TGS|18

2.6K 244 17
                                    

Lagi rajin.

Ngga usah sangkut pautin lagu diatas sama jalan cerita ini ya, aku cuman lg seneng aja post lagu fav yg akhir-akhir ini suka aku dengerin. Sukur-sukur pas sama telinga kalian juga.

Monggo, selamat membaca

Kegiatan menguras tenaga, serta otak Dina, sudah terlaksanakan semuanya. Hari ini, tinggal menunggu hasilnya, apa kah Dina bakal lulus atau terus menetap di SMA-nya. Iihh... membayangkannya saja udah buat Dina bergidig ngeri, tidak! Dina mungkin tipe murid yang memiliki kemampuan otak standar saja, tapi kalo dikatagorikan biasa saja, Dina masih diatasnya, dikit lagi.

Ngga terasa memang, padahal Dina merasa kemarin masih jadi siswa baru, eh tau-tau udah mau lulusan aja.

"Deg-degan banget aku, Na," ujar Nasyila yang duduk dihadapannya.

Sebenarnya mereka sedang duduk-duduk diatas lantai, semua kursi sudah terisi beberapa siswa/siswi yang sama-sama sedang menantikan keluarnya orang tua masing-masing dari dalam kelas.

Penerimaan rapot memang selalu diadakan didalam kan, murid ngga diperbolehkan ikut masuk.

Dina mengangguk membenarkan, "Banget, aku berharap bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Ya setidaknya lumayan lah buat daftar Universitas sana."

Nasyila menyahut setuju, "Iya, aku pun. Aku juga berharap bisa satu sekolahan sama kamu lagi, dan tentunya Irul. Ngga tau deh kalau kita saling pisah, mungkin pertemanannya bakal terasa hambar," aku Nasyila.

Sebenarnya, Dina pun bakal merasa demikian. Apa lagi dia kan bukan tipe orang yang gampang sekali akrab, Dina kalau sudah suka itu ya itu-itu aja. "Harus Nas, aku ngga mau sampai kita pisah. Keknya sehari aja ngga ada kalian, aku rasa hampa. Cailah," gurau Dina akhirnya yang justru ditanggapi kekehan dari Nasyila.

"Saae kamu Na, ngomong-ngomong ke mana Irul ya." Nasyila celingukan, manusia super baperan itu suka muncul dan menghilang secara tiba-tiba. Udah kaya apa aja.

"Palingan nyempil diantara manusia-manusia itu. Maklumin Nas, badan kaya kertas bisa nyelusup sana nyelusup sini," ucap Dina asal. Menyadari sendiri kalau badan Ruli itu, langsingable-nya bangetan. Padahal makan banyak, tapi badan gitu-gitu aja.

Optimis aja, Ruli yang cacingan ngga bisa melar kaya Dina.

"Dor! Nyariin Irul, ya."

Datangnya Irul merubah suasana jadi krik-krik jangkrik. Soalnya, niat mengagetkannya itu, dengan bodohnya Ruli lakukan secara terang-terangan.

Ruli cemberut menyadari Nasyila dan Nanas yang nampak biasa-biasa aja. "Ngga asik kalian mah," rajuknya, bibir Dina berkedut dengarnya.

Simpati Dina ia lakukan dengan menepuk pundak Irul, laki-laki setengah ciwi itu ikut bersimpuh dihadapannya, "Yang sabar ya, ini ujian." Lalu, Dina tertawa.

Ruli berdecak, "Ketawa terus sampai lulus," ucapnya sengak.

"Hoho, pasti," sahut Dina bersemangat.

Gini ya, mereka mungkin dipandang remeh temeh dan ngga asik. Mereka yang Dina maskud Ruli dan Nasyila, sahabat garing kriuknya yang menurut Dina, asik-asik semua.

Ralat, sahabat rasa keluarga lebih tepatnya sih. Oke-oke sip lha.

°•°•°•°•°•°

Trio Get, SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang