Esok hari Minho benar-benar melakukan apa yang ia katakan, namja itu sudah membawanya pergi mempersiapkan apapun yang dibutuhkan untuk pernikahan mereka, mereka belum menentukan tanggal pastinya namun Minho mengatakan bahwa jika semua sudah sesuai keinginan Jiyeon maka pernikahan itu bisa terlaksana. Ia merasa tidak nyaman karena membuat namja itu harus mengorbankan rapat-rapat penting, dirinya yang sekarang tidak seegois dulu. Dulu ia akan marah dan akan mendiamkan Minho beberapa hari jika namja itu terlalu sibuk dan tidak menemuinya, ia bahkan dulu selalu meminta Minho menemaninya kemanapun padahal namja itu sudah lelah dengan jadwal operasinya yang cukup banyak.
"Apakah kau harus diikuti oleh banyak orang seperti ini jika belanja?"Jiyeon bertanya pada Minho saat mereka hanya berdua dimobil dengan beberapa mobil pengawal yang mengikuti mereka. Minho melirik kaca dan kemudian menekan airpods yang menempel ditelinganya.
"Kalian bisa kembali, hanya sisakan satu mobil."
"Aku tidak-" Jiyeon kembali merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa, itu baik. Mulai sekarang kau harus jujur dan mengatakan padaku apa yang membuatmu terganggu dan aku akan memikirkan jalan keluarnya oke?" ucap Minho santai, Jiyeon mengangguk dengan ragu. Kemudian Minho tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggiran jalan dan mengatakan pada Jiyeon bahwa ia akan pergi sebentar dan tidak seperti dirinya dulu Jiyeon hanya mengangguk.
Saat ia sendiri, ia merasakan kilatan cahaya kearahnya dan kemudian ia melihat beberapa pengawal Minho maju dan menghalangi beberapa orang yang terlihat membawa kamera berusaha untuk mengambil gambarnya. Jiyeon menutup wajahnya dengan tangannya, tentu saja dia akan masuk berita.
Minho sangat terkenal dan berita tentang rencana pernikahannya akan menjadi berita besar apalagi sejak dia memutuskan hubungannya dengan Seolhyun. Jiyeon mendengar suara pintu terbuka, Minho muncul dengan sebuah kantong belanjaan ditangannya.
Dia memberikannya pada Jiyeon.
"Pakailah."
"Apa ini?"
Jiyeon membukanya dan melihat 2 buah kotak ponsel dengan beberapa kotak aksesoris ponsel.
"aku punya ponsel"Jiyeon menunjuk handphonenya.
"Ya, tapi aku menjaminkan bahwa kau akan lebih suka memakai ponsel terbaru yang kubeli."
"Tapi kenapa ada dua?"
"Siapa tahu kau membutuhkan dua ponsel, kau dulu menyukai jika memiliki barang lebih dari satu." Jiyeon kemudian teringat akan sikap buruknya dan merasa malu.
"Dulu aku bekerja, jadi susah memiliki hanya satu ponsel."
"Ya aku tahu, itulah kenapa aku membelikan dua untukmu."
"Terimakasih."
"Jangan berterima kasih seolah aku orang lain." ucap Minho tenang dan Jiyeon mengangguk. Kemudian mobil itu jalan lagi, mereka melewati jalanan seoul dan Jiyeon menatap keluar jendela mengingat bagaimana tempat itu dulu, ia melewatkan pemandangan ini kemarin karena hidupnya di isi dengan bekerja.
"Kau sarjana, mengapa kau tidak mengambil pekerjaan di kantoran?" Minho bertanya padanya.
"Aku ingin Yoogeun menikmati waktunya bersamaku, dan lagipula aku sudah tidak menarik lagi untuk di rekrut oleh perusahaan." ucap Jiyeon sambil menunjukan dirinya, pakaian yang ia gunakan sangat sederhana mendekati usang.
"Kau bertalenta kau tahu? kau hebat dengan angka-angka itu." ucap Minho padanya.
"Ya, aku memang kuat menghitung kau selalu mengatakannya."
"Pekerjaan yang kau kerjakan kemarin membuat direktur keuangan memujimu." ucap Minho.
"Berkatmu juga yang mengajariku." ucap Jiyeon tidak melupakan jasa Minho padanya.