Ditunggu 200 vote, untuk update Epilog.
Karena ini BAB terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kerja sama kalian untuk memberikan vote supaya bisa berlanjut lebih cepat, dan terima kasih juga untuk para pembaca yang sudah menyelesaikan lebih dulu cerita SECONDLY di situs tetangga, tapi masih mau menyumbang vote di sini.
Terakhir, atas komentar-komentar terbaik kalian yang lebih banyak menghibur daripada membuat saya cringe.
Jangan lupa ikuti MARRIAGE CONTRACT, ya, dan tetap ikuti peraturan terbaru di lapak ini.
□■□■□■□■□
Naru dan Ms. Hiroko menginap di Burj al-Arab, dan sekretarisnya itu memilihkan tempat sarapan bertepatan di lantai 27 sehingga mereka terhibur dengan pemandangan yang sepenuhnya tentang lautan, juga daerah pesisir yang sangat indah. Di sela-sela sarapan itu, Naru membayangkan bahwa dia bisa kemari bersama istrinya. Karena seingatnya, dia belum pernah merencanakan untuk pergi bulan madu.
Selama ini, Naru mementingkan pekerjaannya, toh karena dulu mereka terlibat kawin kontrak, maka dari itu, Naruto pikir, pergi berbulan sama-sekali tidak penting. Ia punya alasan yang masuk akal untuk mengelabuhi ibunya, dan menjadikan mereka tidak perlu benar-benar pergi.
Namun semua angan-angan—keinginanya dalam rencana pergi bulan madu bersama istrinya cepat sekali hancur, terutama begitu Naru kembali membahas soal berhentinya sang sekretaris dari pekerjaannya secara tiba-tiba. Percakapan mereka berawal santai, mungkin seperti itu, tapi pada akhirnya ketidaktahuan itu mengantarkannya pada suatu kenyataan yang tidak pernah Naruto kira akan terjadi pada Hiroko dan dirinya. Kalau begini akhirnya, Naru sedikit menyesali untuk mencari tahu.
Kini, Naru dibuat tidak nyaman oleh semua kenyataan itu, ia tidak berhenti untuk terus merasa kepikiran, sampai setengah jam dia tetap berada di tempatnya, memandangi pesisir dan lautan di sekitar Burj al-Arab.
Naru memandangi lautan yang luasnya tak kira-kira, seolah tidak memiliki ujung, sambil membayangkan apa yang dikatakan oleh Ms. Hiroko. "Saya tidak mungkin bisa membohongi perasaan saya, juga saya tidak nyaman untuk terus menutupi apa yang saya rasakan terhadap Anda, atau bagaimana secara tidak langsung saya begitu kagum kepada Anda, Presdir," Naru menghela napas, masih tidak sanggup mengenyahkan pernyataan cinta Ms. Hiroko yang sesungguhnya tak sanggup ia percaya. "Saya menyukai Anda, saya yakin ini adalah perasaan cinta—bukan sekadar kagum kepada Anda, saya pun menghormati Anda lebih dari apa pun.
"Saya tidak bisa berbuat kotor untuk mencari celah, tetapi saya manusia biasa, saya rasa suatu hari akan bisa bersikap jahat dengan apa pun yang terjadi, saya ingin bertahan di sisi Anda, dan mungkin beranggapan bahwa suatu hari nanti Anda akan memilih saya. Sungguh saya minta maaf, karena sempat berpikir jika masih ada kesempatan bagi saya untuk merebut Anda dari istri Anda."
Dengan sikap tenang, Naru memandangi Ms. Hiroko yang kemudian mengangkat wajahnya. Ia tidak akan menutupi apa yang dimiliki Hiroko, semuanya terpandang sempurna.
Sekarang, setelah pernyataan cinta dari Hiroko, Naru menganggap Hiroko bukan lagi sekadar sekretaris biasa, Naru memandanginya sebagai seorang wanita yang menyatakan cinta kepadanya dengan segala kekaguman, bahwa ia mungkin bodoh telah menyia-nyiakan kesempatan untuk menyeleweng. Masalahnya—pada kenyataannya—dia beruntung bukan lelaki hidung belang yang bakal memanfaatkan situasi atau perasaan Hiroko yang tulus. Karena Naru yakin, suatu hari dia maupun Hiroko akan sama-sama hancur oleh hubungan tidak sehat itu.
Meski sekarang memandang Hiroko sebagai seorang wanita, Naru tetap memilih istrinya.
Dalam hidupnya, ia tidak menyukai sesuatu yang keluar dari jalurnya. Ketika dia mengambil kesempatan yang Hiroko tawarkan, berarti akan ada risiko yang jauh lebih berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/203763601-288-k630858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECONDLY ✔
Fanfic[Short Series] Naruto dan Hinata menikah karena alasan yang tak dapat dimengerti oleh mereka sendiri, dan dua tahun kemudian, mereka memutuskan untuk bercerai. Lima tahun setelahnya, tepatnya saat mereka memiliki kehidupannya masing-masing, keduany...