TGS|3

4.4K 382 14
                                    

"Haduh, aduh. Hufftt." Entah udah ke berapa kalinya, Dina gelojotan diatas kasurnya ngga kuat. Napasnya ngap-ngapan, perutnya begah... yang dari sananya aja sudah besar, lah ini tambah besar lagi. Memang, luar biasa banget Trio mentraktirkannya makanan.

Ngga nanggung-nanggung, sangking banyaknya sampai buat Dina mual liat makanan lagi.

"Mbak?" Panggilan itu, seketika membuat Dina yang sibuk pada aktifitasnya tadi, menepuk-nepuk perutnya. Terhenti.

Spontan, Dina mendudukan dirinya tegap, menatap seorang bocah kecil yang sedang bersedekap dada di ambang pintu sana. Dina meringis, bulu kuduknya seketika berdiri. Merinding, aduh! Seharusnya tadi pintu kamarnya ditutup aja.

Dina tersenyum, menutupi kegugupannya. "Eum, ada apa ya?"

Damar, adik laki-laki Dina. Mentap curiga mbaknya, "Disuruh makan malam sama mama," katanya kemudian, adik Dina itu tatapannya benar-benar dalam dan mengintimidasi. Umurnya yang baru 6 tahun itu, sudah sangat pandai membuat orang-orang merasa takut dengan kehadirannya. Damar jelas bukan dedemit kalau bisa liat dedemit sih... memang Damar masternya. Memang satu keluarga dia paling beda sendiri.

Dina tersenyum kikuk. "Mbak udh makan dek." Dia menepuk perutnya sebentar sebagai bukti, "Nih perut mbak udah, guede banget. Hehe, gih kamu aja yang makan. Yang banyak ya, daa jangan lupa tutup pintunya. Mbak mau langsung otw bonis alias bobo manis. Ok selamat malam."

Setelah mengatakan itu, Dina segera menidurkan tubuhnya... menutupinya dengan selimut sampai ke kepala. Dina berharap adiknya cepat pergi dari kawasan kamarnya. Karena sebenarnya Dina tuh takut, adiknya selalu, jika berbicara matanya tak berhenti bergerak kesana kemari. Serem, keliatan banget Damar sedang melihat sesuatu yang tak kasap mata.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu ditutup. Dina mengintip dari balik selimutnya, syukurlah! Dina bisa bernapas lega. Adiknya sudah pergi dan Dina ngga jadi pura-pura tidur lagi.

Niatnya, malam ini Dina mau membaca novel di suatu aplikasi di ponselnya, jaman memang sudah canggih, baca novel aja bisa lewat ponsel. Tanpa perlu pegang-pegang buku. Tapi bunyi dering panggilan membuatnya mengurungkan niatnya, Dina berdecak! Arghh! Yang meneleponnya ini...

"Ya? Hallo sayang," sapanya mesra, ya katakanlah Dina alay! Tetapi memang sudah seharusnya, Dina memanggil Trio dengan sebutan itu, pacarnya sendiri yang menyuruhnya. Ya Dina iya-iyain aja, dari pada dia buat Trio ngga nyaman.

Terdengar helaan napas panjang sebelum Trio yang ada di balik ponsel sana berbicara,

"Langsung tidur ya. Jangan begadang, istirahat yang cukup supaya kamu tetap sehat."

To the point, Trio langsung mengatakan itu, kata yang mengarah kepada perintah yang ngga boleh dibantah.

Perhatian banget kan Trio itu, sangking perhatiannya terkadang buat Dina merasa terkekang.

Ngga ada kata lain selain, "Oke," ucapnya pasrah. Dina ngga berani buat menolak, Trio itu sudah aneh, Dina ngga mau dengan penolakannya membuat Trio tambah aneh.

"Bagus, selamat malam. Mimpi indah. Besok, aku jemput kamu seperti biasa."

Dina menggangguk saja, walaupun nyatanya Trio ngga bisa melihatnya. "Makasih ya."

Terdengar kekehan dari Trio, membuat Dina merinding dengernya.

"Ya sayang. Da... aku cinta kamu."

Dan tut! Setelah Trio mengatakan itu, sambungan telepon terputus oleh si pemanggil. Trio ngga pernah memberikannya kesempatan untuk Dina mengatakan, bahwa dia suka Trio. Bukannya Cinta.

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang