[18] First and Last

3.2K 378 38
                                    

Jisu duduk di atas kursi kantin, lagi. Tangan kanannya sibuk menggeser bongkahan puzzle di layar ponsel milik Yeji sementara tangannya yang lain menumpu kepalanya sendiri pada meja.

Gadis itu menghela napasnya untuk kesekian kali hari itu, pasalnya sudah hampir dua jam ia duduk di sana menunggu sang pemilik ponsel yang 'katanya' sedang mengobrol dengan Seulgi.

Jisu tahu kalau mereka tidak hanya sekadar mengobrol. Yeji harus mempertanggungjawabkan perbuatannya beberapa hari lalu ketika mereka kabur begitu saja meninggalkan rombongan kampus.

Jisu tahu kalau Yeji tidak ingin membuatnya merasa bersalah. Namun sepertinya Yeji terlambat, Jisu sudah menyalahkan dirinya sendiri bahkan sejak mereka pulang dari festival.

Sebuah pop up bertuliskan Game over yang muncul di layar ponsel membuat Jisu melepaskan benda persegi itu ke atas meja.

Tangannya melepas tumpuan dan kepala gadis itu jatuh terkulai begitu saja di atas meja kantin dengan jaket kulit sebagai alasnya.

Jisu berkedip, kepalanya penuh dengan pertanyaan tentang apa yang sedang Yeji lakukan namun di sisi lain ia tidak tahu harus berbuat apa.

Sebuah usapan lembut di belakang kepala membuat Jisu kembali menegakkan badan. Yeji muncul dari belakang, dengan senyum lebar seperti biasa.

"Maaf ya lama."

Jisu hanya merespon dengan anggukan. Gadis itu memberikan jaket kulit milik Yeji yang sedari tadi ia peluk dengan bibir yang dimanyunkan "Laper."

Mengambil jaket dari tangan kekasihnya, Yeji tertawa pelan, "Mau makan di luar atau makan di rumah?"

Jisu menoleh, mempertemukan manik hitamnya dengan milik Yeji dan anehnya, detik itu juga segala pikiran buruk Jisu seketika menghilang, "Di rumah makan apa?"

"Makan aku."

Tawa Yeji lepas ketika Jisu dengan sengaja memukul lengannya kuat-kuat.

"Dasar gila. Makan aja sama kak Seulgi sana."

Yeji mengerutkan alisnya, "Kamu rela aku threesome sama kak Irene?"

"APAAN SIH YEJI KOK KAMU JADI MESUM GINI!"

Jisu kembali melemparkan pukulan pada tubuh kekasihnya namun kali ini Yeji berhasil menahan serangan gadis itu.

Menggenggam tangan Jisu di depan tubuh sang empunya, Yeji memeluk kekasihnya dari belakang. Dagunya bertumpu di puncak kepala gadis itu sementara Jisu kini setengah mati menahan malu.

"Jisu aku sayang kamu."

Mengecup puncak kepala pacarnya di tempat umum, Yeji berhasil menambah semburat merah di wajah Jisu.

Gadis bermarga Hwang itu memang berbicara dengan suara yang pelan, namun ia berhasil membuat hampir dari seluruh penghuni kantin menaruh perhatian pada mereka.

"Iya Yeji."

"Iya aja?" Jisu menjauhkan wajahnya, tubuhnya bergeser sedikit guna menatap Jisu dari samping.

"Iya... Aku juga."

"Juga apa?"

Jisu memutar bola matanya malas. Gadis itu bergerak melepas pelukan Yeji dan membiarkan kekasihnya menatap kecewa, "Nanya mulu kayak bodyguard baru."

"Loh emang kan? kamu sendiri yang bilang 'I'm your guardian angel.'"

Jisu tersenyum mendengarnya.

Gadis itu dibuat heran dengan tingkah Yeji yang semakin hari semakin berbeda. Ia bahkan hampir tidak pernah melihat Yeji tidak tersenyum dalam sehari.

Guardian Angel ; yejisu [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang