Merasa biasa saja berada pada posisi dimana di depan dan sampingnya terdapat dua cewek cantik, dengan kulit putih, bersih dan glowing. Dina jadi minder sendiri. Okay, seharusnya memang Dina ngga perlu sampai segitunya. Tetapi lihat deh, sepupu Nasyila sudah seperti perumpamaan dari sosok Bidadari saja, menurutnya loh ya.
"Mereka siapa, Nas?" Sepupu Nasyila menatap Dina dan Ruli. Tetapi entah ini cuman perasaannya saja, netranya menatap sinis Dina. Ada apa ini.
Dina berinisiatif memeperkenalkan diri terlebih dahulu, menyerobot omongan Nanas yang ingin menjelaskan.
"Hai ka, perkenalkan aku Dina, sohib-nya Nanas banget. Ya ngga." Dina sengaja menyenggol bahu Nasyila yang berdiri disampingnya. Nasyila turut mengangguk semangat.
Tangan Dina terus saja terulur ke depan, cengiran kecilnya ngga luput di bibirnya dan ngga lama tangan Nara membalas jabatan tangan Dina juga. "Hai, aku Nara," katanya dengan senyum yang terlihat kecut itu.
Dina tambah mengernyitkan dahinya saat sepupu Nasyila yang diketahui bernama Nara ini... tambah mengeratkan jabatan keduanya. Meringis, dilihat Nara nampak biasa-biasa saja dengan senyuman kecil yang terus saja ada.
Merinding, entah kenapa Dina merasa ada yang ngga beres dengan Nara. Dia ingin melepas tautan tangan mereka, tetapi sepertinya Nara tak mengijinkannya. Dina hampir saja berteriak kesakitan saat tangannya tiba-tiba dicengkram kuat,
"Ak--
"Halo ka! Kenalin aku Ruli, panggil aja Ruli, tapi ngga boleh Irul. Karena cuman orang sepesial aja yang boleh panggil aku begitu." Ruli menampik tangan keduanya, hingga Dina merasakan kelegaan yang haqiqi. Hampir aja dia kelepasaan.
Nara tampak terkejut, tapi detik berikutnya dia bisa menguasai dirinya. Bersikap ramah seperti biasa, berbanding terbalik dengan sikap dan perilakunya kepada Dina barusan.
"Hai juga, aku Nara. Salam kenal ya, Ruli."
Bukan hanya Dina saja yang merasa aneh, Nasyila serta Ruli pun demikian.
°•°•°•°•°•°
"Dina, maafin sikap sepupuku tadi sore ya. Dia emang orangnya gitu, kalau ngga suka sama seseorang dia bakal keliatan sinis, cara ngomongnya juga emang dari lahir lumayan sengak. Maafin ya."
Dina hampir saja tertawa, lucu sekali. Nasyila dengan sifatnya yang suka ngga enakan. Dina jadi gemas tapi suka juga punya sahabat macam dia.
Di kamarnya, Dina duduk di atas karpet berbulu dengan posisi tubuh yang menghadap ke jendela balkon. Di pangukannya ada novel yang baru aja Dina ambil, hendak dibacanya kalau Nasyila ngga menelefonnya.
"Apa sih, ngga papa, Nanas. Emang ada kalanya kan ada orang yang ngga suka sama akunya. Lumayan dungs, ketemu orang yang terang-terangan kurang suka sama aku. Haha," canda Dina, niat sebenarnya hanya ingin melemaskan suasana kaku ini.
Dina mah ya masa bodo, mau ada yang benci dia pun ngga masalah. Yang terpenting Dina harus bersikap baik kepada semua orang, sekalipun orang itu pernah menyakiti perasaannya.
Dina mendengar, diseberang sana Nasyila menghembuskan napasnya lega. Membuat Dina tanpa sadar tersenyum kecil, khawatiran banget si Nasyila itu.
"Syukurlah. Aku kira kamu bakal marah, ngambek dan paling parahnya malah sakit hati. Huft, memang ya, aku juga lumayan kurang suka sama Nara. Tapi mau ngga mau aku menerimanya menumpang di rumah mamaku. Dia tuh suka egois... tuh denger kan, aku udah kaya apa aja disuruh-suruh. Ya udah dulu ya, Din. Selamat malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio Get, She
RomanceTeen-Romance Memang hanya manusia seperti Trio saja, yang bisa membuatnya menjadi gadis kalem nan manis. Gadis yang biasanya memegang teguh pendiriannya 'ngga ada sejarahnya manusia takut sama manusia' luntur sudah keberaniannya kalau sudah di hadap...