S2 : Part 10

3.4K 296 195
                                    

"Aku minta maaf." Ucap Jiyeon pelan saat hanya mereka berdua didalam mobil, Minho hanya diam sejak tadi dan ia terlihat terkejut dengan apa yang Jiyeon lakukan. Minho harusnya tidak terkejut mengingat namja itu dulu adalah saksi disetiap perkelahiannya, dia tidak suka ada orang yang merendahkan dirinya apalagi orang yang penting untuknya.

Memang beberapa tahun belakangan ini ia menjadi yeoja yang menelan semua pahitnya ucapan orang, namun dia menyadari dari mana keberaniannya sekarang. Dia memiliki Minho, namja itu berada didekatnya dan ia terbiasa dengan namja itu yang membersihkan kesalahan yang ia lakukan. Sedangkan kemarin Minho tidak berada didekatnya dan dia tahu dia tidak berdaya.

"Tidak, kau tidak perlu minta maaf. Aku tahu mereka membuatmu kesal."

"Harusnya aku tidak berperilaku seperti itu karena hanya bisa merusak nama baikmu." ucap Jiyeon menyadari kesalahannya.

"Aku tidak perduli dengan nama baikku, aku kaya raya sekarang dan aku tidak perduli pikiran orang lain tentang kehidupanku. Saat kau diatas tidak ada satu orang pun yang akan melemparkan kata-kata sinis padamu." ucap Minho, terdengar nada dingin yang terkesan tidak berperasaan dari ucapannya. Minho yang ia kenal dulu sederhana, dia memang kaya sejak dulu walaupun tidak sekaya sekarang, namun dia menyadari bahwa sekarang Minho banyak berubah dalam hal memandang kehidupan.

"Ada apa Jiyeon? apakah ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Tidak, hanya saja kau sedikit berubah."

"Jika kau menyadarinya tidak hanya aku, kau juga. Aku sudah memahami kehidupan ini jauh lebih baik dari sebelumnya, kau harus menyadari posisimu sekarang dan aku menyadari posisiku untuk tidak memperdulikan ucapan orang lain."

"Kau kaya raya sekarang."

"Tidak ada yang salah menjadi kaya, tapi butuh kerja keras untuk sampai ditahap ini." jawab Minho dan membelokan mobilnya ke jalanan yang seolah mengarah kehutan, beberapa saat kemudian mereka tiba didepan gerbang tinggi dan gerbang itu terbuka secara otomatis, beberapa pria bersenjata mengangguk hormat pada Minho.

"Apakah kau pernah mengalami semacam ancaman pembunuhan?"

"Sering." jawab Mimho.

"Benarkah?"

"Menjadi pengusaha membuatmu memiliki banyak musuh, dan kau akan menjadi isteriku sebentar lagi jadi aku tidak ingin kau terkejut bahwa kau akan diikuti oleh para pengawalku jika kau keluar."

"Bagaimana dengan Jihyun?" Jiyeon bertanya tanpa sadar tentang mantan isteri calon suaminya.

"Aku juga memberikan beberapa tim keamanan untuknya hingga sekarang, biar bagaimanapun dia masih mendapatkan beberapa warisan atas perceraian kami dan dia janda kaya raya." ucap Minho tenang, namun terdengar nada yang datar saat ia membicarakan mantan isterinya.

"Jihyun sudah menceritakan padaku tentang kalian."

"Oh." Minho menjawab dengan lambat dan malas.

"Tidak kah kau ingin memaafkannya? walaupun sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah Jihyun, disini aku yang salah."

"Dia mengancammu." ucap Minho.

"Tidak ada yang bisa mengancam diriku, aku lebih kuat dari yeoja lainnya jika kau ingat bagaimana aku menumbangkan orang-orang yang tidak kusukai. Dia mencintaimu." bisik Jiyeon, walaupun ada rasa nyeri dihatinya namun ia tidak bisa melupakan bagaimana tatapan Jihyun saat Minho menatapnya dengan sorot benci. Minho bukan namja yang bisa membenci orang lain apalagi mantan isterinya sendiri, yeoja yang pernah bersamanya.

"Aku tidak suka membicarakannya."

"Tapi kau harus berbaikan dengan masa lalumu, aku tidak ingin saat kita menikah. Hubungan ini masih dihantui dengan masa lalumu yang masih menunggu maaf darimu."

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang