Perkataan Trio beberapa waktu lalu, sulit sekali Dina pahami. Mungkin saja kalau dikatagorikan dengan mata pelajaran, udah kaya IPA Fisika saja. Terlalu rumit dan suka sekali bikin kepala Dina cenut-cenutan.
Meringis, Dina melirik sebelahnya, ada Nasyila yang ternyata udah dari tadi sedang memperhatikannya.
"Apa!" sentak Dina, kelewat nyolot.
Nasyila melipat bibirnya dalam, kaget saat Dina sedikit membentaknya, ngga salah lagi. Pasti Dina...
"Kamu marah beneran nih sama sepupu aku? Katanya kemarin engga." Setelah mengatakan itu, Nanas menunduk. Entalah, rasanya seperti beban sekali.
Astaga, lagi-lagi. Dina sudah malas sekali membahas hal yang bukan jadi sumber kepikirannya.
Kepala Dina meluruh ke atas meja, menatap Nasyila yang sedang menunduk dengan posisi seperti ini jauh lebih leluasa. Sekarang, dua remaja ini sedang berada di Kantin yang keadaannya cukup bising karena ramai, jam istirahat memang paling mantul, buat jajan 'kan. Ruli? Jangan tanyakan manusia super baperan itu, dia jelas suka pisah entah kemana.
"Bukan itu, aku sama sekali ngga peduli sama sikap sepupumu. Yang bikin aku kaya gini, em. Apa aku harus cerita ya, Nas?" Dengan bodohnya Dina bertanya, jangan salah. Dina ingin bercerita kalau Nasyila siap mendengar serta meresponnya. Kalau ngga, sia-sia nanti.
"Kalau kamu percaya sama aku, ya silahkan cerita. Kalau mau jadi rahasia buat diri kamu sendiri juga ngga papa. Aku ngga maksa," ucapnya bijak. Seperti bisa, ciri khas Nasyila banget.
Dina berdehem. "Aku mau cerita tapi nanti aja pulang sekolah. Bisa kan, kita mampir ke kedai bakso deket SMA, dulu?" Dina bertanya memastikan.
Yang langsung disambut anggukan semangat kepala Nasyila. "Tentu."
Dan ngga lama, manusia si super baperan datang juga. Dengan membawa sesuatu di atas nampan di tangannya, Dina menatap takjub dia.
"Irul, ngga bisanya kamu bener. Haha," tawa Dina lumayan keras, mengundang banyak pasang mata menatapnya. Lebih kearah tidak suka sebenarnya, Dina memang lebih sering dibenci banyak orang karena sifatnya yang bar-bar itu, jarang kalem dia memang.
Ruli duduk, mengambil posisi tengah antara Dina dan Nasyila. Nampan yang dia bawa diletakan diatas meja. Disitu sudah ada 3 piring batagor super enak bikinan Mpok Susi. Pedagang kantin sini.
Mata Dina berbinar-binar liatnya, tangannya dengan cekatan mengambil satu piring berisi batagor itu, tanpa izin tanpa permisi dengan lahap Dina memakannya. Ruli dan Nasyila yang melihatnya sama sekali tidak berniat menegur, bahkan saat batagor yang Dina makan tandas seluruhnya dan kini, malah beralih menyantap milik Ruli dan Nasyila secara serempak...
Mereka tetap diam.
Mereka berdua sudah tau, jika Dina sedang badmood... pelampiasaannya kalau tidak ke sahabatnya pasti ke makanan. Dan mereka berdua sangat bersyukur Dina memilih opsi yang kedua.
°•°•°•°•°•°
Mungkin yang Dina lihat bukan dia.
Mungkin mata Dina mulai ada masalah karena suka terlalu lama bermain ponsel, hingga menyebabkan radiasi. Akibatnya Dina tidak bisa membedakan mana dia yang sungguhan dan mana dia yang hanya halusinasinya saja.
Mungkin memang otak Dina lagi agak ngga nyingkron, sampai-sampai sulit mempercayai kebenaran. Bahwa, yang Dina lihat itu memang lah Trio. Bukan kaleng-kaleng!
Masalahnya bukan itu, sangat sulit dipercayai bahwa bukannya menjemput Dina pulang sekolah, malah Trio pergi entah kemana bersama perempuan, selain Dina!
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio Get, She
RomanceTeen-Romance Memang hanya manusia seperti Trio saja, yang bisa membuatnya menjadi gadis kalem nan manis. Gadis yang biasanya memegang teguh pendiriannya 'ngga ada sejarahnya manusia takut sama manusia' luntur sudah keberaniannya kalau sudah di hadap...