EPILOG

4.2K 402 20
                                        

Terima kasih atas kerja keras kalian. Selamat menikmati kisah cinta mereka di akhir bab ini.

□■□■□■□■□

Tepat delapan minggu, saat Naru baru selesai perjalanan bisnis, dia mendapatkan panggilan dari rumahnya—bukan tempat tinggal pribadinya di penthouses—kepala rumah tangganya menghubungi. "Saya menculik Mrs. Uzumaki, dan butuh penjelasan soal mengapa Anda tidak memberitahu saya, kalau kalian sudah rujuk, dan membiarkan Nyonya tetap berada di rumah sekecil itu?" dari sambungan telepon itu, Biwako geram bukan main. Wanita tua berambut putih itu pasti sekarang sedang memanjakan Hinata, Biwako memang menyayangi Hinata sejak wanita itu telah menjadi nyonya baru di rumah Uzumaki. "Saya menunggu kedatangan Anda dari luar negeri."

Tanpa bisa membalas perkataan Biwako, Naru menggaruk pipinya—sebenarnya dia sudah sampai di Narita, dan siap memesan taksi untuk kembali ke penthouses, tapi ternyata dia harus pulang ke rumahnya.

Sementara di rumah Uzumaki, Hinata tengah menikmati es serut buatan Mrs. Biwako dengan taburan kacang merah. "Saya yakin Anda pasti merindukan makanan ini, saya khusus membuatkannya untuk Anda."

"Aku tidak menyangka akan kemari hanya karena aku mengidam."

"Katakan apa pun yang Anda ingin makan, saya akan membuatkan semua makanan itu untuk Anda, Nyonya."

"Ini sudah cukup," Hinata tidak menyangka, dia bertemu Mrs. Biwako di pasar ikan ketika dia ingin membeli gurita dan cumi—lebih tidak menyangkanya lagi, dia ingin Naru menjadi orang pertama yang mengetahui kehamilannya, tetapi dia malah memberitahu Mrs. Biwako, ketika mengingat bahwa es serut wanita itu sangat manis dan lembut di mulutnya. Dasar memang si jabang bayi saja yang tidak mampu menahannya, atau memang dirinya yang sebenarnya tidak tahan mengingat es serut enak itu.

"Mengapa Anda tidak memberitahu suami Anda?"

Saat baru saja memasukkan gunungan es serut dari sendok peraknya ke mulut, Hinata menanggapi perkataan Mrs. Biwako dengan senyuman malu. "Oh, Anda ingin membuat kejutan."

Hinata mengangguk. "Aku baru tahu dua hari yang lalu, aku melihat kalender, dan baru menyadari kalau telat delapan minggu, saat aku membeli dua tes kehamilan, dan mencoba keduanya, ternyata aku benar-benar hamil."

"Selamat atas kabar baik itu, Anda sebaiknya memilih untuk tinggal di sini supaya kami membantu Anda dalam kehamilan pertama."

"Aku lebih suka hidup berdua dengan Naru di penthouses."

"Mengapa Anda tidak menurut," wajah Biwako kecewa. "Ini demi kebaikan bersama, Anda tidak bisa mengurus semuanya sendiri."

Dua puluh menit kemudian, Naru sampai di rumahnya, dan disambut beberapa pelayan. Melihat bangunan bergaya Barat di depannya, ia jadi mengingat-ingat kapan terakhir dia pulang ke rumah yang penuh banyak kenangan tentang ibunya itu.

Di ruang keluarga, sudah ada Hinata dan Biwako yang sedang berdiri menunggui istrinya menikmati delapan mangkuk kecil es serut. "Sayang, kau tidak sedang bercanda, 'kan?" Naru bukan main kagetnya ketika menjumpai tumpukan mangkuk yang sudah kosong di samping kanan istrinya. "Boleh aku minta satu?" Naru meminta pada Biwako agak malu-malu. "Aku juga ingin sesuatu yang menyegarkan." Katanya.

Tidak lama kemudian Naru mendapatkan es serut itu dengan potongan jeruk dan madu, juga tiga daun mint yang berada di pucuknya.

"Saya akan meninggalkan kalian berdua," Hinata tersenyum penuh arti pada Biwako.

Naru mengamati istrinya yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. "Terjadi sesuatu padamu dan Biwako?"

"Sesuatu seperti apa?"

SECONDLY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang