[11] Baby Powder

2.5K 371 34
                                    

"Lu sama Soobin gimana?"









Yeji menumpu pelipisnya pada telapak tangan sementara sikunya menahan beban kepalanya. Gadis itu sibuk memperhatikan wajah Jisu yang tertidur dari dalam kegelapan.

Ia memang merasa sangat lelah hari itu, namun matanya masih tidak mau terpejam. Sementara kini malah Jisu yang meninggalkannya lebih dulu menuju alam mimpi.

Bukan hal yang langka ketika mereka berada dalam satu ranjang dan ini juga bukan kali pertama Jisu menginap di rumahnya. Namun entah mengapa selama satu tahun belakangan ini Yeji merasa berbeda.

Ia sama sekali tidak bisa tidur ketika Jisu ada di sampingnya.

Jisu memiliki aura yang luar biasa hingga Yeji sanggup hanya dengan memperhatikan wajah cantik itu semalaman. Katakan bahwa Yeji sudah gila karena memang begitu adanya.

Jisu berkali-kali mengerutkan alisnya dalam tidur dan hal itu menimbulkan semburat merah di pipi Yeji, gemas pikirnya.

Tangannya dengan berani bergerak memberi usapan lembut pada kening gadis itu, berusaha membuat sang empunya kembali tidur dengan tenang.

Masih memperhatikan wajah sahabatnya, Yeji kembali mengulang perkataan Jisu tentang Soobin beberapa jam yang lalu. Jisu bilang ia bosan dengan Soobin, entah apa maksudnya namun Yeji tidak ingin senang dulu.

Jisu cukup handal memainkan perasaannya dan Yeji tidak ingin terjerumus ke dalam hal yang belum pasti.

Yeji ingin sekali hubungannya dengan Jisu menjadi lebih dari sekadar sahabat namun di sisi lain ia juga tidak ingin merusak pertemanannya dengan Jisu. Mungkin seiring berjalannya waktu, entah nanti Jisu juga akan menaruh hati padanya atau Yeji yang akan berhenti dengan sendirinya.

Yeji tidak ingin memikirkan hal itu untuk saat ini, yang akan ia lakukan sekarang dan selanjutnya adalah menjaga Jisu entah apapun keadaannya.

Karena memang itu tugasnya.

Setelah menaruh kepalanya di atas bantal, Yeji menatap langit-langit kamarnya memikirkan hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.

Yeji akan selalu ada di samping Jisu, dan ia yakin Jisu juga akan begitu.



















Jam dinding menunjukkan pukul dua belas siang ketika Yeji duduk melipat kakinya di lantai kamar berlapis karpet bulu milik Jisu. Suara hujan yang menabrak kaca jendela mengalihkan fokus Yeji dalam permainan.

Sebelumnya Yeji memang hanya berniat mengantar Jisu pulang, namun Yuna memaksanya untuk mampir sebentar, dan Yeji setuju.

Tiga jam berlalu, apanya yang sebentar.

"UNO! Yes, Yeji kalah lagi!"

Yeji berdecak dengan bibirnya, lalu melempar tumpukan kartu di tangannya dengan putus asa. Sementara Jisu dan Yuna tertawa atas kekalahan gadis itu yang terjadi berulang kali.

Wajahnya sudah penuh dengan bedak tabur dan selai kacang, Yeji berkali-kali meminta untuk menyerah namun dua gadis yang duduk di depannya itu masih tidak mau berhenti.

Kasihan.

Jisu bangkit dari duduknya, mencondongkan tubuhnya sedikit lalu menekan botol bedak bayi ke arah Yeji sehingga butiran bedak itu tersemprot hampir seluruhnya. Kini bukan hanya wajah, rambutnya bahkan ikut memutih.

Sementara Yuna bersiap dengan racikannya; beda, selai, dan sedikit air. Yeji bergidik membayangkan campuran itu mengolesi wajahnya, sementara Yuna malah tertawa senang, begitu juga dengan Jisu.

Guardian Angel ; yejisu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang