TGS|10

3K 318 17
                                    

Dina hanyalah manusia biasa yang ngga biasa tersakiti. Jika salah satu dari keluarganya memarahinya, hanya ucapan sentilan sedikit saja, bisa langsung membuatnya sakit hati. Dina memang sensitif sekali orangnya.

Mungkin Dina orangnya agak egois, lumayan galak dan Mbak gassan, tetapi sungguh itu memang udah jadi wataknya.

Dina meminta semuanya harus serba sempurna, padahal dia aja orangnya tidak demikian, masih banyak kekurangan, sudah ada buktinya kan. Dia ngga bisa membuat orang terkasihnya bertahan dengan segala sifat buruknya.

Trio sudah menyakitinya karena sikapnya yang argh! Sulit pekaan. Lagian Trio juga jahat! Kenapa berani-beraninya selingkuh, hm wajar saja. Dina bukanlah gadis menarik dan cantik. Dibandingan Nara, dia ngga ada apa-apanya.

"Dek."

Melirik sebentar, panggilan yang asalnya dari ambang pintu sana, si pelakunya tak lain adalah Krisna. Mas-nya, Dina.

Si empunya tak menjawab, dirinya lebih memfokuskan diri pada tumpukan baju yang sedari tadi jadi sumber pelipur lara hatinya.

Krisna jengah, melihat tingkah Adeknya yang luar biasa unik itu. Marah sih marah, tetapi tingkahnya masih saja bikin gemas.

"Sampai kapan kamu mau lipat baju yang udah dari sananya rapi, heh," Tegurnya, sial! Bibir pink milik Krisna ngga bisa kalau ngga tertawa.

Tangan Dina spontan berhenti bergerak, dia kalau ngga diingetin gitu juga udah sadar.

"Sampai aku cape," ketusnya, Dina kembali melanjutkan aktifitasnya.

Krisna mengusap wajahnya kasar, cengirnya terus saja ada. Padahal Mas-nya Dina itu jarang sekali seperti ini, maksudnya tertawa, tersenyum, nyengir kaya orang bodoh. Tetapi kalau udah liat kelakuan Adeknya yang begini, perutnya terasa tergelitik.

Krisna akhirnya mengalah, mendekati Adiknya yang sedang bersimpuh di lantai bersama beberapa tumpukan baju yang udah rapi itu.

"Kamu kalau ada masalah cerita, jangan kaya gini. Mas jadi gemas."

Setelah mengatakan itu, Dina mengaduh sakit. Kebiasaan! Mas-nya Dina itu suka sekali mencubit pipi tembemnya.

Mata Dina sontak melotot, menatap garang Krisna. Bukannya merasa bersalah malah dia tertawa.

"Mas jangan gitu deh, sakit tau!" kata Dina meperingati, tangannya mengelus-elus bekas cubitan Krisna. Pedas dan panas rasanya!

Dilihat Krisna mengedik, Mas-nya Dina kini malah beralih memasukan seluruh tumpukan baju Dina kembali ke dalam lemari.

Dina diam membiarkan, jarang-jarang Masnya mau gitu.

Beberapa menit setelahnya, laki-laki itu kembali mendekati Adiknya. Kali ini bukannya mencubit pipinya, Krisna malah mengelus pucuk kepala Dina. "Mau cerita?"

Dari pulang sekolah, hingga kini menjelang malam. Dina memang terlihat sangat murung dan Krisna benci Dina yang begitu. Dina yang biasanya adalah energik, ceria dan sedikit absurd orangnya. Menurut Krisna. Tetapi mesikipun begitu Krisna tetap menyayangi Dina.

Dina menggeleng lesu. "Ngga mau cerita dulu. Mungkin lain kali ya, Mas. Makasih udah perhatian sama Dina, ululu jadi tambah chayang." Kumat deh lebaynya.

Krisna tau, Dina hanya ingin terlihat seperti biasa. Jika adiknya sudah berkata begitu, ya mau bagaimana lagi. Memaksa pun percuma, Dina sudah besar, sudah sepantasnya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Hm, ya sudah. Kalau ada apa-apa jangan lupa, Mas selalu ada buat ngebela dan ngelindungi kamu, Dek."

Dina mengangguk, matanya terpejam saat Krisna mengecup dahinya. Sudah kebiasaanya memang.

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang