Perasaan gue ngga ngundang lo," ucap Trio kelewat sinis.

Mendapat sindiran serta sambutan tidak menyenangkan itu tidak lantas membuat Nara-sepupu Nasyila melunturkan senyumannya.

"Aku ngga diundang tapi, aku bisa aja kan ngikut Nasyila datang ke sini," lontarnya penuh bangga.

Astaga, perempuan ini. Dari awal memang seharusnya Trio musnahkannya saja, dia itu sudah seperti hama.

Trio terkekeh sinis, "Ngga ada malunya emang lo." Laki-laki itu bersedekap dada, sebenarnya matanya sungguh tidak rela jika dibiarkan terus menatap Nara yang dengan percaya diri mengenakan baju ketat dan sangat terbuka didepannya kini.

Asetnya sungguh tidak berharga, tidak seperti Sya-nya yang Trio kecam habis-habisan kalau dia tidak boleh mengenakan baju kurang bahan. Cukup tadi saja, entah siapa yang memberikannya.

"Kamu ngga ngerti juga ya. Aku udah lama Trio suka sama kamu, ralat! Cinta maksudnya. Cintaku bahkan melebihi cinta bocah sialan itu! Siapa? SYA ATAU DINA!" teriaknya penuh emosi.

Dengan satu gerakan cepat bagai kilat, Trio mencekik perempuan didepannya. "Berani-beraninya, lo...." geramnya penuh amarah. Siapa dia yang berani membandingkan cinta Sya-nya. Trio bahkan tidak perduli, cepat atau lambat, Trio pasti bisa membuat Sya-nya cinta padanya dan menggantungkan hidupnya deminya-Trio.

Tubuh Nara tertekan kuat tembok dibelakangnya. Dia cemburu abis, sampai tidak sadar mengatakan kejujurannya. Yang sebenarnya sudah berulang kali ia lontarkan namun tak juga mendapatkan balasan.

"Sa-sakit," cicitnya, napasnya tersendat. Sepertinya Trio tidak main-main, dia benar-benar akan membunuh Nara kali ini.

Melihatnya tak berdaya, Trio malah semakin menikmatinya, menekan cekikannya. "Udah gue bilangin, lo harus hati-hati sama gue. Pergi atau biar gue aja yang buat lo pergi."

Tidak perlu diulang, Nara bahkan masih mengingat perkatannya. Tetapi dia memilih tak ambil peduli dan begini lah jadinya.

Sialnya! Entah memang hari ini sudah dipastikan kalau hidup Nara tak akan lama, suasana di lantai tiga ini begitu sepi. Tidak ada manusia yang berkeliaran.

"Ingin meminta tolong siapa hm, di sini ngga bakal ada manusia yang berani hanya untuk sekedar singgah. Kecuali lo tentunya, gimana, nyesel." Trio tertawa bak setan. Sekarang sisi gelapnya telah benar-benar mengambil kewarasannya.

Nara semakin menggeleng tak karuan, teman semasa sekolah menengahnya dulu, kini berubah menjadi sosok yang amat sangat menakutkan. Padahal dulu Trio begitu baik hanya padanya, namun kini berubah gara-gara Trio telah menemukan tambatan hatinya.

Seharusnya posisi Dina ada pada Nara!

Lama kelamaan, mata Nara mulai terpejam, dia sudah tidak kuat. Ajal akan menjemputnya. Trio seakan mati rasa, tidak mempedulikan jika Nara mati. Trio bisa melakukan segalanya untuk menutupi kejahatannya. Nara telah berbuat salah dengan membawa-bawa nama Sya-nya.

"Di-dina," kata terakhir Nara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai dengan kerasnya.

Deg!

°•°•°•°•°•°

Lama, Trio katanya ingin mengambilkan obat untuknya. Jika terus menunggu seperti ini, Dina bakal ketiduran juga. Nanti salah lagi, Trio bisa-bisa ngamuk sama dia. Memang ya sifat Dina dan Trio itu sebenarnya tidak jauh beda. Sama-sama kolot dan apa maunya.

Akhirnya Dina beranjak dari rebahannya, lagi-lagi dia yang mengalah. Entah Trio sedang melakukan apa disana. Perlahan, Dina membuka knop pintunya.

Lalu Dina amat sangat menyesal, kenapa dia menyerang keluar kalau pada akhirnya dikejutkan dengan pemandangan sangat menakutkan didepannya.

"Tri-trio," panggil Dina ragu, tunangannya pasti sudah gila!

Note: Nextnya 15 vote aye, skuyy jangan lama-lama. Pasti penasaran juga kan?

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang