"Itu sangat kejam." Bisik Jiyeon pada Minho saat hanya tinggal mereka berdua, Minho kembali 30 menit kemudian setelah kemunculan mantan kekasihnya dan Jiyeon meminta guru muda anaknya untuk membawa Yoogeun pergi keruang makan karena Yoogeun berkata dia lapar.
"Aku minta maaf" pria itu membalas dengan suara penuh penyesalan atas apa yang terjadi.
"kau tahu dia sangat cerdas dan dia bisa mengartikan apa yang dimaksud oleh mantan kekasih mu tadi" bisik Jiyeon, hatinya sangat sakit melihat ekspresi dari anaknya yang seolah- olah ingin menyembunyikan bahwa anak itu tahu apa yang dimaksudkan oleh wanita kejam itu.
"Jiyeon." Minho mencoba menyembunyikan emosinya juga.
"Aku tidak melarang mu untuk memiliki kekasih lagi atau menikah lagi, tapi aku harap kau bisa melindungi anak kita dari hal semacam ini. Aku tahu ini semua kesalahan ku tapi aku tidak bisa menutupi rasa sakit dihatiku mendengar ucapannya pada anakku."
"Jika kau sudah jujur sejak awal padaku, semua tidak akan terjadi" Minho membalas dengan suara penuh penyesalan dan rasa marah. Jiyeon tahu bahwa ia seolah olah berperilaku bahwa dirinya adalah korban, di mana sebenarnya ia adalah penjahat dicerita ini dan ia adalah yang mengacaukan segalanya termasuk hubungan pria itu dengan istrinya, ia berprilaku seolah dirinya adalah orang paling tersakiti padahal dirinya yang menyakiti orang lain.
"Aku berjanji hal ini tidak akan terjadi lagi." Ucap Minho.
"namun kau tahu, kau tidak bisa menutup semua mulut dan Yoogeun akan tumbuh dengan kata itu kecuali...." Minho berbisik.
"Kecuali apa?"
"kecuali kau dan aku menikah."
"itu tidak mungkin." ucap Jiyeon.
"Lalu jalan keluar apa yang bisa kau tawarkan kali ini? Apakah kau punya jalan keluar yang lebih bagus, yang menurut mu bisa menyelamatkan Yoogeun?"
"Kita tidak bisa menikah di saat keadaan diantara kita juga belum baik"
"Aku akan berusaha, aku akan berusaha menjadikan segalanya baik-baik saja"
Jiyeon memeluk tubuhnya seolah ia kedinginan.
"Lagi pula kita berdua adalah seseorang yang sudah mengenal satu sama lain begitu dekat bahkan mungkin kau yang paling mengenal aku diantara berjuta orang lainnya, bahkan mungkin lebih dari ibuku sendiri." ucap Minho mencoba mencari hal yang mungkin bisa menjadi alasan untuk mereka menikah.
"Tapi kau tidak pernah mencintaiku dan aku selalu berfikir untuk menikahi orang yang benar benar mencintaiku. Pernikahan tidak akan indah saat tidak ada cinta di dalamnya."
"Tidak, kita memiliki cinta yaitu Yoogeun."
'dan kau masih memiliki cintaku Choi Minho.'
"Biarkan aku memikirkan nya lagi karena ini bukan hal yang mudah dan juga banyak hal yang harus dipikirkan jika aku menikah denganmu."
***
Di hari Minggu yang cerah, Minho memutuskan untuk membawa anaknya berkunjung ke salah satu perusahaan miliknya yang berjalan di bidang makanan. Jiyeon mengatakan bahwa Yoogeun sangat menyukai makanan yang dikeluarkan oleh perusahaan miliknya, di mana produk coklat itu cukup mahal di pasaran dan Jiyeon bercerita bahwa Yoogeun harus menabung sebulan dari hasil lombanya agar bisa membeli cokelat itu.
Hubungannya dan Minho sudah mulai membaik dan mereka menjadi lebih terbuka dengan satu sama lain walaupun rasa kaku masih ada diantara mereka. Ia sudah mulai memikirkan tentang pernikahan yang dimaksud oleh Minho, Yoogeun akan menjadi anak yang sah dimata hukum dengan kedua orang tua yang sudah menikah.