"Ini adalah segitiga sama kaki PQR, dengan PQ sama dengan PR. Nah untuk menentukan nilai X kau bisa menggunakan sudut pelurus yang nilainya 180 derajat." Yoogeun dengan tangan yang tidak cidera menulis jawaban dikertas kosong dihadapannya dengan Minho duduk disamping kasur rumah sakit sambil mengamati jawaban dikertas anaknya, Minho masih belum terbiasa dengan ini namun Yoogeun benar-benar nyata. Sedangkan Jiyeon duduk dikursi disamping kasur yang berlawanan darinya sedang mengupas buah untuk Yoogeun, wanita itu hanya diam.
"Nilai x adalah 110 derajat ahjussi" Bisik Yoogeun dan Minho mengangguk. Kemudian mereka tertawa bersama, humor mereka memang aneh namun Jiyeon tahu bahwa hubungan diantara Yoogeun dan Minho sudah terjalin kuat walaupun baru saja bertemu.
"Yoogeun-ah."
"Nde ahjussi."
"Appa, kau bisa memanggilku dengan panggilan Appa." Yoogeun terdiam cukup lama kemudian ia kembali menatap buku dihadapannya, Jiyeon paham Yoogeun masih terlalu kecil untuk menanggapi atau menyimpulkan hal ini dan Minho terlihat berusaha menguasai diri dan kembali melihat kearah kertas Yoogeun.
"Appa, aku ingin buang air besar." Bisik Yoogeun pada Minho yang membuat Jiyeon maupun Minho sama-sama terkejut namun kemudian Jiyeon melihat Minho tersenyum sangat lebar dan membantu anak itu untuk turun dari kasur dengan menggendong Yoogeun mengingat kakinya masih terlalu sakit untuk digerakan.
Setelah mengantar Yoogeun buang air besar, Minho kembali membaringkan putranya itu dengan lembut dan kembali membahas tentang soal dibuku, Jiyeon cukup pintar namun kepintaran dua orang itu tidak bisa diragukan lagi. Karena ia hanya paham beberapa dan selanjutnya ia tidak paham lagi, sama sekali tidak paham.
Pintu terbuka membuat perhatian mereka mengarah kesana, eomma Minho muncul dengan senyuman besar dan kemudian dibelakangnya beberapa orang membawakan bungkus-bungkus sesuatu seperti mainan. Yoogeun terlihat bingung dan juga penasaran namun dia tetap diam sambil menatap eomma Minho dengan wajah polosnya.
Sebelum menghampiri Yoogeun, wanita paruh baya itu menghampirinya dan memberikan pelukan kearah tubuh Jiyeon dengan penuh kasih sayang, kemudian berjalan kearah kasur dan memberikan ciuman-ciuman diwajah Yoogeun yang terlihat terkejut. Dia baru bertemu wanita paruh baya itu dan dia mencium Yoogeun seperti hari esok tidak akan ada.
"Lihat betapa tampan nya dirimu, ha! kau harus lihat apa yang halmeoni belikan untukmu, banyak sekali mainan yang mereka bilang baru saja keluar. Abeojimu sedang menuju kemari, dia sepertinya juga membelikan sesuatu untukmu."
"G...Gomawo...h...halmeoni." ucap Yoogeun dengan gugup dan malu, pipinya bersemu merah. Jiyeon kembali merasakan hantaman rasa bersalah dihatinya dan ia tidak bisa menahan tangisannya jadi ia memilih untuk keluar beberapa saat, ia menyadari mata Minho mengikutinya.
***
"Ini kamar milikmu, appa membuatnya sesuai kesukaanmu. eommamu mengatakan bahwa kau suka sekali dengan laut jadi appa membuatnya seperti berada dilaut dengan banyak gambar hewan laut dan lihat kasurmu dibuat seperti sebuah kapal..apakah kau suka?" Yoogeun yang sejak tadi diam kini terlihat lebih diam, kamar itu sangat luas juga terlihat begitu mewah dan mahal. Jiyeon merasakan pegangan ditangan nya mengerat dan ia tahu bahwa anaknya merasakan perasaan yang bercampur aduk.
"Aku sangat menyukainya." Bisik Yoogeun malu.
"Mulai hari ini, ahjussi akan menjadi pelayan pribadi putraku. Berikan apapun yang ia inginkan, apapun. Aku akan meninggalkan kartu untuk belanjanya dan juga kartu untuk membeli kebutuhan yang cukup mahal jika ia ingin membelinya." Minho berpaling kearah seorang pria paruh baya dengan wajah yang sangat ramah menatap kearah Yoogeun, pertama kali ia melihat bocah itu pikirannya langsung mengingat saat ia menjadi pelayan pribadi Minho saat kecil dulu.