Lima tahun setelah wisuda.
Melempar tasnya ke sembarang tempat, Yeji merebahkan tubuhnya di atas kasur sesaat setelah langkahnya menapaki lantai kamar. Matanya terbuka, sibuk menatap langit-langit kamarnya yang tinggi dengan sepatu yang masih melekat di kedua pasang kakinya.
Wajahnya ia tangkup dengan tangan lalu sedikit lenguhan keluar dari mulut Yeji. Minggu yang sangat melelahkan bagi gadis itu, pasalnya sudah lebih dari lima hari berturut-turut Yeji terpaksa harus pulang larut.
Pekerjaan menyita hampir semua waktunya.
Yeji sadar, ia tidak lagi punya cukup waktu di usianya yang sekarang. Dunia seakan memaksanya untuk masuk ke dalam kehidupan yang sebenarnya, hidup dimana tidak ada lagi waktu luang bersama teman-teman sebaya atau hanya sekadar bermain baseball.
Tidak ada lagi yang tersisa dari masa mudanya kecuali kenangan yang mungkin saja tidak sepenuhnya Yeji ingat.
Namun Yeji sadar kalau ia tidak punya cukup waktu, bahkan untuk istirahat saja gadis itu sering merasa kurang.
Suara pintu kamar yang dibuka tidak membuat Yeji terusik dari tempatnya. Gadis itu sama sekali tidak berniat menyingkirkan telapak tangan wajah sampai sesuatu yang cukup lembut mengusap kepalanya dengan penuh perasaan.
Choi Jisu.
Bukan, Hwang Jisu.
Menurunkan tangannya dari wajah, Yeji mendongakkan kepala, menatap gadis yang kini menjadi satu-satunya yang tersisa dari masa mudanya.
Gadis yang menjadi kenangan sekaligus masa depannya.
"Mau langsung mandi atau makan dulu?"
Memejamkan mata, Yeji menikmati setiap sentuhan yang Jisu berikan, "Kamu masak jam segini?"
Jisu mengangguk, memberi sedikit pijatan pada puncak kepala gadis yang menikahinya dua tahun silam.
"Aku tau kamu pasti belum makan dari siang."
Yeji tersenyum, merasa bersyukur karena Jisu masih bersamanya hingga detik ini. Tidak ada yang berubah, Jisu masih mencintainya dengan cara yang sama sejak dulu, hanya saja dengan lebih lembut.
Jisu bukan lagi seorang tuan putri. Masih, hanya saja gadis itu menjadi sangat-sangat dewasa sejak mereka menikah.
Jisu belajar memasak, menjahit, dan semua pekerjaan rumah ia lakukan setelah tinggal bersama Yeji. Sementara Yeji mengambil bagian dalam perusahaan milik ayah Jisu yang di waktu bersamaan, perusahaan roti milik ayahnya berkembang dengan cukup pesat.
Senyum Yeji mengembang ketika sebuah ciuman mendarat mulus di atas keningnya, "Ayo makan, terus mandi abis itu baru tidur."
Menjauhkan tangannya dari kepala Yeji, Jisu tau kalau istrinya itu sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tidurnya.
Nafas berat lolos dari bibir ketika gadis yang dulu bermarga Choi itu berniat pergi dan membiarkan Yeji untuk istirahat. Namun saat tubuhnya baru saja berdiri, Yeji dengan sedikit kasar menarik lengan Jisu dan membiarkan gadis itu kembali ke atas kasur.
Tubuh Jisu jatuh terlentang, dengan Yeji yang entah sejak kapan sudah berada di atasnya.
"Makan kamu... Boleh?"
Menelan ludahnya sendiri, Jisu dengan susah payah menahan lenguhan ketika tangan Yeji dengan tanpa permisi bermain di bawah roknya.
"Mmh... Sayang..."
Seakan tidak mempedulikan respon Jisu, Yeji mendekatkan wajahnya, mencium bibir istrinya dengan penuh nafsu sebelum sepasang tangan mendorong bahunya dengan sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardian Angel ; yejisu [✓]
FanfictionTentang Yeji yang perlahan menyadari kalau ia jatuh cinta pada sahabatnya. [ completed story ✓ ] •gxg •yejisu!au •semi-baku