note : bahasa semi-baku
ㅡ
"Nona Choi apa tidak ingin sarapan dulu?"
Suara lembut dari seorang wanita paruh baya kembali memecah keheningan pagi itu. Wanita itu dengan setia berdiri di ambang pintu kamar seorang gadis, terus melemparinya dengan berbagai pertanyaan perihal rutinitas pagi.
Sementara yang diajak bicara sibuk mondar-mandir di kamarnya yang berantakan. Rambut acak-acakan miliknya terlihat sangat sepadan dengan wajahnya yang panik.
Meski begitu, ia tetap terlihat cantik.
"Gak usah, Bi. Yeji udah jemput soalnya."
Gadis itu segera mengambil sebuah kuncir rambut di atas meja miliknya, kemudian mengikat rambut panjangnya dengan asal sebelum keluar dari kamarnya dengan terburu-buru.
Yeji duduk di atas motor maticnya sambil terus memperhatikan jam di salah satu pergelangan tangannya. Ia sudah ada di sana sejak tiga puluh menit yang lalu dan Jisu, ㅡgadis yang dari tadi ia tungguㅡbelum juga keluar.
Sudah lebih dari lima tahun, Yeji melakukan aktivitasnya mengantar-jemput Jisu. Persahabatan mereka sejak SMA membuat keduanya terasa begitu dekat sehingga Yeji rela datang pagi-pagi hanya untuk berangkat bersama dengan gadis itu.
Jisu adalah gadis yang cantik dan ramah, hampir seluruh penghuni kampus mengenalnya, bahkan para penjaga kantin pun kenal dengan Jisu.
Ayahnya adalah mantan menteri yang juga pengusaha kaya raya, itulah mengapa Jisu merasa sangat terpandang di manapun ia berada.
Kehidupan Jisu yang bagai Tuan Putri telah ia rasakan sejak kecil, berbeda dengan Yeji yang hanya berasal dari rakyat biasa dan sederhana. Yeji tinggal bersama ayahnya dan bergantung hidup pada toko roti milik keluarganya.
Walaupun kini toko roti miliknya telah membuka cukup banyak cabang dan mendapat nama di masyarakat, Yeji masih memiliki sifat yang sederhana.
Keduanya bertemu ketika SMA, dimana berkat kepintarannya, Yeji berhasil mendapat beasiswa penuh untuk bersekolah di yayasan milik ayah Jisu yang cukup bergengsi.
Mereka berteman baik sampai sekarang. Walau kini Yeji merasa Jisu sedikit berbeda sejak mereka masuk ke dunia perkuliahaan, ia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Karena ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Yeji ingin melihat Jisu melakukan apapun sesuai keinginannya.
Pandangan Yeji teralihkan oleh suara pintu gerbang yang dibanting. Dilihatnya Jisu yang tengah berlari menuju dirinya dengan tergesa-gesa.
Gadis itu dengan tanpa sopan santun melompat naik ke kursi belakang motor Yeji. Sementara si pemilik motor segera menahan kedua kakinya di tanah agar mereka berdua tidak jatuh.
"Ayo jalan! udah telat banget ini."
Yeji menahan tawanya, ia memang tidak pernah mengambil langkah serius dalam menanggapi semua ocehan Jisu. Baginya, gadis yang kini duduk di belakangnya hanya akan mengoceh seharian tanpa berpikir bahwa ia masih punya waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk sampai di kampus, dan itu lebih dari cukup.
Yeji menegakkan motornya kemudian menaikkan standar sebelum memakai kembali helm yang tadi ia lepas.
Tidak lupa ia mengambil satu helm yang lain dari antara sela kakinya, lalu memberikan helm itu pada gadis di belakang, "Pake dulu, kalo kenapa-kenapa besok gua jemput siapa?"
Tepukan keras mendarat tepat di punggung Yeji sebelum Jisu mengambil helm dari tangannya.
"Sembarangan kalo ngomong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel ; yejisu [✓]
FanfictionTentang Yeji yang perlahan menyadari kalau ia jatuh cinta pada sahabatnya. [ completed story ✓ ] •gxg •yejisu!au •semi-baku