TGS|5

3.7K 344 65
                                    

"Turun."

Suara serak nan dalam milik Trio, sama sekali ngga membuat Dina berkutik. Dia tetap bergeming, duduk di dalam mobil dengan kedua tangan yang saling terkepal kuat. Hingga terlihat, buku-buku jarinya berwarna putih pucat.

Dina sangat ketakutan dan Trio jelas tahu itu. Sayangnya, bukannya mengasihani justru Trio ingin memberikan pelajaran untuk Dina bahwa, apa yang Trio ngga suka, ngga seharusnya Dina melakukannya.

Dan Dina telah melanggarnya, dia berpelukan dengan spesies cowok selain Trio. Mengingat itu, membuat kepala Trio kembali panas.

Membuka pintu mobil yang Dina duduki. Tanpa aba-aba, Trio mencekal lengan Dina hingga membuat Dina yang diperlakukan seperti itu terkaget-kaget dibuatnya. Dina masih di mode terkejutnya lho, ya. Tadi benar-benar deh! Trio mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang ngga main-main! Kaya di film Fast And Furious.

Setelah tubuh Dina sutuhnya keluar dari dalam mobil, barulah Trio, menutup pintu mobilnya dengan kasar---Trio menarik paksa Dina masuk ke dalam bangunan tinggi dan besar ini.

"Akh!" Dina memekik kesakitan, saat cekalan Trio pada lengannya ini terkesan mencengkram. Ngga berontak sama sekali, Dina justru nurut saja saat Trio memasukan tubuh keduanya ke dalam lift.

Saat itu, otak agak lemot milik Dina mulai bekerja. Trio membawanya disuatu apartemen yang baru pertama kali Dina injak.

Dina ingin bertanya, kalau saja Trio tidak setia menatapnya tajam. Mungkin jika mata Trio memancarkan sinar leser, bolong sudah kening Dina ini.

Ngga berapa lama, lift berdenting dan terbuka. Sempat mendongkak ke atas, menunjukan bahwa keduanya berada dilantai 15.

Menenguk ludahnya alot, Dina menebak bahwa. Dia pasti bakal diapa-apain sama Trio, nih. Wah!

°•°•°•°•°•°

"Shh, ah... huffthh." Dina ngga tahan, bagian yang Trio tekan-tekan rasanya begitu perih. Seakan tuli, Trio sama sekali ngga memperdulikan ringisan Dina.

"U...udahh... shh. Ka Trio." Kali ini Dina merengek, minta ampun.

Trio mendongkak, menatap wajah Dina yang memerah padam dengan napas yang tersenggal-senggal. Trio menyeringai dan Dina ngga melihat itu. Dina terlalu fokus pada rasa sakit dan nyeri yang menderanya.

Tanpa rasa manusiawi, justru Trio semakin menekan luka itu hingga membuat darah segar di lutut Dina, kembali keluar.

Dina mengerang keras, "HUWAA SAKITT! Akhh!!"

Benar-benar, tanpa merasa bersalah sama sekali justru Trio tertawa lebar. Suara kesakitan milik Dina sudah seperti alunan indah bagi Trio. Terlihat sangat tidak manusiawi untuk kebanyakan orang normal.

Dina hendak menangis, kalau saja Trio tidak tertawa lebar seperti ini. Kalau dilihat lebih dekat, tawanya bikin adem. Dan Dina ngga menyia-nyiakan buat nonton live Trio yang begini. Pacaranya tuh, jarang senyum. Trio, kadang suka pelit ekspresi.

Menyadari itu, Trio berhenti tertawa. Dina saat ini sedang menatapnya dalam, sadar ngga sadar malah membuat Trio yang terpesona akan ke imutan serta kecantikan wajah Dina yang selalu tampak natural. Tanpa polesan bedak dan lipstik saja sudah sangat memancarkan keindahannya. Dan Trio, membenci Dina yang begini. Dina yang begitu bisa saja membuat banyak lawan jenis suka padanya.

Lama mereka saling berpandangan, Trio dulu yang memutuskan tatapan keduanya. Dina mah, masih terus natap Trio. Kaya ngga ada malunya.

Tangan Trio terus saja bergerak memberi obat merah untuk lutut Dina setelah membasuhnya dengan antiseptik. Baru, Trio membalut lutut Dina dengan perban yang ada. Sempat mencium lutut Dina, hingga membuat si empunya tersadar dari keterpesonaannya, beberapa saat yang lalu.

Nyatanya, Trio udah berhenti tertawa. Dinanya aja yang bandel liatin mukanya pacarnya terus.

Kali ini, Trio melakukan hal yang membuat Dina kembali memekik kaget. Trio tiba-tiba saja mengangkat tubunya seakan, badan gentongnya ini kaya kapas. Ngga berat sama sekali---Trio mendudukannya tepat di kedua paha Trio. Tangan Dina spontan mencengkram kedua bahu kekar milik Trio.

Dina bergerak gelisah. "Aku mau duduk di sofa aja deh, yang," ungkap Dina gugup, Trio ngga pernah giniin Dina. Ini baru pertama kalinya dalam 3 tahun pacaran, coy!

Sama sekali ngga menggubris omongan Dina, Trio mendekatkan wajahnya hingga berhenti disebelah kanan pipi Dina. Trio mengecup-ngecup bagian itu berulang kali membuat Dina merasa kegelian.

"Ka Trio," ucap Dina mencicit, hal itu membuat Trio menghentikan kegiatan mengasikannya. Saat ini keduanya memang berada di dalam apartemen milik Trio. Gila sih! Keliatan mewah dan megah. Tetapi masih ada unsur dark, menambah kesan misterius banget. Mirip sama yang punya, Trio memang memiliki kesan serupa, misterius, menenggelamkan dan kadang suka menakutkan. Kaya sekarang ini.

"Sya, jelaskan semuanya." Trio berkata dengan kepala yang terus saja memiring. Bukan itu yang bikin Dina takut, tatapannya yang begitu tajam dan menelisik ini. Seakan menyedot nyalinya saja.

Dina menangguk gugup, tangannya ragu-ragu menggengam kedua tangan Trio yang meremas kedua paha berlemaknya.

"Aku bakal jelasin semuanya, ka."

°•°•°•°•°•°

"Ka...hhh, kan--ak--u udahaah, jelasin semuanya." Dina berkata parau.

Salahnya dimana lagi sih!

Dina sudah menjelaskan semuanya tentang laki-laki yang memeluknya itu Inu--Saudara jauh laki-lakinya dan soal kakinya yang lecet ini karena jatuh... ngga sengaja kedorong sama mas-nya tadi pagi.

Lah! Sekarang, malah dengan gemas. Trio menciumi ceruk lehernya kuat, rasanya bikin geli dan sedikit perih. Bukan semenit-dua menit Trio melakukannya. Sudah hampir satu jam. Dan Dina masih saja bertahan diposisinya, duduk dipangku dengan kedua paha mengekang serta kaki yang menekuk. Rasanya bikin kesemutan.

Suara kecapan bibir Trio benar-benar nyaring hingga tanpa bisa dicegah, Dina melenguh geli

"Mhh, Ka."

Trio terkesiap, suara Dina bisa saja bikin dia tambah khilaf.

Buru-buru, Trio menjauhkan tubuh keduanya. Mengangkat tubuh Dina untuk duduk kembali ke sofa. Trio benar-benar menjauhkan tubuhnya jauh, hingga berjarak seperti ini. Trio malah meninggalkannya entah ke mana, yang jelas hal itu membuat Dina kebingungan.

Tadi sedikit asik, Dina biasanya cuman bisa baca di novel adegan yang kaya tadi. Lah sekarang, dia bisa merasakannya sendiri. Ish! Dasar otak kotornya. Dina mengusap ceruk lehernya, mencoba curi-curi pandang. Dia tetap ngga bisa lihat, kiranya ada ruam merah ngga ya. Kayaknya iya deh, ah nanti Dina lihat di rumah saja lah. Hari ini sudah mau menjelang malam, Dina harus otw pulang.

Beruntung, Trio kembali menghampiri Dina. Sebenarnya Trio tadi dari dapur, meminum air dingin dari kulkas untuk menjernihkan pikirannya. Trio ngga mau sampai kebablas, untuk saat ini.

"Ayo pulang." Trio langsung saja mengambil tangan Dina, menuntunnya keluar dari apartemen pribadinya.

Dina tentu dengan suka rela nurut, dengan riang Dina menggandeng balik lengan Trio membuat Trio sedikit mengangkat sudut bibirnya. Bukan itu, ada satu hal yang membuatnya bahagia. Tanda yang Trio berikan, benar-benar terlihat.

Tanda itu, adalah hukuman dari Trio yang sebenarnya.

Akhirnya gaes, halo. Selamat wengi alias selamat malam : )

Aku up ngaret yak, kayaknya bakal terus ngaret deh :' ) aku udah mulai sibuk deh. Hedeh, bener-bener bikin capek tapi sukak juga. Gara-gara sibuk, bb-ku turun 3 kilo wakaka muach.

Edisi curhat lagi, sangking senengnya.

Oke ketemu lagi di next part, aku sayang kamu loh. Ehehe

Tbc

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang