"Aku dengar dia adalah perebut suami orang, dia hamil dan lelaki itu kembali pada isterinya. Makanya dia diasingkan kemari." Jiyeon tersenyum dan kembali fokus memetik buah tomat dihadapan nya,dia tidak terlalu memusingkan gosip yang banyak orang bicarakan karena baginya cukup dirinya dan anaknya sehat itu sudah lebih dari cukup. Sejak kepindahan nya kemari, ia menghabiskan hampir seluruh uang yang ia miliki untuk membeli sebuah rumah yang cukup besar untuk ia tinggali sendiri sebelum akhirnya ia melahirkan seorang anak lelaki 10 Tahun lalu, bernama Choi Yoogeun.
Jiyeon bekerja keras untuk menghidupi anaknya, pagi hari ia akan ikut menjadi buruh dikebun tomat dan gaji yang ia dapatkan cukup besar, lalu sore hari ia akan pergi ke pasar untuk berjualan beberapa jenis sayuran yang ia tanam dikebun miliknya dibantu oleh Yoogeun yang sudah bersikap seperti lelaki dewasa padahal bocah kecil itu tidak lebih tinggi dari perutnya, namun semangat Yoogeun sangat perlu diberikan apresiasi.
Malam hari Jiyeon akan membantu Yoogeun mengerjakan pekerjaan rumahnya, walaupun dia tahu Yoogeun sangat cerdas namun ia ingin menjadi guru rumah yang baik untuk anaknya. Ia akan membantu dengan senang hati saat Yoogeun terlihat sedikit bingung, namun ia tahu sebenarnya Yoogeun mudah saja mengerjakannya dan dia bisa mencarinya sendiri. Dia mengambil banyak sikap ayahnya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang kepintaran nya.
"Padahal dia sangat cantik, dia bisa saja mendapatkan laki-laki kaya yang tidak beristri namun wanita cantik sekarang memang selalu suka merebut suami orang. Untung saja suamiku tidak tampan dan kaya, jadi dia tidak berpikir untuk merebutnya."
"Kau tidak lihat anaknya? bocah itu tampan sekali! aku yakin ayahnya sangat tampan makanya dia jadi perebut suami orang."
Mereka adalah kumpulan ibu-ibu yang suka bergosip, semua orang didesa tidak pernah lepas dari gosip mereka. Jadi Jiyeon hanya bisa diam dan pura-pura tuli tidak memperdulikan para mulut ular itu bicara, hidupnya memiliki satu tujuan : Menghidupi Yoogeun! setelah anaknya bisa berdiri dengan kakinya sendiri, dia akan dengan tenang meninggalkan dunia ini saat ia tua nanti.
Jiyeon tidak pernah memikirkan untuk menikah, tidak sekalipun setelah ia melahirkan anaknya. Yoogeun dilahirkan dengan penuh perjuangan, Jiyeon tidak pernah merasakan rasa sesakit itu, namun ia bangga bisa membawa anaknya ke dunia dengan tubuh utuh tanpa kurang satupun dan dia bangga bisa menjadi ibu yang bisa diandalkan Yoogeun, karena pada dasarnya Jiyeon adalah gadis manja yang selalu bergantung pada seorang namja dan kini ia memiliki seseorang yang bergantung padanya.
Jiyeon bangkit berdiri dan melepaskan apron yang ia gunakan. Hari sudah mulai sore dan ia harus pulang untuk memasak makanan Yoogeun, hari ini Yoogeun disekolahnya sampai sore karena anak itu akan mengikuti lomba sains tingkat daerah dan sekolahnya sangat menyiapkan Yoogeun. Jiyeon tidak pernah melarang, ia cukup tahu bahwa anak itu sangat cerdas dan ia tidak ingin membatasi anaknya untuk melangkah lebih tinggi. Yoogeun memang masih muda, namun dia sudah mendapat kelas akselerasi.
Jiyeon mendorong sepedanya melintasi depan sekolah putranya, dari kejauhan Jiyeon bisa melihat Yoogeun yang sedang duduk menunggunya dengan sebuah buku ditangan anak kecil itu. Dia terlihat serius untuk anak seumurannya membaca buku setebal itu, Jiyeon tersenyum dan memanggil nama Yoogeun. Yoogeun melambai dan berlari kearahnya.
"Eomma!"
"Bagaimana sekolahmu hari ini?"
"sangat menyenangkan dan mereka memberikan buku untukku."
"Woah hebat sekali."
Yoogeun dan Jiyeon berjalan berdampingan.
"Buku ini sangat menyenangkan dan aku tidak sabar untuk membuat wajahku muncul sebagai salah satu anak yang berprestasi di buku ini. Eomma lihat? disini adalah wajah orang-orang yang menjuarai sains internasional dan juga kini menjadi orang sukses." Yoogeun bersemangat menunjuk wajah-wajah para orang-orang pintar.